Mohon tunggu...
muhammad fahmi rahmansyah
muhammad fahmi rahmansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wayang Kulit

31 Januari 2019   06:50 Diperbarui: 31 Januari 2019   07:12 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandansari lor, 01 januari 2019 berawal kuliah kerja mahasiswa saya bertemu dengan salah seorang dalang sekaligus pembuat wayang beliau bernama Bapak Wasono di sini saya dan teman -- teman kuliah kerja mahasiswa mengenal sekaligus mengetahui sejarah perwayangan, watak dari tiap -- tiap wayang, beliau ternyata memiliki keturunan dalang akan tetapi sewaktu remaja bapak wasono ini masih belum menyadari jika memiliki bakat terpendam seiring berjalannya waktu bapak wasono ini menekuni bidang perwayangan mulai mengambar, mengukir mengunakan karton hingga sukses sampai saat ini.

Bapak wasono menceritakan bahwa proses pembuatan wayang tidaklah mudah melalui proses yang sangat penjang dimana 1 ekor sapi yang seharga 25 hingga 30 an juta bisa menjadi 10 hinnga 12 wayang. 

Ketika sapi sudah di sembelih dan di sisakan kulitnya adanya proses pengerikkan kulit dan pengeringan jika proses pengeringan berjalan dengan normal dan terik sinar matahari sangat bersinar maka bisa lebih cepat pembuatan nya dan menghasilkan kulit yang berkualitas biasanya ketika bapak wasono mendapat pesanan wayang yang banyak langsung di buat gulungan dulu guna mempermudah dalam proses pencetakannya.

Setelah di bentuk gulungan kemudian gulungan tersebut di lukis dulu menggunakan pensil dan ini tidak asal asalan bapak wasono telah lihay mahir sekaligus sudah hafal dalam proses pembuatannya, kemudian masuk ke tahap pengukiran dimana disini banyak alat yang di gunakan dalam mengukir tidk sala membuat, setelah di ukir beliau melanjutkan ke tahap pemberian tongkat untuk pemegang wayang setelah tahapan itu selesai masuk ketahapan pengecatan.

Proses pemberian warna wayang ini bapak wasono menggunakan cat kayu yang di kombinasikan dengan lem dan berbagai varian warna dalam pembuatan wayang ini salain beliau hafal tokoh perwayangan berliau sangat sabar tlaten dan tekun dalam proses pembuatannya. 

Jika sudah selesai dalam proses pewarnaan beliau langsung menjemur kembali wayang yang telah selesai dalam proses pewarnaan. Selain beliau mengukir diatas kulit sapi ternyata beliau juga lihay memainkan pahatannya di atas kayu jati yang di fungsikan sebai pintu.

Kegiatn beliau selain berternak sapi, membuat wayang dan juga malamnya bisa menjadi dalang di suatau tempat ternyata belaiu ini orang yang sangat sibuk, ketika menjadi dalang bekiau bisa memperagakan berbagai gerakan sekaligus suara dari took wayang tidak hanya di sini beliau sangat faham dengan alur cerita jawa perwayangan hingga semua yang berbau budaya jawa.

Dengan melihat perkembangan zaman yang semakin moderen banyak dari kalangan kaum muda kurang memberi perhatian khusus terhadap budaya, sebenarnya banyak pelajaran dari hal ini bisa di jadikan pembelajaran, bisa di jadikan peningkatan skil menjadi dalang, skil membuat wayang dan bisa di jadikan untuk lahan berwira usaha karna peluang ini sangat besar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun