Mohon tunggu...
Muhammad Amin Alfazli
Muhammad Amin Alfazli Mohon Tunggu... Guru Informatika di SMAN 1 Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Magister Pedagogi – Universitas Lancang Kuning. Google Master Trainer dan Mentor Pendidikan Digital. Penulis dan Peneliti di bidang Pendidikan dan Teknologi.

Saya adalah seorang pendidik sebagai guru Informatika di tingkat SMA. Saat ini, saya juga aktif sebagai mahasiswa Magister Pedagogi di Universitas Lancang Kuning, Riau. Selain mengajar, saya menekuni dunia penulisan ilmiah, pengembangan media pembelajaran digital, serta aktif sebagai mentor dalam program Google Master Trainer. Saya percaya bahwa pendidikan tidak hanya membentuk pengetahuan, tetapi juga karakter dan semangat kolaboratif. Dalam menulis, saya sering mengangkat tema manajemen pendidikan, teknologi pembelajaran, etika digital, geo politik hingga isu-isu kepemimpinan di sekolah. Saya gemar berdiskusi tentang inovasi pendidikan, suka menulis opini berdasarkan refleksi praktik nyata di sekolah, dan berusaha menjadi bagian dari solusi atas tantangan pendidikan di era digital ini.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Paradoks Pendidikan di Indonesia: Antara Cita-Cita dan Realita

20 Juni 2025   17:44 Diperbarui: 20 Juni 2025   17:44 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi paradoks pendidikan indonesia (Sumber: AI)

Oleh: Muhammad Amin Alfazli, ST

Pendidikan sering digadang-gadang sebagai pilar utama dalam membangun peradaban bangsa. Di Indonesia, amanat UUD 1945 Pasal 31 telah menegaskan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak. Namun, hingga kini, kualitas dan pemerataan pendidikan masih menjadi persoalan mendasar yang terus menghantui negeri ini. Di tengah gemuruh jargon "Merdeka Belajar" dan revolusi digital, masih banyak anak bangsa yang tertinggal dalam ruang-ruang kelas yang reyot, dengan akses belajar yang jauh dari ideal.

Kesenjangan Akses dan Kualitas

Permasalahan pendidikan di Indonesia tak hanya soal kurikulum atau metode belajar, namun juga menyentuh akar persoalan kesenjangan. Di kota-kota besar, sekolah bertaraf internasional dengan fasilitas canggih tumbuh pesat, sementara di pelosok negeri, banyak sekolah yang bahkan tidak memiliki bangku dan papan tulis yang layak.

Fakta dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa ketimpangan mutu pendidikan antara wilayah barat dan timur Indonesia masih sangat mencolok. Di Papua dan Nusa Tenggara Timur, misalnya, angka partisipasi sekolah (APS) pada jenjang SMA masih jauh di bawah rata-rata nasional. Anak-anak di daerah terpencil harus menempuh puluhan kilometer, menyeberangi sungai, bahkan mendaki bukit hanya untuk sampai ke sekolah.

Kualitas Guru yang Belum Merata

Sumber daya pendidik menjadi jantung dari sistem pendidikan. Namun, pemerataan kualitas guru masih menjadi pekerjaan rumah besar. Di daerah terpencil, banyak guru yang mengajar di luar bidang keahliannya, atau bahkan belum memenuhi kualifikasi akademik yang memadai. Pelatihan berkelanjutan dan pemerataan penempatan guru masih belum efektif.

Hal ini berdampak pada proses belajar mengajar yang tidak maksimal. Kesenjangan antara guru di kota dan di desa tak hanya terletak pada kemampuan pedagogik, tapi juga pada motivasi dan dukungan yang diterima. Belum lagi tantangan kesejahteraan yang membuat sebagian guru mengajar lebih karena keterpaksaan daripada panggilan jiwa.

Ketergantungan pada Ujian dan Minimnya Literasi

Sistem pendidikan kita masih cenderung menitikberatkan pada pencapaian nilai akademik semata. Paradigma "lulus ujian = berhasil" masih sangat kuat. Akibatnya, proses belajar menjadi mekanistik, minim eksplorasi, dan hanya berorientasi pada hasil, bukan proses.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun