Mohon tunggu...
Muh Khamdan
Muh Khamdan Mohon Tunggu... Researcher / Analis Kebijakan Publik

Berbagi wawasan di ruang akademik dan publik demi dunia yang lebih damai dan santai. #PeaceStudies #ConflictResolution

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Ramadan, Waktunya FOMO yang Positif untuk Kesehatan Mental Gen Z

13 Maret 2025   06:21 Diperbarui: 13 Maret 2025   06:21 846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi muslimah gen Z sedang mendiskusikan Al-Qur'an (Sumber: zonamalang.com)

Ramadan bukan cuma soal puasa dari makan dan minum, tapi juga detox pikiran dan perasaan. Kalau selama ini kita sering overthinking, cemas tanpa alasan jelas, atau merasa kurang cukup dalam hidup, bulan suci ini bisa jadi solusi buat kesehatan mental kita. Apalagi, sebagai Gen Z yang hidup di era digital, kita sering terjebak dalam pusaran sosial media yang bikin kita FOMO (fear of missing out), takut ketinggalan tren baru. Tapi, pernah kepikiran nggak kalau kita bisa mengubah FOMO jadi sesuatu yang positif?

Bayangin aja, kalau biasanya kita takut ketinggalan tren fashion, viral challenge, atau update selebgram, gimana kalau Ramadan ini kita takut ketinggalan khatam Al-Qur'an? Bukankah lebih keren kalau kita berlomba-lomba tadarus, bukan sekadar scrolling medsos tanpa tujuan?

Banyak studi yang menunjukkan kalau membaca Al-Qur'an punya efek menenangkan bagi otak. Suara lantunan ayat suci bisa memperlambat gelombang otak kita, menurunkan stres, dan meningkatkan fokus. Ini semacam terapi gratis yang bisa bikin kita lebih damai dan jauh dari anxiety yang sering datang tanpa sebab.

Selain itu, Ramadan mengajarkan kita buat lebih mindful. Mindfulness adalah seni hidup di momen sekarang tanpa terus-menerus overthinking tentang masa lalu atau terlalu cemas akan masa depan. Dengan menjalani ibadah Ramadan secara penuh, kita otomatis melatih diri buat lebih sadar akan apa yang kita lakukan.

Kalau selama ini kamu FOMO takut ketinggalan tren, kenapa nggak coba FOMO takut ketinggalan pahala? Ramadan cuma datang setahun sekali, jangan sampai terlewat jadi versi terbaik dari dirimu!

Saat kita sibuk dengan ibadah, kita juga jadi lebih sedikit waktu buat bandingin hidup kita dengan orang lain di medsos. Nggak perlu lagi iri sama hidup influencer yang terlihat sempurna, padahal banyak yang settingan. Kita fokus pada diri sendiri, memperbaiki hubungan dengan Allah, dan jadi lebih tenang.

FOMO dalam Ramadan itu bukan cuma soal tadarus. Banyak banget kegiatan positif yang bisa kita ikuti, seperti ikut kajian online, berbagi dengan sesama, atau sekadar menulis jurnal tentang perjalanan spiritual kita. Ini jauh lebih bermakna dibanding FOMO karena nggak ikut tren fashion terbaru.

Lebih keren lagi, Ramadan ngajarin kita buat lebih sabar dan mengendalikan emosi. Dalam banyak kasus, kecemasan muncul karena kita terlalu impulsif dan gampang tersulut emosi. Puasa bikin kita lebih disiplin dalam mengelola perasaan, nggak gampang marah, dan lebih bijak dalam mengambil keputusan.

Asupan makanan juga berpengaruh besar pada kesehatan mental. Saat Ramadan, kita lebih bisa mengontrol pola makan dan menghindari konsumsi junk food berlebihan yang sering memicu mood swings. Makan sahur dan berbuka dengan makanan sehat bikin tubuh dan pikiran lebih stabil.

Tidur kita juga lebih teratur. Meskipun ada sahur yang mengubah pola tidur, tapi kalau kita bijak mengatur waktu istirahat, tubuh akan beradaptasi dan justru merasa lebih segar. Ini lebih baik dibanding kebiasaan begadang nggak jelas sambil scrolling media sosial.

Jangan lupakan juga efek sosial dari Ramadan. Momen ini bikin kita lebih sering kumpul keluarga, berbagi cerita, dan merasa lebih terhubung dengan orang-orang di sekitar. Ini otomatis bikin kita merasa lebih diterima dan dicintai, mengurangi perasaan kesepian yang sering jadi pemicu depresi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun