Selayang Pandang Wilayah Irak
 Republik Irak, sebuah negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, terletak di kawasan Timur Tengah atau Asia Barat Daya. Daerah ini memiliki catatan sejarah yang kaya sebagai pusat kelahiran peradaban-peradaban kuno seperti Akkadia, Babilonia, Asyur, dan Sumeria. Peradaban-peradaban tersebut tumbuh subur di Mesopotamia, yaitu wilayah yang membentang di antara Sungai Tigris dan Efrat.
 Sebagian besar wilayah Irak didominasi oleh gurun, namun terdapat dataran aluvial yang subur di sekitar aliran Sungai Tigris dan Efrat, serta wilayah pegunungan di bagian utara. Iklim di Irak cenderung subtropis dengan karakteristik kering di sebagian besar areanya. Meskipun memiliki empat musim, keberadaannya lebih terasa di beberapa wilayah tertentu, termasuk Baghdad.
 Penduduk Irak merupakan masyarakat yang beragam dari segi etnis dan agama. Kelompok etnis utama adalah Arab (sekitar 75-80%) dan Kurdi (15-20%), dengan kelompok minoritas lainnya seperti Turkmen, Asyur, dan Armenia. Mayoritas penduduk menganut agama Islam, dengan penganut aliran Syiah sebagai mayoritas, serta minoritas Sunni dan penganut agama-agama lain seperti Kristen.
 Secara geografis, Irak terletak di ujung timur dunia Arab, berbatasan dengan Turki di utara, Iran di timur, Suriah dan Yordania di barat, serta Arab Saudi dan Kuwait di selatan. Berdasarkan letak astronomisnya, Irak berada di antara 29 hingga 38 lintang utara dan 39 hingga 49 bujur timur, dengan total luas wilayah mencapai 437.072 kilometer persegi.
Dalam perjalanan sejarahnya, Irak pernah berada di bawah kekuasaan berbagai kekaisaran besar, termasuk Persia, Yunani, dan Romawi. Pada abad ke-7, pengaruh masyarakat Muslim mulai mendominasi wilayah ini, dan Baghdad kemudian menjadi pusat Kekhalifahan Abbasiyah pada abad ke-8. Irak meraih kemerdekaannya pada tahun 1932, meskipun pengaruh Inggris masih terasa hingga penggulingan monarki pada tahun 1958. Setelah itu, negara ini mengalami berbagai konflik, termasuk Perang Iran-Irak, Perang Teluk, dan Perang Irak. (Yuda Prinada, 2023)
Islam dengan Era-nya
 Riwayat peradaban umat manusia bermula dari Zaman Paleolitikum atau Zaman Batu Tua. Periode ini kemudian disusul oleh Zaman Neolitikum atau Zaman Batu Muda, yang ditandai dengan adanya revolusi pertanian di kawasan Bulan Sabit Subur. Bulan Sabit Subur sendiri merupakan wilayah di Asia dan Afrika yang berbentuk menyerupai bulan sabit dan memiliki tanah yang subur di antara area-area kering. Wilayah ini mencakup lembah Sungai Nil, Efrat, dan Tigris. Istilah "Bulan Sabit Subur" pertama kali diperkenalkan oleh arkeolog James Henry Breasted pada tahun 1906.
 Kawasan ini menjadi pusat revolusi besar dalam sejarah manusia, di mana terjadi peralihan signifikan dari gaya hidup berburu dan meramu menjadi bercocok tanam, serta dari kehidupan nomaden menjadi menetap. Revolusi ini dianggap sebagai titik balik penting karena manusia mulai memiliki kemampuan untuk membudidayakan tanaman dan hewan. Transisi dari budaya ke peradaban, yang sering dipandang sebagai peralihan dari masa prasejarah menuju era sejarah, diperkirakan terjadi sekitar tahun 8000 hingga 5000 Sebelum Masehi.
Perubahan mendasar ini mendorong terbentuknya masyarakat yang lebih terstruktur dan kerja sama antar-individu untuk mempertahankan keberlangsungan hidup. Di wilayah Bulan Sabit Subur, masyarakat mengalami perkembangan yang pesat dan menciptakan aksara sebagai alat untuk administrasi dan perdagangan. Kawasan ini menjadi tempat lahir dan berkembangnya peradaban-peradaban Mesopotamia seperti Sumeria, Akkadia, Asyur, Babilonia, dan Persia, yang memberikan pengaruh besar terhadap peradaban kuno maupun modern. Selain itu, diyakini pula bahwa Nabi Ibrahim dilahirkan dan dibesarkan di kota kuno Ur, yang terletak di wilayah ini, sebelum tahun 1700 Sebelum Masehi. (Ibrahim, 2022)
Kawasan Bulan Sabit Subur memiliki pesona dan keunikan yang menarik perhatian bangsa-bangsa di sekitarnya, sehingga mereka berupaya untuk menguasai wilayah tersebut. Kemudian, Islam juga memasuki kawasan ini melalui beberapa gelombang serangan hingga akhirnya berhasil mengendalikan dataran subur tersebut. Peristiwa ini bermula ketika Islam mencapai wilayah Bulan Sabit Subur melalui serangkaian ekspansi, yang pada akhirnya membawa wilayah subur itu berada di bawah kekuasaan umat Muslim.