Al-Quran, Surah Al-Alaq pada ayat 1 (ayat yang diturunkan pertama kali), Allah Swt melalui Nabi Muhammad Saw (Nabi besar umat Islam) memerintahkan manusia untuk melakukan aktivitas yang namanya membaca. Membaca adalah salah satu aktivitas dalam mencari ilmu dan pengetahuan. Dengan membaca seseorang akan menjadi tahu dan memahami sesuatu, dan dengan membaca pula, seseorang akan dapat menambah dan mengembangkan pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki. Membaca sebagai salah satu bagian dari budaya akademik, pada dasarnya bukanlah suatu aktivitas yang hanya boleh dilakukan secara konsisten/istiqomah oleh mereka-mereka yang hidup dalam dunia kampus. Melainkan aktivitas membaca sebagai sebuah perintah pertama dari Allah Swt, sudah tentu aktivitas ini juga harus dilakukan oleh setiap manusia yang terlahir di Bumi. Karna aktivitas membaca adalah kunci pertama untuk membuka pintu peradaban yang kita cita-citakan bersama, serta aktivitas membaca adalah salah satu ciri dari sikap sosok manusia akademis yang masuk dalam prinsip-prinsip ilmiah (Reza A. A. Wattimena, 2011: 70--72). Maka, membaca menjadi salah satu aktivitas yang tercatat sebagai salah satu bagian dari budaya akademik ini, harus dibiasakan dan dipertahankan oleh masing-masing manusia itu sendiri, khususnya bagi mereka yang hidup di dunia Kampus.
Membaca sudah barang tentu menjadi salah satu budaya yang harus dipertahankan dan dikembangkan dengan baik. Namun, jika kita lagi-lagi berbicara dalam ruang lingkup kampus, budaya akademik itu tidak hanya berhenti pada budaya membaca, melainkan ada dua budaya lainnya yang tidak jauh lebih penting juga dari budaya membaca itu sendiri, kedua budaya yang dimaksud yakni; menulis dan berdiskusi. Menulis adalah cara untuk mengikat pengetahuan dan pemahaman, sebagaimana yang dikatakan juga oleh salah satu ulama Islam yakni; Imam Syafi`i, "ilmu adalah buruan, dan tulisan adalah ikatannya". Menulis adalah pengikat pengetahuan dan pemahaman diatas keterbatasan daya ingat yang dimiliki, dan tidak hanya sampai pada tahapan itu. Akan tetapi, menulis juga memiliki beragam manfaat yang dapat diraih, baik bagi personal individu itu sendiri, masyarakat, ataupun nusa, bangsa, dan agama.
Dari budaya membaca dan menulis, kita bergeser pada budaya berdiskusi. Berdiskusi adalah salah satu media pengembangan pengetahuan dan pemahaman yang kita miliki. Berdiskusi bisa juga dikatakan dengan salah satu metode pelatihan mentalitas untuk menyampaikan pandangan dan pendapat, dan bisa juga dikatakan sebagai cara dalam memecahkan sebuah persoalan (Isjoni, 2013: 131), pertukaran informasi, pengalaman, serta pertemuan dan pertengkaran ide dan gagasan yang didasarkan pada teori-teori tertentu yang dijadikan landasan ataupun rujukan (Kamisa, 2013).
Membaca, menulis, dan berdiskusi pada dasarnya merupakan tiga serangkai yang tidak bisa dilepas antara satu dengan yang lainnnya. Ketiga-tigannya itu merupakan satu kesatuan yang saling mengisi dan melengkapi, dan memiliki urgensi yang dapat kita katakan setara untuk dibiasakan dan dikembangkan dengan sebaik mungkin oleh setiap individu. Dan yang jauh lebih penting lagi, yang hendak ingin disampaikan pula bahwa, melalui ketiga budaya ini, pilar dasar dari perguruan tinggi yang kita katakan sebagai Tri Dharma Perguruan Tinggi, akan dapat terlaksana dengan baik ketika ketiga budaya ini dapat konsisten dilakukan sembari berpegang pada prinsip-prinsip ilmiah (Reza A. A. Wattimena, 2011: 70--72) oleh setiap individu yang ada di dalam dunia kampus itu sendiri. Karna membaca, menulis, dan berdiskusi merupakan tiga serangkai budaya dasar yang menjadi kunci utama di dalam mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Referensi
Isjoni. (2013). Pembelajaran Visioner Perpaduan Indonesia-Malaysia. Pustaka Pelajar.
Kamisa. (2013). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cahaya Agency.
Lexy J. Moleong. (2011). Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosda Karya.
Munir Yusuf. (2018). Pengantar Ilmu Pendidikan. Lembaga Penerbit Kampus.
Reza A. A. Wattimena. (2011). Filsafat Kata. Evolitera.
Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.