Mohon tunggu...
Muhamad Rifqi Rahman
Muhamad Rifqi Rahman Mohon Tunggu... Guru PAI SMPN 2 Kuningan

Long Life Education

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Harmonisasi Akal, Ruh dan Akhlak : Konsep Pendidikan Islam Menurut Al-Ghazali

7 Oktober 2025   10:50 Diperbarui: 7 Oktober 2025   10:49 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilmu agama (syar'iyyah): al-Qur'an, hadis, fikih, tauhid.

Ilmu rasional/ duniawi (aqliyyah): matematika, kedokteran, logika, dll. Keduanya penting. Ilmu agama untuk akhirat, ilmu rasional untuk mendukung kehidupan dunia. Namun, ilmu agama tetap menjadi prioritas. Kedua ilmu itu memiliki peran yang berbeda, namun keduanya memiliki manfaat bagi manusia. Ilmu syar'i bersumber dari wahyu dan membawa manusia kepada akhirat, sedangkan ilmu aqli berfungsi mendukung urusan duniawi. Namun, keduanya tidak boleh dipisahkan." [14]

                Dengan demikian,  Jika dipandang pada sudut kedudukan "Ilmu yang paling mulia adalah ilmu syar'i, karena dengannya manusia mengenal Allah dan tujuan hidupnya. Ilmu rasional seperti logika dan kedokteran tetap penting sebagai sarana, bukan tujuan."[15] Dalam Implementasinya Al-ghazali mengharmonisasikan anatara Akal, Wahyu dan Akhlak. Sehingga tidak ada kata dikotomi diantara ilmu dunia dan akhirat keduanya memiliki peran penting dalam menjalankan kehidupan manusia di dunia dan di akhirat. Sejalan dengan pemikiran Franz "Konsep klasifikasi ilmu Al-Ghazali menunjukkan keseimbangan: tidak menolak ilmu duniawi, tetapi menempatkan ilmu agama sebagai prioritas karena berhubungan langsung dengan keselamatan akhirat."[16]

 

Relevansi pendidikan Islam Kontemporer

            Konsep pendidikan Islam menurut Al-Ghazali bertujuan membentuk manusia seutuhnya melalui keseimbangan antara akal, ruh, dan akhlak. Pendidikan bagi Al-Ghazali bukan hanya untuk menambah pengetahuan, tetapi juga untuk membimbing manusia mengenal dirinya dan Tuhannya, serta hidup sesuai nilai-nilai ilahi. Tujuan akhirnya adalah mendekatkan diri kepada Allah dan mencapai kesempurnaan pribadi (insan kamil).

           Dalam pandangannya, pendidikan harus berpusat pada ilmu agama, etika, dan tasawuf yang berperan membersihkan hati dan membentuk akhlak. Akal penting, tetapi tidak boleh melebihi wahyu, karena akal memiliki batas dalam memahami hakikat kebenaran. Wahyu menjadi pedoman utama, sedangkan akal berfungsi mendukung dan memperkuat pemahaman manusia terhadap ilmu.

           Al-Ghazali menolak pandangan filsafat yang bertentangan dengan wahyu, seperti anggapan bahwa alam tidak diciptakan, Allah hanya mengetahui hal umum, dan kebangkitan hanya bersifat ruhani. Baginya, alam adalah ciptaan baru Allah, Allah mengetahui segala sesuatu secara rinci, dan kebangkitan melibatkan jasad dan ruh. Pandangan ini mendidik manusia agar rendah hati, merasa diawasi Allah, dan tidak berlebihan mencintai dunia.

         Ia juga menegaskan bahwa ilmu agama dan ilmu rasional harus saling melengkapi. Ilmu rasional membantu kehidupan dunia, sedangkan ilmu agama membimbing manusia menuju kebahagiaan akhirat. Pendidikan ideal adalah yang menyeimbangkan keduanya sehingga lahir manusia berilmu, beriman, dan berakhlak. Dengan keseimbangan ini, Al-Ghazali menciptakan konsep pendidikan yang harmonis antara wahyu dan akal, iman dan ilmu, dunia dan akhirat, guna melahirkan insan kamil yang membawa kebaikan bagi seluruh kehidupan.

 

DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun