Mohon tunggu...
Suciati Lia
Suciati Lia Mohon Tunggu... Guru - Guru

Belajar mengungkapkan sebuah kata agar bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Sentuhan Jauh: Renungan bagi Perantauan, Mengingat Orang Tua dalam Kesibukan

26 Maret 2024   05:47 Diperbarui: 26 Maret 2024   05:56 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Tangkapan melalui hp dari youtobe, sumber Suciati 2024

Sentuhan Jauh: Renungan bagi Perantauan, Mengingat Orang Tua dalam Kesibukan

                    Ayah Aku Rindu

Ku nampak tak peduli
Kau nampak diam dan acuh
Bagi kami anak anak mu
Engkaulah ayahku
Tak pernah terlihat
Engkau mengeluh
Selalu kau tunjukkan
Senyum di wajahmu
Begitu besar tanggung
Jawab mu
Untuk kami anak anakmu


Ayah Peluk erat diri ku
Beriku semangat tuk
Menjalani hidupku
Ku ingin hebat seperti dirimu
Ajari aku nmenjadi sepertimu
Ayah Ku rindu aroma tubuh mu
Rindu kau peluk bagai
Masa kecilku dulu engkaulah lentera bagiku
Menerangi hidupku
Ayah Aku rindu padamu
Tak pernah terlihat
Engkau mengeluh selalu
Kau tunjukkan senyum
Di wajahmu Oh begitu besar tanggungjawab
Mu untuk kami anak-anakmu

          Pertama kali mendengar lirik lagu yang populerkan oleh Tri Suaka yang berjudul “Ayah Aku Rindu” tak terasa linangan air mata membasahi pipi. Ada perasaan bersalah dan kangen yang membuncah ingin menghabiskan waktu bersama orang tua di usianya yang senja. Entah memang karena liriknya yang luar biasa atau karena bapernya yang mudah menangis.

          Lagu ini mengingatkan akan perjalanan hidup saya yang penuh tantangan. Karena dorongan kedua orang tualah, saya bisa seperti ini. Tak ada yang bisa membanggakan hati seorang anak bisa mendengar kabar dari orang tua. Meskipun jarak rumah dengan orang tua jauh tak ada halangan untuk melepas kangen. Ada gawai yang bisa menjadi perantara komunikasi. Sesibuk apa pun diri dengan pekerjaan yang digeluti, setidaknya sehari harus ada menghubungi. Sekadar tanya kabar, apakah sehat?, apakah ada sesuatu? Rasanya malu bila orang tua yang menghubungi kita terlebih dahulu, terkesan kita terlalu sibuk dengan rutinitas hidup.

          Jika dipikirkan pekerjaan, pekerjaan tak pernah ada habisnya. Tapi jika diingat perjuangan orang tua yang membesarkan saya sungguh luar biasa. Dari pagi mengais rezeki hingga menjelang petang baru sampai di rumah. Panas mentari membakar kulitnya tak begitu dirasakan. Pernah sampai pukul 11 saja, saya menemani memetik cabai. Namun terasa begitu menyiksa di kulit. Tiba-tiba panasnya membuat sakit kepala. Saya mencoba menahan dan menikmati sampai pukul 12 siang. Ternyata itu saya lakukan jika ada waktu luang kala itu. pikiran saya terus bergelayut, luar biasa. Tapi semua perlu dinikmati sehingga tidak merasakan seperti beban.

          Ketahuilah jika kita mengingat orang tua, kita telah berusaha memuliakan orang tua. Jangan mengingatnya di saat kita sedang mengalami masalah tapi ingat juga di kala kita senang apalagi jika menerima rezeki berlebih. Berilah sesuatu untuk dipaketkan atau dikirim untuk menghapus lelahnya. Meskipun tanpa diminta tapi sebagai ucapan terima kasih seorang anak yang tidak bisa diukur oleh apa pun.

          Meskipun kita rumahnya jauh dengan orang tua. Jika diniatkan insyaAllah ada jalan untuk mengumpulkan rezeki untuk bersilaturahim apalagi momen lebaran tiba. Tak ada momen yang paling bahagia bagi orang tua untuk menanti kepulangan anaknya untuk menemuinya. Ingatlah selagi kedua orang tua kita masih hidup. Jangan sampai karena kita sibuk mengejar mimpi lalu melupakan dan tidak punya waktu bertanya kabar apalagi berkunjung?

          Saat tabir berkumandang, saat itulah hati kedua orang teriris menanti kepulangan anak dari perantauan. Namun bila kedua orang tua kita telah tiada jangan lupa mendoakan di setiap akhir salat kita. Dengan doa yang tulus tadi sebagai rasa terima kasih kita sebagai anak. Dengan doa kita, maka menjadi kado terindah untuk menjadi teman setia di akhir perinstirahan indahnya. Atau kita bisa memberikan sedekah kepada fakir miskin dan anak yatim piatu dengan menyebut nama orang tua. Dengan begitu, melalui doa anak yatim dan yang memerlukan bantuan setidaknya memberikan sesuatu untuk orang tua kita yang telah tiada.

          Sekarang posisi kita sama seperti orang tua. Bagaimana kita membesarkan anak, mengandung, sampai anak sakit. Begitulah yang dirasakan kedua orang tua kita dulu. Jika kita memiliki pekerjaan tetap akan berbeda tantangan bila orang tua tidak. Bagaimana seluruh pikirannya dikerahkan untuk usaha apa? Agar bisa bertahan hidup. Muliakanlah orang tuamu selagi kita mampu dan diberikan napas kehidupan. Kita tidak tahu kapan waktu yang Allah berikan untuk hidup. Namun hidup adalah sebuah anugerah yang luar biasa bila kita diberikan kesempatan untuk berbakti kepada orang tua.

          Jika kita memuliakan orang tua, insyallah di setiap hambatan hidup, Allah selalu memberikan kemudahan meskipun itu tantangan yang luar biasa. Masalah memang begitu pelik tapi ada saja pelita yang hadir seolah Allah hadir membantu. Masih banyak lagi kado yang Allah berikan kepada kita. Jangan sampai waktu di dunia yang fana ini kita sibuk untuk mengejar dunia (pekerjaan) demi karier yang menjadi impian. Tapi ingat, di setiap langkah kita ada doa orang tua yang menyertai. Ingatlah, insyallah berkah hidup menyertai di setiap perjalanan.

         

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun