Mohon tunggu...
Muhammad Luthfi Mubarok
Muhammad Luthfi Mubarok Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sedang menempuh pendidikan di prodi Kewirausahaan Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KKN Tematik UPI 2021: Orang Tua Kooperatif, Kunci Keberhasilan Pembelajaran Jarak Jauh

27 Juli 2021   19:00 Diperbarui: 27 Juli 2021   19:01 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) terpaksa harus berlanjut mengingat peningkatkan jumlah kasus Covid-19 masih tinggi di Indonesia. Meskipun PJJ hanya diwajibkan kepada tujuh provinsi yang sedang diberlakukan PPKM Level 4 yaitu  DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali. Namun di luar ketujuh provinsi tersebut sebenarnya memiliki opsi untuk melakukan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas sesuai SKB (Surat Keputusan Bersama) empat menteri.

Namun banyak sekali sekolah di luar ketujuh provinsi tersebut yang memilih untuk tidak ambil resiko. Salah satunya ialah SDN 2 Kertosari yang terletak di Desa Kertosari, Kecamatan Tanjung Sari, Lampung Selatan. Terhitung hingga tanggal 30 Juli 2020 sekolah ini masih memberlakukan PJJ.

Pratiwi atau biasa dipanggil Ms. Tiwi, salah satu guru di SDN 2 Kertosari mengeluhkan terlalu lamanya PJJ ini. Menurutnya PJJ ini akan berdampak buruk pada perkembangan siswa, khususnya kelas-kelas awal seperti pada kelas 1 dan kelas 2. Sebab pada tingkatan ini fokus utamanya ialah untuk bisa membaca dan menulis terlebih dahulu. Sedangkan bagaimana mungkin guru bisa mengajarkan membaca dan menulis dengan maksimal jika hanya mengandalkan PJJ. Anak akan cepat merasa jenuh saat belajar berlama-lama di depan smartphone. Apalagi ditambah kenyataan bahwa mereka melakukan itu sendiri tanpa dikelilingi teman-teman yang biasa mereka temui di kelas.

Di sini peran vital orang tua sebenarnya dibutuhkan. Sebab seringkali orang tua selaku wali murid dari sang anak tidak bersifat kooperatif dengan pihak sekolah (dalam hal ini guru). Masih menurut Ms. Tiwi, dalam beberapa kasus seringkali Ms. Tiwi memberikan tugas menulis tapi yang mengerjakan orang tuanya. "Gimana anak mau bisa nulis kalau yang ngerjain orang tuanya?", keluhnya. Akhirnya sikap yang diambil ialah dengan tidak memberikan nilai pada tugas-tugas yang tidak dikerjaan sendiri oleh anak yang bersangkutan.

"Itu baru masalah pengerjaan tugas. Ada lagi, yang sering itu murid gak ngumpulin tugas, alesannya gak tau. Ini orang tuanya emang gak baca isi grup whatsapp apa emang baca tapi gak disampein ke anaknya sih? Saya sendiri sampai bingung ngadepinnya", tutur Ms. Tiwi.

Orang tua seharusnya turut membimbing sang anak untuk mengikuti PJJ dengan baik. Ajarkan nilai kejujuran pada sang anak. Jangan hanya karena "males ribet" hak sang anak untuk mendapatkan pembelajaran diabaikan. Karena guru sudah melakukan upaya terbaik agar tetap bisa mengajar dan meminimalisisasi hal-hal buruk yang mungkin terjadi seperti mengantisipasi rasa jenuh/bosan pada anak dengan pembelajaran yang variatif, mengantisipasi keterbatasan akses internet serta fasilitas penunjang dengan hanya memanfaatkan keberadaan whatsapp yang notabenenya hampir setiap orang memilikinya, dan banyak upaya lainnya. Setelah semua yang dilakukan oleh sang guru, selanjutnya ialah tugas orang tua untuk memastikan semuanya berjalan dengan baik di rumah. Oleh karena itu orang tua yang kooperatif adalah kunci keberhasilan dari Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di tengah keterbatasan yang ada.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun