Mohon tunggu...
Muh Khamdan
Muh Khamdan Mohon Tunggu... Researcher / Analis Kebijakan Publik

Berbagi wawasan di ruang akademik dan publik demi dunia yang lebih damai dan santai. #PeaceStudies #ConflictResolution

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Dilema Cinta Pertama, Saat Anak Perempuan Rindu Curhat pada Ibu

9 Maret 2025   17:26 Diperbarui: 9 Maret 2025   17:26 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hubungan kedekatan antara ibu dan anak perempuan (Sumber: iStock)

Ikatan batin antara ibu dan anak perempuan adalah salah satu hubungan paling erat yang terbentuk secara alami sejak dalam kandungan. Seorang ibu bukan hanya sekadar pelindung, tetapi juga tempat berbagi segala keluh kesah kehidupan. Namun, ketika anak perempuan mulai mengalami cinta pertama, muncul dilema besar. Apakah ia harus terbuka kepada ibunya atau menutup diri dalam kebimbangan perasaannya sendiri?

Cinta pertama bagi seorang anak perempuan bukan sekadar kisah asmara sederhana. Ini adalah momen ketika hatinya bergetar untuk pertama kali oleh perhatian seorang laki-laki di luar lingkaran keluarganya. Perasaan ini seringkali menghadirkan kebingungan, keraguan, dan kegembiraan yang bercampur aduk. Dalam kondisi seperti ini, ibu bisa menjadi sosok yang memberi pencerahan dan pemahaman tentang apa itu cinta sejati dan bagaimana mengelola emosi.

Cinta pertama bukan hanya tentang menemukan seseorang yang membuat jantung berdegup, tetapi juga tentang menemukan tempat ternyaman untuk berbagi tanpa takut dihakimi. Dan tempat itu sering kali ada dalam pelukan ibu.

Namun, banyak anak perempuan yang memilih menutup diri dalam menghadapi cinta pertama mereka. Mereka merasa takut akan penilaian ibu, canggung untuk membahas perasaan, atau bahkan khawatir dianggap terlalu cepat dewasa. Perasaan takut akan dihakimi inilah yang sering kali membuat anak lebih memilih berbagi dengan teman sebaya daripada dengan ibu mereka sendiri.
Di sisi lain, ada juga anak perempuan yang sangat terbuka dengan ibunya. Mereka merasa bahwa ibu adalah sosok yang paling memahami mereka, yang telah melihat mereka tumbuh dari kecil hingga remaja. Dalam kasus ini, ibu menjadi sahabat terbaik, tempat berbagi tanpa rasa takut atau malu. Komunikasi yang terjalin baik sejak kecil memungkinkan anak untuk dengan mudah menyampaikan kebimbangan hati mereka tanpa beban.

Salah satu faktor utama yang menentukan apakah seorang anak perempuan akan terbuka kepada ibunya atau tidak adalah pola komunikasi yang telah dibangun sejak dini. Jika sejak kecil ibu selalu mendengarkan dan memberikan respons yang empatik terhadap cerita anak, maka kemungkinan besar anak akan tetap menjadikan ibunya sebagai tempat curhat utama. Sebaliknya, jika ibu cenderung menghakimi atau kurang responsif, anak bisa merasa enggan untuk berbagi perasaannya.

Cinta pertama adalah fase yang penuh warna dalam perjalanan hidup seorang anak perempuan. Terkadang ia merasa bahagia, terkadang cemas, dan tidak jarang juga merasa terluka. Saat ia mulai merasakan perasaan ini, ia membutuhkan sosok yang bisa membimbingnya, bukan seseorang yang hanya sekadar memberi nasihat tanpa memahami emosi yang sedang ia alami. Seorang ibu yang bijak akan memahami bahwa anak perempuannya bukan hanya butuh nasihat, tetapi juga butuh telinga yang mau mendengar tanpa menghakimi. Menjadi pendengar yang baik bagi anak dalam fase ini adalah langkah penting dalam membangun kepercayaan dan ikatan yang lebih kuat. Memberikan ruang bagi anak untuk mengungkapkan perasaannya tanpa rasa takut adalah cara terbaik agar ia tidak merasa sendirian dalam menghadapi cinta pertamanya.

Jika seorang anak perempuan memilih menutup diri, ibu tidak seharusnya memaksanya untuk berbicara. Sebaliknya, ibu bisa menunjukkan kepedulian dengan cara yang lebih halus, seperti memberikan contoh pengalaman pribadinya atau sekadar bertanya dengan nada penuh kasih sayang. Dengan begitu, anak akan merasa nyaman dan mungkin akan mulai membuka dirinya sedikit demi sedikit. Cinta pertama juga merupakan saat yang tepat bagi ibu untuk mengajarkan anak perempuan tentang batasan, penghormatan terhadap diri sendiri, dan bagaimana mengenali cinta yang sehat. Nasihat ini akan lebih mudah diterima jika ibu menyampaikannya dalam suasana yang nyaman dan tanpa kesan menggurui.

Sebaliknya, jika ibu terlalu menekan atau memberikan aturan yang kaku, anak mungkin akan semakin menjauh dan mencari pelarian dengan orang lain yang dianggap lebih memahami perasaannya. Oleh karena itu, keseimbangan antara memberikan nasihat dan memberi ruang bagi anak untuk memahami perasaannya sendiri sangatlah penting.

Seorang ibu tidak hanya mengajarkan bagaimana mencintai orang lain, tetapi juga bagaimana mencintai diri sendiri. Dalam dilema cinta pertama, nasihatnya bukan sekadar kata-kata, melainkan cahaya yang membimbing hati anak perempuannya. 

Banyak ibu yang mungkin merasa sulit menerima bahwa anak perempuannya kini tumbuh dewasa dan mulai merasakan cinta. Namun, menerima kenyataan ini dengan lapang dada dan tetap berada di sisinya akan membuat anak merasa aman. Dengan begitu, ia akan selalu tahu bahwa di tengah kebimbangan dan kebahagiaannya, ada ibu yang selalu siap mendengarkan dan mendukungnya.
Pada akhirnya, terbuka atau menutup diri adalah pilihan yang akan diambil oleh setiap anak perempuan dalam menghadapi cinta pertama mereka. Namun, jika ibu mampu menciptakan lingkungan yang nyaman dan penuh kasih, kemungkinan besar anak akan menjadikan ibu sebagai tempat curhat utama. Sebab, tidak ada yang lebih menenangkan bagi seorang anak perempuan selain mengetahui bahwa di balik semua kebingungannya, ada seorang ibu yang selalu siap mendengar dan memahami.

Maka, bagi setiap ibu, saat anak perempuan mulai menunjukkan tanda-tanda cinta pertama, jangan buru-buru menghakimi atau melarang. Dengarkan dulu, pahami perasaannya, dan bimbing dengan bijak. Karena pada akhirnya, cinta pertama bukan hanya tentang jatuh hati kepada seseorang, tetapi juga tentang menemukan tempat ternyaman untuk berbagi dan belajar memahami makna cinta yang sesungguhnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun