Setelah dasar program terbentuk, kegiatan berlanjut ke tahap riset dan penguatan kapasitas. Fokus utamanya adalah meningkatkan kualitas bambu melalui penelitian genetik terhadap varietas unggul, serta memperkuat kemampuan masyarakat melalui pelatihan teknis dan pengembangan wirausaha bambu melalui BambooPreneur Academy.
      Hasil dari tahap riset kemudian diterapkan dalam tahap produksi dan hilirisasi, di mana bambu diolah menjadi berbagai produk bernilai tambah seperti furnitur, material konstruksi, dan kerajinan. Pada tahap ini juga dilakukan sertifikasi mutu untuk memastikan produk memenuhi standar nasional dan internasional. Jika hasilnya belum sesuai standar ekspor, kegiatan akan dikembalikan ke tahap riset untuk penyempurnaan lebih lanjut.
      Kemudian jika produk telah memenuhi kriteria pasar, kegiatan berlanjut ke tahap distribusi dan promosi. Pada fase ini, program menekankan perluasan jaringan pemasaran, kampanye publik, promosi digital, serta dukungan pembiayaan ramah lingkungan (green financing) bagi pelaku usaha bambu.
      Siklus ditutup dengan tahap monitoring dan evaluasi, yang berfungsi menilai dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan dari seluruh rangkaian program. Hasil evaluasi kemudian digunakan sebagai masukan kebijakan untuk menyempurnakan strategi di masa depan. Jika ditemukan kebutuhan penyesuaian, proses kembali ke tahap awal sebagai bentuk re-inisiasi hingga program mencapai titik akhir yang optimal.
Kolaborasi Hexahelix untuk Ketahanan Ekologi, Ekonomi, dan Sosial Berbasis Bambu
      Pendekatan hexahelix dipandang efektif dalam memperkuat kolaborasi lintas sektor untuk pengelolaan bambu berkelanjutan di Indonesia. Model ini memadukan peran pemerintah, akademisi, industri, komunitas, media, dan lembaga keuangan guna mempercepat inovasi dan implementasi program (Firmansyah et al., 2022). Kolaborasi multi-aktor ini penting karena tantangan pengelolaan sumber daya bambu bersifat kompleks dan membutuhkan sinergi lintas bidang (Kelvin et al., 2022). Selain itu, model hexahelix mendorong keterlibatan aktif seluruh pemangku kepentingan agar kebijakan dan program pelestarian dan pemanfaatan bambu lebih adaptif terhadap kebutuhan sosial dan lingkungan (Zakaria et al., 2019).
Â
Peran Masyarakat dan Pemerintah dalam Meningkatkan Pelestarian dan Pemanfaatan Bambu sebagai Solusi untuk Ketahanan Ekosistem, Ekonomi, dan Sosial
      Pelestarian dan pemanfaatan bambu tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja. Masyarakat berperan penting sebagai pengelola utama di lapangan. Mereka menjaga hutan bambu rakyat, menanam kembali bambu di lahan kritis, serta mengolahnya menjadi berbagai produk bernilai tambah seperti anyaman, perabot rumah tangga, dan bahan bangunan. Di beberapa daerah, masyarakat juga membentuk kelompok atau koperasi bambu untuk memperkuat usaha dan memperluas pemasaran produk mereka.