Mohon tunggu...
Muhammad Abiyyi
Muhammad Abiyyi Mohon Tunggu... mahasiswa

suka jalan jalan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Riview Novel "Pulang" Karya Tere Liye

2 Juni 2025   21:51 Diperbarui: 2 Juni 2025   21:51 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kritik Sosial dalam Cerita

Tere Liye dengan cerdas mengangkat isu kesenjangan antara desa dan kota. Novel ini menunjukkan bagaimana kemiskinan struktural memaksa anak-anak muda meninggalkan kampung halaman untuk mencari penghidupan yang layak. Kritik ini disampaikan tanpa terkesan menggurui, melainkan melalui narasi yang mengalir natural. Pendidikan digambarkan sebagai tangga mobilitas sosial, namun Tere Liye juga mengkritik sistem yang tidak selalu adil bagi mereka yang berasal dari kalangan ekonomi bawah. Perjuangan Bujang untuk mendapatkan pendidikan yang layak mencerminkan realitas banyak anak Indonesia. Novel ini juga menyoroti fenomena urbanisasi yang masif, beserta konsekuensi psikologis dan sosialnya. Pergulatan identitas antara nilai-nilai kampung yang tradisional dengan tuntutan modernitas kota digambarkan dengan sensitif..

Tokoh yang Diangkat : Bujang

Karakter Bujang digambarkan sebagai figur yang sangat manusiawi dengan segala keterbatasannya. Dia bukan pahlawan sempurna, melainkan pemuda biasa yang memiliki tekad kuat. Transformasinya dari seorang anak kampung yang polos menjadi individu yang lebih dewasa dan bijaksana menunjukkan kedalaman karakterisasi Tere Liye.

Kekuatan karakter Bujang terletak pada kerelatifannya dengan pembaca. Perjuangannya mencerminkan realitas banyak anak muda Indonesia yang harus merantau untuk mencari kehidupan yang lebih baik.

Opini Pribadi

"Pulang" adalah novel yang berhasil menyentuh hati karena relevansinya dengan pengalaman kolektif masyarakat Indonesia. Tere Liye menunjukkan kemampuannya untuk mengemas isu-isu sosial yang kompleks dalam narasi yang entertaining tanpa kehilangan substansi.

Yang paling mengena dari novel ini adalah konsep "pulang" yang tidak sekadar geografis, tetapi juga emosional dan spiritual. Pulang bukan hanya soal kembali ke tempat asal, tetapi juga tentang menemukan diri sendiri dan nilai-nilai yang sesungguhnya penting dalam hidup.

Bagi generasi muda, terutama mereka yang sedang dalam fase pencarian jati diri dan perjuangan ekonomi, novel ini bisa menjadi companion yang memberikan perspektif dan semangat.

Kelebihan Novel " Pulang "

Tere Liye menggunakan bahasa yang sederhana namun powerful. Gaya berceritanya yang conversational membuat pembaca mudah terhanyut dalam cerita. Penggunaan bahasa sehari-hari yang akrab di telinga pembaca Indonesia menambah kedekatan emosional.

Alur cerita dibangun dengan pace yang tepat, tidak terlalu cepat namun tidak membosankan. Konflik-konflik yang dihadapi Bujang terasa realistis dan relevan dengan kondisi sosial masyarakat Indonesia.

Kelemahan Novel " Pulang "

Beberapa twist dalam cerita terasa cukup predictable, terutama bagi pembaca yang sudah familiar dengan pola storytelling Tere Liye. Ending yang relatif "happy" mungkin terasa terlalu neat untuk kompleksitas masalah yang diangkat.

Meskipun Bujang digambarkan sebagai karakter yang flawed, ada kecenderungan idealisasi yang membuatnya terkadang terasa terlalu "baik" untuk ukuran realitas yang keras.

Kesimpulan

"Pulang" adalah novel yang solid dengan pesan moral yang kuat tanpa terkesan preachy. Tere Liye berhasil menciptakan karya yang bisa dinikmati sebagai hiburan sekaligus memberikan insight tentang kondisi sosial Indonesia.

Meskipun memiliki beberapa kelemahan dalam hal originalitas plot dan kecenderungan idealisasi, kekuatan emosional dan relevansi sosialnya membuat novel ini worthy untuk dibaca, terutama bagi mereka yang tertarik dengan sastra populer Indonesia yang mengangkat isu-isu sosial kontemporer.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun