Mohon tunggu...
Muhamad Saudi
Muhamad Saudi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kopi hitam

Penikmat kopi hitam

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Politisi Perempuan Bukan Pemandu Sorak

2 Juni 2023   21:58 Diperbarui: 3 Juni 2023   01:17 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar diambil dari Twitter 

Politisi perempuan bukan pemandu sorak. ini mungkin ungkapan yang paling tepat dikemukakan dimana ketika musim pemilu tiba,partai comot sana comot sini menjadikan perempuan sebagai caleg. mulai dari keluarga, kerabat, teman sekelas bahkan tetangganya. alasannya klasik. mengisi 30% keterwakilan perempuan di tiap dapil, selebihnya mengisi kekosongan nomor urut caleg.

Mau tidak mau, tetapi ini yang terjadi. Politisi perempuan tidak begitu dominan di kancah politik nasional di berbagai negara.(kecuali di Skandinavia). khususnya di Indonesia. terbukti pada periode 2019-2024, dari total kursi 560 di DPR RI, hanya 120 orang perempuan yang mampu duduk di dalamnya. ini menunjukkan bahwa representasi perempuan didalam parlemen tidak cukup untuk memperjuangkan dan mengangkat isu perempuan. sehingga perlu adanya usaha agar meningkatkan representasi tersebut. bukan tanpa alasan, tapi memang Banyak hambatan kenapa kehadiran keterwakilan perempuan di parlemen masih sangat sedikit, dan yang paling berpengaruh ialah bentuk hambatan klasik yang memaksa perempuan harus lebih keras lagi berjuang dalam peran politiknya. diantara hambatan itu salahsatunya ialah hambatan psikologis.

Hambatan psikologis yang ada pada diri perempuan ialah kurangnya rasa percaya diri, ditambah tidak adanya restu dari suami dan keluarga. dan ini menjadi beban berat ketika bersaing dengan kaum maskulin di kontestasi pemilu. ketidakpercayaan diri ini juga berbanding lurus dengan kultur masyarakat yang ada, terutama di desa yang masih memandang perempuan itu sebagai "aurat" yang tidak boleh di umbar. dan fanatisme berlebihan bahwa yang pantas berkiprah di pemerintahan hanya kaum laki-laki. yang mana sangat memengaruhi perempuan sehingga bisa menjadikannya layu sebelum berkembang. akhirnya ini mengakibatkan kaum hawa enggan melanjutkan kiprah politiknya di kancah nasional, bahkan meski hanya untuk memulai di parlemen tingkat kabupaten/kota.

Ganjalan berikutnya, Kemapanan ekonomi. ini juga sangat besar pengaruhnya bagi eksistensi perempuan di dunia politik. dikarenakan pemilu merupakan kegiatan yang sangat mahal ongkosnya. yang jumlahnya sulit dihitung secara matematika. Modal yang sedikit memberikan dampak yang sangat kecil untuk menang dalam aspek khususnya kampanye, terlebih apabila dibandingkan dengan laki-laki yang biasanya memiliki kemapanan ekonomi yang lebih tinggi. Hambatan ekonomi ini juga makin menambah tingginya rasa enggan perempuan untuk mencoba kiprah politiknya dikarenakan tidak ada ceritanya bahwa uang yang digunakan saat kampanye akan kembali pada akhirnya.

Terakhir dan ini amat sangat berpengaruh bagi kaum perempuan yang ingin duduk di parlemen tetapi harus menghadapi berbagai hambatan yaitu Hambatan kultur sosial dan masyarakat. Salahsatunya pandangan masyarakat yang masih menilai bahwa perempuan tidak pantas terjun ke dunia politik. keharusan bagi perempuan sebaiknya hanya mengatur urusan keluarga saja (mengurus rumah, merawat anak, melayani suami). Pandangan kolot ini mengakibatkan perempuan tidak begitu banyak mendapat perhatian apalagi dukungan dari setiap langkahnya ketika terjun ke dunia politik. Hambatan-hambatan tersebut diatas hanya sedikit dari banyaknya permasalahan yang dirasakan perempuan dalam memecah kebuntuan kenyataan politik yang ada di negeri kita saat ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun