Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa yang Tidak Anda Ketahui?

19 Agustus 2021   06:05 Diperbarui: 19 Agustus 2021   06:11 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengakuan akan ketidaktahuan merupakan pembuka gerbang menuju pengetahuan | Ilustrasi oleh Gerd Altmann via Pixabay

Pada awal kelas 12, saya mulai tertarik dengan buku-buku filsafat dan sangat menikmati pemikiran para filosof yang terkadang seperti tidak ingin dipahami (katakanlah Nietzsche). Saya mengagumi upaya mereka dalam menyingkap apa arti dari semua ketidakjelasan ini.

Tetapi kekaguman itu membuka pertanyaan aneh bagi saya: Apa yang membuat mereka bisa mencapai pemahaman sejauh itu? Apa yang membuat mereka istimewa? Padahal kebanyakan filosof adalah mereka yang sering bergelut dengan penderitaan.

Kini saya tahu jawaban universal yang mencakup semua pemikir di dunia: mereka merangkul ketidaktahuan mereka dan mengeksekusinya menjadi pengetahuan.

Orang-orang besar yang telah mencatatkan namanya dalam sejarah, setidaknya sebagian besar, adalah mereka yang membuka diri sendiri pada ketidaktahuan dan menerimanya dengan suka cita. Barangkali itulah yang membedakan mereka dengan kita.

Selama ini, mayoritas dari kita begitu defensif. Mereka mengubur dalam-dalam ketidaktahuan mereka dan menggantinya dengan ilusi yang mereka yakini sebagai kebenaran. Seperti yang bisa kita lihat, merekalah orang-orang yang terikat secara dogmatis.

Ilusi mereka menyebabkan intimidasi intelektual di mana mereka berhenti bertanya karena takut dinilai bodoh. Tapi sebaliknya adalah benar: mereka bodoh karena memutuskan untuk berhenti bertanya.

Kenyataannya, beberapa penelitian yang dilakukan seorang psikolog penerima hadiah Nobel bidang ekonomi, Daniel Kahneman, menunjukkan bahwa terkadang semakin pintar seseorang berpikir, semakin buruk mereka dalam memahami masalah yang kompleks.

Ini karena mereka mengandalkan pengetahuan mereka sebelumnya untuk asumsi yang tidak dipertimbangkan oleh orang "bodoh". Kesimpulannya jelas: mengatakan ketidaktahuan sebenarnya dapat memberi orang perspektif baru yang amat berharga.

Mengakui ketidaktahuan idealnya tidaklah memalukan. Ini adalah tanda kepercayaan diri dan keinginan otentik untuk belajar. Seperti kata Voltaire, "Dia pasti sangat bodoh karena dia menjawab setiap pertanyaan yang dia terima."

Orang yang memberikan tanggapan cepat dan jelas sering dianggap sebagai pemimpin yang kompeten. Namun, bukan berarti kebalikannya adalah salah. Mengakui ketidaktahuan juga merupakan tanda kerendahan hati dan integritas.

"Saya tidak tahu" bukan berarti "saya tidak peduli", terutama jika dilengkapi dengan kalimat, "Tetapi biarkan saya mencarinya serta mendalaminya, dan saya akan menghubungi Anda kembali."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun