Mohon tunggu...
Muhammad ArdiansyahPutra
Muhammad ArdiansyahPutra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Foto Tidak Bermakna

Bagi saya keadilan sama dengan kemalasan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ada Kisah di Dalam Bus

31 Januari 2021   21:41 Diperbarui: 31 Januari 2021   21:51 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kernet itu hanya diam saja. Tak ada satu kata pun yang membersit dari mulutnya yang masih bersiul. Matanya mulai berhenti bergerilya. Sempat, ia berdalih dalam pikirannya tentang berapa lama lagi ia harus menunggu supirnya. Antara mencari atau menunggu. Ia mulai bingung dengan keadaan ini. Banyak orang yang marah dengannya. Pikirannya tak karuan merasakan semua orang yang sedang ngedumel menunggu supir.

Orang yang berada di sampingnya mulai bertanya kepadanya, “Mas! Supirnya mana? Kok dari tadi belum terlihat batang hidunya?”

Kernet itu hanya menggelengkan kepalanya saja dan segera memalingkan wajahnya dari orang yang menanyainya. Orang yang menanyai kernet itu turut bingung juga dengan kernet bus yang menjawab tanpa satu kata pun. beberapa orang bertanya kepadanya, tak sepatah kata keluar  dari mulut seorang kernet bus itu.

Segerombolan orang yang duduk di kursi belakang ngedumel atas kelakuan si kernet bus itu. “sombong kali kernet itu, ha!” Ucap seorang lelaki berkulit hitam berpawakan pendek kepada bebarapa orang yang baru dikenalnya.

“Iya, sombong sekali kernet itu. Orang tanya saja tak dijawab! Huh! Dasar kernet sialan!” sahut seorang lelaki berwajah keriput.

“Siapa yang akan disalahkan kalau kernet itu dihajar atau kalau perlu dibunuh atas kelakuannya seperti itu. tidak ada yang disalahkan. Toh, dia sendiri yang memulainya.” Sahut lagi seorang lelaki berparas Jawa campuran Cina.


“Mungkin, kernet itu tak sayang dengan ibu dan bapaknya?” Ujar seorang lelaki bertubuh gendut.

“Mungkin, ia punya istri," tukas lelaki berwajah keriput itu.

Bah! Janda lah istrinya nanti. Macem mana kau ini, bang?" Sahut lagi seorang lelaki berkulit hitam sambil tertawa terpingkal-pingkal. Disusul kawan yang baru dikenalnya dan suara tertawa itu memenuhi seisi ruangan bus tersebut.

Terdengar suara tertawaan itu. Kernet bus itu langsung turun meninggalkan bus tersebut. Tanpa pikir panjang, kernet itu mencari supir bus yang belum juga menampakkan dirinya. Langkah kakinya melangkah lebar setiap menghela. Kernet itu masih saja tak berkata apa pun. Wajahnya masih saja terlihat dingin dan datar. Membuat beberapa orang yang dilewatinya merasa enggan dan takut untuk dekat-dekat dengan dirinya.

Awan panas mulai menjadi mendung. Orang-orang yang marasa dibakar mulai sedikit demi sedikit merasa sejuk. Tak ada antrian lagi di wc umum. Penjaga wc pun mengeluh atas keadaan yang sekarang ini, karena tak ada lagi orang yang datang lalu membayarnya. Bandit-bandit calo pun mulai berkurang. Tapi, saat mendung pun tak bisa membuat kerumunan orang yang berada di terminal berkurang. Makin ramai dan sesak. Dan tak disangka-sangka mulai menjelma mata nanar yang terpancar dari sepasang mata kernet bus itu. melihat banyaknya orang yang berada di terminal sambil mencari-cari supir yang telah lama ditunggu. Tak kunjung terlihat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun