Lalu, faktor apa saya yang menyebabkan pemerintah orde baru dapat meraih predikat swasembada beras?. Menurut penulis, ada beberapa sebab mengapa hal tersebut dapat terjadi.
Dampak Revolusi Hijau
Revolusi Hijau merupakan upaya peningkatan produksi pertanian di seluruh dunia dengan menggantikan teknologi pertanian tradisional ke teknologi pertanian modern. Revolusi Hijau ini berfokus pada pengembangan varietas bibit unggul biji-bijian seperti gandum, padi, dan jagung. Upaya tersebut turut didorong dengan penggunaan pupuk kimia, agrokimia, pasokan air yang terkontrol (yang umumnya melibatkan irigasi), dan metode penanaman yang lebih baru dan lebih modern.Â
Revolusi hijau merupakan hasil pemikiran dari seorang tokoh berkebangsaan Inggris bernama Thomas Robert Maltus. Di Indonesia, revolusi hijau diwujudkan dalam bentuk penggunaan varietas bibit unggul, perbaikan tata cara bertanam, dan penyediaan irigasi. Tiga program tersebut dilaksanakan oleh pemerintah orde baru dalam bentuk REPELITA atau Rencana Pembangunan Lima Tahun.
Bimas atau Bimbingan Massal
Bimas atau bimbingan massal, merupakan cara pemerintah orde baru untuk memberikan penyuluhan kepada para petani. Program ini tidak hanya menyasar petani secara individu, namun juga menyasar petani secara kelompok. Di dalam program bimas ini, petani diajarkan konsep pertanian modern dengan disertai modal dan subsidi untuk melakukan usaha mereka.
Inmas atau Intensifikasi Massal
Intensifikasi pertanian atau Inmas merupakan program pemerintahan orde baru yang bertujuan untuk memanfaatkan lahan sempit menjadi lahan pertanian.Â
Pengolahan tersebut diiringi dengan pelatihan kepada petani mengenai pengolahan tanah yang baik, pengairan yang teratur, pemilihan bibit unggul, serta pemberan tasan hama dan penyakit. Dari program ini, banyak masyarakat yang sadar untuk memanfaatkan pekarangannya sebagai lahan usaha pertanian.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut, mungkinkah swasembada beras dapat terulang lagi di zaman sekarang. Menurut penulis, penyebab mendasar mengapa negara kita masih mengimpor beras adalah terdapat perbedaan data antar instansi pemerintah. Misalnya saja pada tahun 2019, terdapat perbedaan data produksi dan konsumsi beras antara BPS dan Kementerian Pertanian.Â
BPS menyebutkan produksi beras nasional mencapai 32,42 juta ton, sedangkan data Kementerian Pertanian menyebutkan produksi beras nasional mencapau 46,5 juta ton.Â