Mohon tunggu...
muhammad farhan
muhammad farhan Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang Pelajar

Muhammad Farhan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bahasa Kromo Menurut Beberapa Orang

15 Juni 2021   14:04 Diperbarui: 15 Juni 2021   14:24 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

            Salah satu guru kami di pesantren juga memiliki pandangan sendiri. Beliau bernama Adib. Latar belakangnya sebagai anak kiai menjadikan pandangannya terhadap bahasa kromo tidak sama dengan dua pandangan yang telah disebut. Desa kelahiran Kang Adib, demikian panggilan beliau, hanya berjarak satu desa dengan situs pemakaman Sunan Gunung Jati. Desa Kraton namanya. Ini tidak berarti bahwa kampung halaman Kang Adib terbilang agamis. Justru desa sebelah, yakni desa Bedulan, terkenal akan warganya yang kasar dan gemar berkelahi. Terlebih, mereka berkelahi sebagai ajang adu semacam ilmu kebal. Terlepas dari itu, ayah beliau sangat memerhatikan perkembangan moral anak-anaknya.

            Sejak usia dini, Kang Adib sudah dikenalkan dengan ilmu-ilmu yang pada umumnya baru diperoleh di pesantren. Oleh sebab itu, beliau dan saudara-saudaranya seolah disiapkan untuk menjadi kiai-kiai masa depan. Selain ilmu agama, kebiasaan untuk berbahasa kromo juga ditanamkan sejak dini.

            Kang Adib adalah guru kesukaan kami semua. Wajah dan gaya mengajarnya sungguh memesona. Tidak aneh jika beliau langsung mendapat simpati semua santri walau baru mengajar di pesantren kami beberapa hari saja. Semua santri, baik laki-laki maupun perempuan, amat takzim kepada beliau.

            Walaupun mendapat jadwal mengajar, Kang Adib tetaplah manusia biasa. Beliau bahkan sering drop karena terlalu lelah mengajar. Tiap kali drop, Kang Adib selalu memerintahkan salah satu dari kami untuk memijati beliau. Dan momen pijat inilah yang menjadi kelas tambahan yang sangat berharga. Biasanya, saat tengah dipijat, Kang Adib mengajak santri yang sedang memijatnya berbincang-bincang. Perbincangan itu bermacam-macam. Namun, perbincangan yang sangat berkesan bagi saya adalah ketika beliau menasihati satu hal. Beliau menasihati bahwa seseorang yang fasih berbahasa kromo pastilah orang yang santun. Mereka santun dalam berperilaku karena dalam hal berbahasa saja mereka sudah dituntut untuk santun, apalagi dalam berperilaku. Selain dituntut untuk santun, mereka juga dituntut untuk cermat dan teliti dalam memilih kosa kata ataupun tindakan. Mereka dituntut agar berbicara atau berperilaku tanpa merugikan orang lain.

            Dengan pemaparan tiga pandangan di atas, harus kita perbuat apa terhadap bahasa kromo sekarang ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun