Mohon tunggu...
Muhammad ArdiansyahPutra
Muhammad ArdiansyahPutra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Foto Tidak Bermakna

Bagi saya keadilan sama dengan kemalasan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ada Kisah di Dalam Bus

31 Januari 2021   21:41 Diperbarui: 31 Januari 2021   21:51 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Terlihat dari dalam kaca bus. Seorang lelaki tua melihat seorang kernet bus duduk di warung memasang wajah melas dan dilanda kebingungan. Dalam hati lelaki tua itu ingin membatunya. Membantunya? Apa yang bisa dibantu. Tubuhnya saja sudah rapuh. Tak kokoh sepertih dulu. Berjuang mati-matian untuk negaranya. Kini tinggal kulit dan tulang yang tersisa. Mata lelaki tua itu masih saja memandangi wajah seorang kernet bus. Bibirnya tersenyum kentara. Giginya yang ompong semakin menambah kerutan saat tersenyum.

Le, seh, simbah njaluk tulung! Pean parani kernet iku! Waraen, onok opo? Opo onok masalah?” Tanya lelaki tua itu kepada pamuda yang duduk disampingnya.

“Oh, enggeh, mbah, tunggu disini, ya, mbah,” jawab pemuda itu. bergegas ia turun dan menghampiri kemana kernet itu berada. Ia tak kenal siapa tadi yang menyuruhnya. Ia hanya tahu kalau apapun yang diperintahkan orang tua harus segera dilaksanakan. Tak ada kata membantah saat orang tua menyuruh. Bahkan, ia tak peduli kalau ia disuruh berbuat tindak kriminal. Sekali orang tua berucap, maka terlaksanalah ucapannya itu. Orang tua macam apa itu? Tak patut.

Tubuh kernet itu mulai melayu. Dan kini mulai mempakkan wajah kekecewaan atas supir yang selama ini selalu mencari uang bersamanya. Baru kali ini supir itu pergi tak kunjung kembali. Biasanya kalau supir itu pergi, hanya untuk menunggu penumpang di dalam bus penuh. Dan baru kali ini supir itu tak ada di warung makan milik Bu Indri. Biasanya supir itu makan nasi pecel kesukaannya. Supir selalu pesan seporsi penuh milik Bu Indri. Kini tak ada bekas piring nasi pecel milik supir lagi di warung Bu Indri itu.

“Mas! enten masalah, ta? Terus piye? Kapan busnya berangkat?" Tanya seorang pemuda yang di suruh lelaki tua untuk menanyainya. Kernet bus itu kaget dan tertegun kaku atas pertanyaan pemuda itu. Lagi-lagi kernet bus itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Lalu segera masuk ke dalam bus lagi tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Pemuda itu bingung dengan si kernet bus itu. tak ada lagi rasa iba yang ada di wajah pemuda itu. ia sangat kesal dengan kelakuan si kernet bus yang membisu seribu kata.

Kini kernet itu sudah berada kembali di dalam bus. Ia menghela nafas panjang yang disertai suara amarah. Tak sepatah kata keluar dari mulutnya walau wajahnya yang terpampang marah. Kernet itu kembali lagi memainkan siulannya. Matanya dengan jeli juga mengamati keadaan luar bus. Kalau-kalau bus supir itu sudah kembali. Secara mendadak kernet itu menghentikan siulannya. Ia melihat warung Bu Indri kedatangan banyak polisi. Kernet itu berpikir kalau warung Bu Indri hari ini sangat laris manis. “Dasar polisi! Habis cari ceperan, hura-hura.” Ujar seorang lelaki berbadan kekar bertubuh tinggi.

Namun, jika diperhatikan baik-baik, kenapa ada pula polidi penyidik. Biasanya kalau polisi habis cari ceperan, ya, polisi lalu lintas aja. Kernet itu semakin bingung dan parau. Tapi tak lama kemudian, ia mengalihkan pandangannya. Ia pikir polisi itu tak penting. Ia hanya mementingkan keadaan yang sekarang. Supir yang ia tunggu belum juga datang.

“bisa berangkat tidak, mas?”

“mas?”

“bus sudah terisi penuh loh, mas?”

Tak sepatah kata keluar dari kernet bus itu. Ia hanya memandang ke depan saja. Menanti kedatangan seorang supir yang belum juga datang sampai detik ini. Wajahnya cemberut dan kusut. Namun, kernet bus itu tak mengeluarkan sepatah kata apapun. Tak berseling lama, perhatiannya tertuju pada seorang lelaki kurus tinggi dan mengenakan topi. Kernet itu melihat lelaki bertopi itu menuju ke arahnya. Lelaki itu masuk dalam bus yang supirnya belum-belum juga datang. Tapi, wajah kernet itu terlihat biasa saja. Ia kenal dengan siapa yang ia lihat itu. kawan dari supir yang ia tunggu-tunggu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun