Mohon tunggu...
Muhamad Akbar Fadhil Mubarok
Muhamad Akbar Fadhil Mubarok Mohon Tunggu... Teknik Informatika

mahasiswa Informatika

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Membangun Perangkat Lunak Seaman Lego: PBSE, Model, dan Metode RPL

15 Mei 2025   08:35 Diperbarui: 15 Mei 2025   16:28 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Software Models and Methods & (sumber: AI)

Sudah berapa kali kita membaca berita tentang kebocoran data, ransomware, dan kegagalan sistem kritis? Sering kali publik menuding para hacker sebagai dalang tunggal, padahal akar masalahnya jauh lebih fundamental: cara kita merancang perangkat lunak.

Makalah Hamid dkk. (2018) -- yang memperkenalkan pendekatan PatternBased System Engineering (PBSE) -- menyodorkan perspektif segar: keamanan jangan ditempel di akhir, tapi ditanam sejak awal lewat pola siap pakai. Tulisan ini bukan ringkasan ilmiah, melainkan opini kritis dan (mudahmudahan) renyah tentang mengapa ide PBSE layak diperbincangkan, apa tantangannya, dan ke mana kita seharusnya berlayar dalam Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) abad ke21.

Pola Keamanan: Legasi PBSE

PBSE mengajak kita membayangkan keamanan sebagai kumpulan Lego. Alihalih menulis kode enkripsi berkalikali, kita mengambil brick bernama SecureCommunication, click, lalu jadilah terowongan TLS di desain kita.

Konsep ini sebenarnya bukan barang baru---design patterns sudah populer sejak Gamma dkk. Namun PBSE memadukannya dengan ModelDriven Engineering (MDE), sehingga pola ... bukan cuma catatan di wiki, melainkan artefak formal yang bisa diubah jadi kode, konfigurasi, bahkan dokumen uji otomatis.

Opini saya: Komposisi pola semacam ini ibarat copypaste yang dilegalisasi. Kalau dulu kita diomeli dosen karena menyalin kode, PBSE justru mendorong menyalin -- asal memahami konteksnya.

Tantangan di Industri: Saat Lego Bertemu Semen Nyata

Mari jujur: sebagian besar organisasi masih nyaman dengan keamanan tempelan. Mengapa?

  1. Budaya "nanti saja". Deadline mepet, fitur diutamakan; keamanan belakangan.

  2. Kurva belajar model. Memahami metamodel, transformasi, dan tooling MDE tidak semudah mengumpulkan library npm.

  3. Integrasi warisan (legacy). Pabrik manufaktur dengan PLC 20 tahun lalu butuh jembatan ekstra panjang agar pola modern bisa masuk.

PBSE menjawab poin 2 dan 3 lewat toolchain Eclipse dan integrasi ke Rhapsody, tapi tetap saja memerlukan investasi SDM. Tanpa dukungan manajemen, pola secanggih apa pun berakhir di laci.

Model vs. Metode: Kapan Kita Butuh Lego, Kapan Kita Butuh Panduan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun