Mohon tunggu...
Muhamad Ramdhani
Muhamad Ramdhani Mohon Tunggu... Aktor - Pemula

@donii_il

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Helltown

27 Februari 2020   01:00 Diperbarui: 27 Februari 2020   01:02 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Ini aku, sama seperti biasanya. Bosan. Melakukan hal yang seharusnya dikerjakan oleh orang dewasa. Berdiri dibelakang kasir, memanggang roti, menyapu lantai, membuang sampah. Maksudku, aku berhak menikmati hidup dengan umurku yang sekarang ini. 14 tahun bukanlah umur untuk seseorang melakukan pekerjaan yang seharusnya orang dewasa kerjakan. Bersenang-senang dan bermain bersama teman. Itu yang aku butuhkan, bukannya bekerja di toko roti yang jarang sekali orang kunjungi. "Cloo..eee.." Bibiku memanggil dari lantai dua dengan nada yang cukup keras, nyaris membentak. "Yaa.." sahutku. "Mengapa kau belum juga membuang sampahnya?!" tanyanya. "Diluar hujan" "Tapi tidak besar. Ayolah cepat!" "Baik, akan ku keluarkan sekarang!" dengan nada agak membentak. Aku pun langsung membawa tumpukan sampah menggunakan trolley ke halaman belakang. Karena pengangkut sampah biasa mengambilnya disana. 

Aku agak ragu untuk kesana, karena halaman belakang menghadap langsung ke hutan. Gelap dan dingin yang kubayangkan saat melihatnya. Cuaca yang selalu mendung dikota ku, menambah kesan menyeramkan. Tak ada orang yang pernah masuk kedalam hutan itu kata Bibiku. Sangat misterius. "Huh, sangat melelahkan." Keluhku. Tak sengaja saat aku menoleh ke hutan itu, aku seperti melihat sesosok makhluk yang sering warga kota bicarakan. Dengan perawakan yang menyeramkan. Wajah tak berstruktur hanya mempunyai mulut, tak berambut, tangan kecil tak berdaging dan sangat panjang sehingga menyentuh tanah, kaki hanya berupa tulang dan menyerupai tangannya. Konon katanya bila ada orang yang melihatnya, maka dia akan langsung memakan orang tersebut secara brutal dengan cakar dan giginya yang sangat tajam dengan cara mencabiknya. "hahh..itu kan," seketika seluruh tubuhku bergetar. 

"Bukan, itu bukan dia. Aku pasti sedang berhalusinasi. Aku yakin itu bukan, bukan....MUTAN." Secara spontan aku berlari masuk ke dalam toko. Aku berusaha untuk tenang, tetapi tetap saja tidak bisa. Kemudian aku memutuskan untuk pulang ke rumah hari itu. Sulit menerima kenyataan bahwa rumor yang orang bicarakan telah kulihat dengan mataku. Aku berbaring dikasur dengan harapan dapat tertidur dan melupakan semuanya. Walaupun sulit, tetapi akhirnya aku dapat tertidur. .... Saat terbangun waktu menunjukan pukul 02:00 malam. Aku melihat keluar jendela. Suasana diluar masih gelap, hanya diterangi lampu rumah yang menyala dibagian luar. Malam sangat kelam dikota-ku. Udara dingin yang menusuk adalah hal yang biasa di Helltown. Kegelapan yang menyelimuti kota ini, menambah keberadaan makhluk itu semakin mendominasi. Cakar yang tajam dan mulut penuh darah menengok ke arahku tadi sore. Masih teringat. Mungkin tak akan lupa. Saat sudah pagi, aku melakukan rutinitsku seperti kebanyakan masyarakat desa lakukan. Membersihkan rumah, sarapan, mencuci pakaian, mengeruk salju dihalaman, dan banyak hal lainnya. Sampai saatnya aku pun harus bekerja kembali. Melelahkan memang. Tetapi bila bukan aku, siapa yang akan memenuhi kebutuhan rumah. Ingin rasanya punya keluarga. Dulu aku dirawat oleh Bibi dan Paman-ku. Mereka sangat baik sekali padaku. Aku sudah menganggap mereka sebagai orang tua-ku sendiri. Kami sering menghabiskan waktu bersama. Mulai dari menjaga toko, ber-rekreasi, dan bermain bersama. Rindu, sangat rindu bila mengingatnya. 

Tetapi saat paman meninggal, Bibi Daisy sangat terpuruk. Ia tak mau ditemui oleh siapapun, termasuk aku. Berminggu-minggu ia tak keluar kamarnya. Ia hanya membuka sedikit celah pada pintu agar makanan yang kuberikan dapat ia ambil. Sampai saatnya ia menyadari bahwa terlalu lama bersedih tak ada gunanya. Dan untuk pertama kalinya setelah berminggu-minggu aku dapat melihat wajah Bibi yang cantik, walaupun agak pucat. Tetapi aku lega karena dapat bertatap muka dengannya. Setelah beberapa hari kami menjalankan toko kembali, banyak perkataan orang yang cukup mengganggu Bibiku. Entah apa yang mereka bicarakan, karena pada saat itu umurku masih kecil. Sekitar 7 tahun. Aku memang tidak bersekolah karena biaya yang dibutuhkan pasti akan sangat banyak, tetapi aku tahu bahwa Bibi merasa terganggu dengan perkataan orang-orang. Walaupun ia tidak memperlihatkannya secara langsung, tetapi aku tahu dari raut wajahnya. Ia tak bisa menyembunyikannya, tidak padaku. Hal inilah yang membuat sifatnya berubah. Pemarah, arogan, dan tak suka bersosialisasi. Jujur aku rindu masa-masa itu. Kami seperti keluarga. Akur, aman dan damai. Tetapi yang menjadi persoalan utamanya adalah, siapa?. Siapa yang memulai dan menyebabkan semua ini terjadi?. Sempat aku bertanya pada Bibiku, "Kalau Cloe boleh tahu, apa yang menyebabkan Paman meninggal?". Tetapi ia menjawabnya dengan perkataan yang membuatku tercengang "Bukan apa, tapi siapa". Halus dia mengatakannya. Aku tahu bahwa dalam perkataannya ia menyiratkan suatu hal, yang tidak aku ketahui adalah apa maksud dari kata, "Siapa?". Apakah dia tetangga kita, orang tak dikenal, atau justru bukan manusia?. Apapun itu aku tak ingin lagi orang terdekatku meninggalkanku. Yang terpenting sekarang adalah aku dan Bibiku masih hidup dan bisa menjalankan hidup dengan normal. 

Walaupun sedikit berbeda suasananya, tapi aku sudah terbiasa. Aku kembali pada rutinitasku yang lain yaitu menjaga toko. Memastikan semuanya baik-baik saja dan tak ada satupun yang berkurang. Jangan lagi. Bedanya hari ini, aku terus memikirkan tentang Mutan itu. Aku ingin tahu lebih banyak tentang mahluk yang selalu mengganggu kota. "sebenarnya apa yang dia inginkan?, Apa yang dia cari?, Apa yang dia butuhkan?" perkataan ini yang selalu terngiang-ngiang dalam pikiranku saat ini. Tetapi pertanyaan yang sebenarnya adalah..."Mengapa dia ada di kota ini?". "Kling...kling..." seorang pelanggan masuk dengan pakaian yang sangat aneh. Tak seperti orang kota kebanyakan. Pakaiannya hampir seperti seorang detektif. Aku yakin dia adalah seorang detektif. Dia melihat sekitar, seperti ada sesuatu yang dia cari. Aku pun mendekatinya untuk menawarkan daftar menu, "Silahkan mau pesan apa?" tanyaku. "Teh hangat satu." Sambil menatapku dengan tajam. "Sekalian makannya?" " Tidak, itu saja." "Baik akan kubuat sekarang." Saat aku akan pergi ke dapur untuk membuatkan pesanan, dia menyuruhku berhenti dan kemudian menanyakan hal-hal yang sama sekali tidak aku ketahui. Seperti nama-nama ilmiah,hewan, dan cairan mungkin. Aku jawab tidak tahu karena aku memang tidak mengetahuinya. Lalu dia memberiku kartu namanya. Dia bilang, "Hubungi aku bila ada hal yang mencurigakan di kota ini." Kemudian dia pergi tanpa memesan apapun. ... Waktu menunjukan pukul 19:00 malam. Saatnya aku pulang kerumah dan menyerahkan tugas toko pada Bibi. Dalam perjalanan pulang aku terus menatapi kartu nama yang orang tadi berikan kepadaku. Apa maksud dari semua ini. Perkataan yang tidak aku pahami satupun membuatku penasaran akan hal tersebut. Tetapi aku memiliki satu pemikiran, "Apakah dia mencari sesuatu yang aku ingin cari tahu juga?". Keesokan harinya aku meminta libur 2 hari dari pekerjaan di toko. 

Akupun mendatangi orang itu, karena aku tahu dia mengetahui sesuatu mengenai mahluk itu. Ternyata rumahnya tidak jauh dari rumahku. Hanya beberapa blok dari rumahku. Aku sudah berada di depan pintu rumahnya. Tetapi aku hanya bisa terpatung kaku karena merasa ragu akan hal yang akan aku tanyakan atau mungin aku ungkapkan mengenai hal ini. Tetapi rasa penasaranku melawan semua keraguanku. Dengan tenang, aku ketuk pintu rumahnya. Dia keluar. Sambil memegang buku ilmiah tak menoleh sedikit pun padaku. "Siapa kau?" tanyanya. "Ini aku, pelayan toko yang kemarin kau ajak bicara." Pandangannya seketika terpacu padaku. Dia kaget melihatku datang secepat ini. "O..ooh, silahkan masuk." Dia mempersilahkanku masuk ke rumahya. Banyak serangga dan dedaunnan yang sudah diawetkan kemudian diberi bingkai yang menempel pada dinding utama rumahnya sebagai hiasan. Yang dapat menandakan bahwa orang itu adalah seorang ilmuwan atau semacamnya. Aku duduk di sofa yang membelakangi jendela, kemudian dia datang dan duduk dikursi yang tepat berada dihadapanku. Kami hanya terhalang sebuah meja kayu dengan ukiran yang sangat detail. Awalnya kami memulai obrolan dengan sebuah perkenalan. "Baik perkenalkan namamu terlebih dahulu." "Namaku Cloe Charlotte. Panggil saja Cloe." "Oke Cloe, apa yang kamu ketahui tentang makhluk yang tinggal di hutan kota ini?" Sontak aku pun kaget akan pertanyaan yang dia tanyakan padaku. Maksudku, siapa dia?, Mengapa dia mengetahui tentang makhluk itu?. "Siapa kau? Mengapa kau menanyakan hal ini?" tanyaku. "Aku minta maaf atas kelancanganku. Perkenalkan aku adalah seorang ilmuwan muda. Namaku Joy, Joy Grace." "Oke Joy. Aku percaya padamu, akan kuceritakan. Semuanya bermula saat..." Akupun menceritakan semuanya dengan lengkap tanpa ada satu kata pun yang terlewat. Tentang semua yang kulihat saat dihalaman belakang toko. 

Dia sangat terkejut setelah aku menceritakannya. Itu membuktikan bahwa pendapatku tentang dia mengetahui sesuatu mengenai mahluk itu. Aku yakin dia tahu sesuatu. Kemudian setelah mendengarkan perkataanku dia menunjukan penelitiannya tentang asal-usul terciptanya Mutan. "Sudah kuduga." Bisikku. Aku membaca beberapa buku yang dia tulis sendiri. Sebagian besar bukunya membahas anatomi tumbuhan, hewan, dan juga manusia. Tetapi ada satu buku yang berbeda dari buku yang lainnya, yaitu buku tentang makhluk mitologi yang juga dia tulis sendiri. Saat aku buka beberapa halaman ada selembar kertas yang di selipkan pada pertengahan buku yang berisi tentang peta atau lokasi mengenai keberadaan suatu mahluk di dalam hutan. Saat dia tak melihat aku mengambil peta itu dan menyelipkannya ke dalam jaketku. Aku tahu ini adalah sesuatu yang penting baginya, tetapi aku pun membutuhkan banyak informasi tentang makhluk itu lebih dari apapun yang dia butuhkan. Ini hanya sebagian kecil informasi yang aku dapat, aku membutuhkan lebih dari hanya sekedar peta. Dia mempunyai segala informasi yang aku butuhkan, sekarang tinggal bagaimana aku bisa mendapatkannya. "Cloe, apa kamu sudah selesai membaca-baca nya?" Tanyanya. "Su...sudah. Selanjutnya apa?" "Bila kau tidak keberatan maukah kau menemaniku untuk mengambil beberapa sample daun di hutan?" Saat mengatakan hal itu aku agak ragu untuk menyetujuinya. Maksudku setelah apa yang terjadi di halaman belakang, itu sudah cukup membuatku takut dan kepikiran. Meskipun dalam radius sekitar 20 meter. 

Sekarang justru ada orang yang mengajakku secara langsung untuk menemuinya. Bukan tidak mungkin kita bisa berpapasan dengan makhluk itu disana. Tetapi bila aku tidak ikut dengannya maka sama saja seperti aku membatasi jalan menuju informasi yang aku butuhkan. Lagi pula tak ada satu orang pun yang pernah kesana bukan?, jadi kebenarannya belum terbukti. Bisa saja dia tidak tinggal di hutan itu. Aku harus terima resiko apapun itu masalahnya yang akan kita hadapi nanti. Bagaimanapun juga aku tidak boleh menaruh sedikitpun curiga kepadanya, karena itu akan membongkar segala sesuatu yang sudah kusiapkan dari awal. "Baik, ayo kita kesana. Lagi pula aku ingin menghirup udara segar di dalam hutan." Jawabku lantang. "Baguslah kalau kau bersemangat. AYOO!!" Akhirnya kita berdua menyiapkan segala sesuatu yang mungkin akan dibutuhkan saat kita berada di dalam hutan. Dalam perjalanan menuju hutan kami sempat bertukar pengalaman tentang pekerjaan. Ternyata dia dulu adalah seorang detektif yang ditugaskan di suatu daerah untuk mencari tahu segala informasi mengenai pembunuhan yang dilakukan seseorang kepada sebuah keluarga. Akan tetapi dia mengundurkan diri saat dipertengahan tugasnya. 

Saat aku tanya, "Kenapa?" dia tak bisa memberitahunya. Dia memanglah seseorang yang sulit ditebak. Tak terasa kita sudah berada di tepi hutan. Saatnya aku memulai ekspedisiku mengenai makhluk itu. Dan aku tak peduli apa yang akan Joy lakukan didalam hutan. Dia terlihat santai dan menikmatinya saat kita berjalan menyusuri hutan. Dia sibuk melihat berbagai macam tanaman dan hewan yang ada disana. Seakan tak peduli dengan cerita yang baru saja aku beritahu sebelum kita menuju kesini. Entah dia lupa atau tak peduli dengan semua yang aku ucapkan kepadanya. Sejauh ini aku belum melihat sesuatu yang janggal ataupun tanda-tanda mengenai makhluk itu. Aku sudah sedia senjata, karena mungkin saja dia akan muncul dan memakan kita. Semakin kita masuk kedalam, kegelapan semakin menyelimuti. Dingin yang sangat menusuk begitu terasa. Aku meminta istirahat sejenak, tetapi dia berkata, "Kalau tidak salah sekitar 15 meter lagi, akan ada sebuah rumah kosong yang sudah lama ditinggal. Disana juga ada gudang berisi semua data mengenai misteri makhluk mitologi, bukankah itu yang kau cari?. Kita bisa beristirahat disana, bertahanlah sebentar lagi." Mendengar perkataannya aku jadi tahu maksudnya. Ternyata dia tidak sepenuhnya mencari sample, dia juga ingin mengetahui mengenai makhluk yang selama ini mengancam kota. 

Tiba-tiba dia memulai obrolan, "Kudengar kota ini mengadakan sebuah upacara setiap tahunnya berupa pengorbanan sebuah keluarga yang paling bahagia. Apakah benar demikian?". Aku heran mengapa dia bisa tahu lebih banyak tentang desa ini dibandingkan aku yang jelas-jelas adalah masyarakatnya sendiri. "Kamu tahu dari mana soal itu? Aku aja ngga tau." Jawabku. "Aku tahu dari Ayah angkatku, katanya aku adalah anak dari korban pembunuhan oleh makhluk misterius yang berada didalam hutan di kota Helltown, kota ini" "Jadi sebenarnya kamu itu orang sini. Tapi kenapa aku baru melihatmu sekarang. Kota ini kota yang kecil, aku tahu semua orangnya." Tanyaku dengan penuh rasa penasaran. "Ya, aku tinggal bersama Ayah angkatku di Amerika. Jadi ini adalah kali pertamaku datang ke kampung halaman, semenjak Ayah angkatku meninggal." Mendengar penjelasannya aku jadi tahu bahwa banyak orang yang tidak seberuntung diriku. Aku harus bisa lebih menghargai apa yang akau punya, bukannya ingin selalu lebih. Aku memang kurang pengalaman soal hal ini, karena kota-ku adalah kota yang terpencil. Sulit untuk dijangkau oleh kendaraan darat. Tak terasa kita sudah sampai di rumah tua. Ternyata dia benar. Memang ada rumah besar dengan sebuah gudang di halaman depannya. Terlihat sangat menyeramkan, tapi setidaknya aku dapat beristirahat walau hanya sebentar. Kita masuk ke gudang untuk beristirahat. Aku tak berani masuk sendiri kedalam rumah itu karena terlihat sangat menyeramkan. Sudah berlumut dan tak terurus. Saat aku sedang beristirahat walau hanya duduk dan minum, dia malah sibuk mencari buku yang entah apa dia cari. Saat kutawarkan minum dia menolaknya. Mungkin dia mencari data atau dokumen rahasia, aku tak tahu. 

Gudang ini memang memiliki banyak buku didalamnya. Mungkin ratusan. Ada sebuah komputer dan dua kursi di sampingku. Aku coba membukanya dan ternyata berisi data-data tidak jelas yang tidak aku ketahui. Terdapat pula rekaman CCTV yang sepertinya berada dirumah tersebut. Aku coba menanyakannya pada Joy, mungkin dia mengetahui sesuatu tentang ini. "Joy.... Kemarilah. Mungkin ini yang kau cari." Teriakku. Dia lalu datang menghampiri. "Ya, apa yang kau temukan?" Tanyanya. "Aku menemukan data-data yang aku tak tahu cara membacanya." "Coba kulihat." Dengan penuh rasa penasaran, dia pun bergegas melihatnya. Sembari dia mencari data, aku melihat situasi diluar. Aku takut kalau mahkluk itu akan datang kesini. Sejauh ini pula tidak ada tanda-tanda yang dapat membahayakan kita. Hanya saja, kabut yang semakin tebal dan hujan gerimis yang mengguyur menambah suasana di tempat ini semakin menyeramkan. Saat situasi aku kira aman-aman saja, aku pun kembali masuk kedalam gudang. Karena inilah satu-satunya tempat untuk kita dapat berlindung dari segala macam ancaman bahaya. Melihat umurku yang sekarang ini, bukankah aku terlalu muda untuk melakukan hal seperti ini. Tapi tak ada waktu untuk memikirkan hal seperti itu saat ini. Yang terpenting sekarang adalah aku bisa mendapatkan informasi dan kembali dengan selamat, agar kota dapat hidup tenang tanpa memikirkan hal ini itu. Kedengarannya memang konyol, tetapi inilah yang terjadi di kota-ku. Tak bisa mengelak dan tak bisa dipungkiri bahwa hal ini dapat menimpa tempat kelahiranku. "Clo...ee..." Sahutnya. "Aku telah mendapatkan apa yang aku butuhkan, kalau kau bagaimana?" Aku bingung mengatakannya, "Sebenarnya aku belum mendapatkan apa yang aku cari, tapi itu bisa dilakukan besok kan? Lagi pula kamu siap kan untuk mengantarku kesini lagi?" Rayuku. "Baiklah besok kita akan kesini lagi, aku akan mengantarmu." Jawabnya. Melihat situasi semakin memburuk, akhirnya kita berdua memutuskan untuk kembali kesini besok. 

Akhirnya kita kembali ke kota tanpa hambatan sedikit pun. Ternyata di hutan tak seburuk kedengarannya. Memang situasinya menyeramkan, tetapi aku merasa biasa saja saat berada disana. Aku justru merasa lebih hidup setelah pencarianku bersama seorang teman. Baru kali ini, aku akhirnya bisa merasakan lagi apa itu kekeluargaan. Karena kita saling melengkapi dan membutuhkan. Satu hari bersamanya, ternyata telah membawa perubahan dalam hidupku. Aku senang bergaul dengan orang yang memiliki pemikiran yang sama denganku. ... Hari yang melelahkan. Kita kembali ke rumah masing-masing. Mengistirahatkan segala hal yang dirasa melelahkan. Kita butuh tenaga untuk hari esok. Mungkin besok, kita akan lebih melelahkan dibandingkan hari ini. Aku tertidur sangat lelap. Tak memikirkan dinginnya udara yang biasanya selalu menusuk. Aku melupakan segala ketakutan didalam pikiranku tentang makhluk itu yang biasanya selalu terus menerus terpikir. Namun kali ini tidak. Keesokan harinya aku dan Joy kembali masuk ke dalam hutan. Menurutku ini akan berjalan baik-baik saja. Saat sudah sampai di rumah tua, kita tak masuk ke gudang yang kemarin masuki. Melainkan kita langsung masuk ke dalam rumah itu. Rumah yang besar. Rumah tua tak berpenghuni yang sudah terbengkalai, tak terurus, dan menjijikan. Kita berdua masuk lewat pintu bagian depan. Pintunya tak dikunci. Saat pertama kali melihat bagian dalam rumah. Dalamnya sangat megah, tetapi begitu tak terurus seperti sudah ditinggalkan puluhan tahun. Sangat disayangkan. Kiranya rumah ini bisa menampung orang sekitar 200 orang. Yang sekarang aku cari adalah makhluk itu. Hanya ingin tahu saja. 

Aku harap yang aku lakukan saat ini dapat merubah kota agar menjadi lebih baik lagi. Aku dan Joy mulai menyusuri rumah ini. Kami mulai dari ruangan yang ada di bagian bawah. Ruangan demi ruangan kita masuki, tetapi tak ada apa-apa di dalamnya. Kemudian kami ke bagian atas. Ruangan diatas tak sebanyak ruangan di bawah, tetapi ruangan diatas berisi barang selayaknya kamar pada umumnya. Saat telah berada di ruangan terakhir kami melihat seperti ada sesuatu yang aneh di ruangan ini. Aku bisa merasakannya. Kami mulai mencari-cari. "Joy apa kau menemukan sesuatu?" Tanyaku. "Belum, hanya beberapa buku ilmiah disini. Sepertinya pemilik rumah ini adalah ilmuwan sepertiku, juga sepertimu. Hehe..." Candanya. "Sekarang bukan waktunya untuk bercanda." Saat aku sedang melihat dinding, aku melihat seperti ada tali yang mengarah pada sebuah laci. Saat kubuka lacinya didalamnya ada sebuah tuas kecil. Akupun menarik tuas tersebut dan kemudian rak yang sedang Joy lihat seketika berputar. Ada setengah bulatan disekitar rak bukunya. Kemudian aku meminta Joy untuk berdiri di bulatan itu. Kutarik kembali tuasnya. Lalu Joy berputar menghilang ke dalam dinding. Setelah dia berada didalam, dia pun berteriak, "Cloe disini juga ada tuas. Mungkin ini juga bisa untuk memutar dindingnya. Kau berdirilah dibulatannya." Akupun bergegas berdiri didepan rak. Kemudian raknya berputar. Ruangan yang cukup besar untuk sebuah tempat persembunyian atau tempat rahasia. Kulihat banyak sekali buku dibagian dindingnya, hampir bisa disebut dinding buku. terdapat pula dua komputer yang terkoneksi langsung pada CCTV. Akupun bergegas memeriksa rekaman video didalamnya. 

Tahun belakangan ini tak ada video yang menunjukan hal-hal janggal. Tetapi setelah ku putar mundur sekitar 10 tahun yang lalu, akupun menemukan sebuah aktifitas sepasang suami istri yang sepertinya sedang dalam keadaan bahaya. Mereka berdua kelihatannya sedang dikejar seseorang. Lengkap dengan persenjataan yang berada di genggaman mereka. Aku kira mereka tidak dikejar oleh seseorang, tetapi mereka dikejar oleh sesuatu. Mereka berdua berlari memasuki rumah, keadaan kacau. Mereka mengunci semua pintu dan menutup semua jendela. Tetapi betapa tercengangnya aku sampai-sampai mengagetkan Joy. Kemudian Joy datang menghampiriku dan menanyakan keadaanku, "Ada apa Cloe? Jawab aku." Aku tak bisa berkata-kata. Aku baru saja melihat sesosok makhluk yang aku lihat sore itu. Ternyata itu nyata. Aku tak percaya semua ini. Dalam video, makhluk itu kelihatannya sedang mengintai sepasang suami-istri itu. Entah apa yang mereka berdua lakukan sehingga membuat makhluk itu marah. Tak henti-hentinya aku melihat ke monitor. Suasana diluar dan didalamnya sangat menegangkan. Jauh lebih menyeramkan dibandingkan menonton sebuah film horror. Mereka berdua terlihat bergegas menuju ke ruangan ini. Tapi tunggu dulu, sepertinya aku melihat seorang bayi yang sedang tertidur dikasur. Ya tidak salah lagi, itu memanglah seorang bayi. Sang istri bergegas memangku bayi itu, sedangkan suaminya sedang menelfon seseorang. Seperti sedang meminta bantuan. Keadaan sangat panik dan sangat kacau. Mereka menyimpan bayinya diruangan ini. Tepat berada ditengah bulatan. 

Mereka sempat menulis sesuatu dan menyelipkannya pada selimut bayi tersebut. Mereka berdua berlari kebawah menuju halaman belakang. Kemudian masuk ke hutan sambil berteriak, memancing perhatian. Pasangan itupun mengorbankan diri mereka agar anaknya aman. Makhluk itu mengejar mengikuti pasangan tersebut ke dalam hutan. Keesokan harinya ada seorang lelaki yang kemudian memasuki rumah ini. Mengenakan sebuah topeng dan berpakaian seperti seorang petani. Membawa bayi dari tempat ini. Aku yakin bahwa orang ini adalah orang yang kemarin ditelfon oleh ayah dari bayi tersebut. ... Disini aku melihat ketidakasingan dengan pakaian yang di pakai oleh orang itu. Terutama topengnya. Sangat familiar seperti sesuatu yang sering aku lihat, namun lupa dimana aku sering mendapati topeng itu. Tapi saat ini bukanlah waktunya memikirkan hal tersebut. Bayi itu dibawa keluar oleh orang tersebut, menuju kearah kota. Sudah dapat dipastikan bahwa dia adalah orang baik yang ingin menyelamatkan bayi itu dari bahaya yang mengintai. Setelah videonya habis, akupun langsung memindahkannya pada ponselku agar mudah untuk melihatnya kembali. Satu bukti telah kudapatkan, bukti apa lagi yang selanjutnya akan aku dapatkan. Aku berharap tak akan mendapatkan banyak hambatan. Walaupun aku tahu bahwa ada sesuatu yang selalu mengintai kita berdua diluar sana. Tetapi, rasa penasaranku mengalahkan segala ketakutanku. Sekarang aku hanya bisa berharap bahwa Joy akan tetap menemaniku apapun yang terjadi. Dirasa telah mendapatkan informasi yang cukup, maka akupun mengakhiri ekspedisiku hari ini. Akan kumulai esok hari dengan semangat yang lebih dari pada hari ini. Namun ada satu masalah yang membuat gerakku untuk mencari informasi menjadi terbatas. Perkerjaanku. 

Aku harus berhenti dari pekerjaanku yang saat ini, tetapi dengan alas an yang labih logis. Aku tidak bisa seenaknya berhenti dari pekerjaanku saat ini. Aku harus mencari seseorang yang dapat menggantikanku sebagai penjaga toko. Namun pertanyaanya adalah siapa? Siapa juga yang mau bekerja di tempat seperti itu. Gaji kecil, atasan yang kasar, melakukan segala hal yang membuat kita kelelahan. Mungkin ada satu orang, tapi aku tak tahu apakah dia mau atau tidak. Dia pasti akan menolak bila aku tawari, tapi orang tuanya tidak. Secara dia adalah seorang pengangguran. Siapa juga yang mau melihat anaknya setiap hari yang pekerjaanyan hanya berbaring di tempat tidur, bermain game consol, dan memenuhi kebutuhannya dari biaya orang tua. Aku punya rencana. Aku tidak akan berbicara padanya, melainkan aku akan berbicara langsung pada orang tuanya. Pasti orang tuanya sangat setuju dan sangat berterima kasih karena aku telah memberi dia pekerjaan. Sesuatu yang layak dicoba. Akhirnya aku bersama Joy langsung ke rumahnya hari itu juga. Namanya Libra. Dialah target aku untuk ku pekerjakan. Dia adalah seseorang yang sangat pemalas, mungkin tingkatan rasa malasnya melebihi rasa malasku. Aku dan Joy sudah berada di depan rumahnya. Aku sudah memberi tahu rencana ini pada Joy. Dia pikir aku terlalu terobsesi dengan hal yang sedang aku lakukan saat ini. "Tok..Tok..Tok.." Ku ketuk pintu rumahnya. Dia pun keluar dengan muka datar dan langsung menanyakan apa maksudku. Aku berusaha untuk menyembunyikan semuanya pada Libra, karena aku tahu bila aku menanyakannya langsung padanya pasti dia akan menolak. "Orang tuamu ada di rumah?" Tanyaku. "Tidak, meraka tidak...," Saat dia sedang berbicara kemudian ada yang memotong pembicaraanya dari dalam rumah. Ternyata itu Ibunya. Dia berusaha membohongiku. Dia tahu bila aku datang ke rumahnya pasti akan ada hal yang akan aku tawarkan dan sangat merugikan dirinya. Tapi yang aku lakukan saat ini juga adalah demi kebaikan kota ini. Jadi maafkan aku Libra karena akan menjadikanmu sebagai seorang pengganti selama aku mengungkap masalah ini. ", Huhh.. silahkan masuk. Aku memaksa." Dengan nada yang agak kesal. "Bukan dirimu yang memaksa, tetapi Ibumu." Gurauku. 

Saat aku masuk Ibunya tersenyum semeringah saat melihatku. Tetapi dia agak kebingungan karena aku membawa seseorang yang tidak dia kenal sebelumnuya. Lantas dia pun bertanya, "Siapa pria tampan yang kau bawa Cloe?" "Dia temanku, namanya Joy." Kataku. "Apa kau yakin bahwa dia temanmu?" Dengan nada seperti menggodaku. "Ya, aku yakin. Tapi tujuanku datang kesini adalah untuk menawarkan pekerjaan pada anak Tante, Libra. Untuk bekerja di toko." "Benarkah, itu berita yang sangat bagus Cloe. Kami terima." Mendengar pernyataan dari Ibunya dia hanya bisa terdiam. Menerima segala keputusan yang diberikan. Meskipun aku telah berhasil membujuk Ibunya tetap saja aku merasa bersalah karena telah mempekerjakan dia di tokoku. Tapi aku tak punya pilihan lain lagi selain menjadikan dia sebagai alat pengganti. "Kalau begitu kapan dia bisa mulai bekerja?" Tanya Ibunya. "Besok Tante. Besok dia bisa langsung bekerja. Pekerjaan yang akan dia lakukan akan aku beritahukan langsung pada Libra. Peralatan dan perlengkapan dari mulai baju sampai trasportasi untuk Delivery Order sudah aku siapkan." "Bagus kalau begitu. Aku sangat senang akhirnya dia bisa bekerja. Terima kasih Cloe." Ucapnya dengan perasaan gembira. "Oke tidak masalah Tante. Selama dia mengikuti prosedur yang di berikan, dia akan baik baik saja." Setelah dirasa semua persiapan cukup, aku dan Joy kembali ke rumah masing-masing. Rumah terasa sangat berantakan, akupun membereskannya dengan cepat karena nanti malam aku akan ke toko untuk memberitahu Bibi bahwa aku akan berhenti dari pekerjaan di toko. Setelah semua dibereskan, aku pun lekas pergi ke toko dengan berjalan kaki. 

Saat sudah sampai di toko, aku langsung naik ke lantai dua untuk menemui Bibi. Kelihatannya dia sedang memegangi sebuah peti berukuran sedang yang berisi banyak sekali kertas seperti robekan buku, foto, dan tulisan tangan yang sangat tidak asing bagiku. Itu seperti tulisan tangan Pamanku. Aku dapat mengetahuinya karena aku sering membantunya menjaga toko dan mengantarkan pesanan yang Paman tulis ke dapur, untuk selanjutnya dibuatkan pesanannya oleh Bibi. Bibi kelihatannya sedang sedih. Aku pun mendekatinya, ia melihatku dengan muka yang sangat sedih. Wajahnya yang cantik tergores bekas kerutan. Dia kemudian memeluku degan sangat erat, seperti ingin memberi rasa sedihnya kepadaku. Saat dia sudah merasa tenang, aku pun mulai berbicara tentang pengunduran diriku dari pekerjaan ini. Tanpa disangka-sangka dia pun melepaskanku begitu saja. Tak seperti biasanya yang memiliki sifat pemarah, sekarang dia terlihat seperti sudah memaklumi keputusanku. Dia mengatakan bahwa dia tahu kalau aku sudah tidak betah lagi dengan pekerjaanku saat ini. Aku sangat terkejut dengan jawaban yang dia berikan kepadaku. Saat dia tertidur, aku melihat peti itu terbuka. Lantas aku pun langsung membukanya. Melihat semua foto lama yang sudah usang. Tapi tunggu dulu, aku melihat latar dari foto itu adalah rumah tua di dalam hutan. Apakah Bibi tahu sesuatu mengenai hal ini. Bila aku menanyakannya sekarang, mungkin bukanlah waktu yang tepat. Lagi pula masih ada hari esok untuk aku tanyakan kepada Bibi. Aku membawa foto itu dengan harapan dapat mengetahui sesuatu lebih dalam mengenai semua ini. 

Tanpa berpamitan aku pun langsung pulang dengan membawa satu bukti yang dapat membawaku kepada segudang informasi yang aku butuhkan. Satu demi satu bukti telah aku dapatkan. Karena merasa lelah yang teramat sangat, aku pun tertidur dengan lelapnya. Keesokan harinya aku terbangun dengan foto itu digenggamanku. Aku terbangun oleh ponsel yang bordering di meja. Ternyata ini telfon dari toko, aku pun mengangkatnya. Bibi menyuruhku untuk datang ke toko sekarang juga. Lantas aku pun langsung datang ke toko dan menghadap Bibi. "Cloe, mengapa Libra bekerja di sini? Bisa kau jelaskan padaku apa yang terjadi?" Tanyanya. "Jadi begini, aku memutuskan untuk cuti dari pekerjaanku dalam beberapa minggu. Aku mempekerjakan Libra karena dia tidak punya pekerjaan. Dia pengangguran. Bukankah lebih baik bila ada yang membantu pekerjaan kita disini." "oke, itu tidak masalah. Tapiapa yang membuat kau mengambil cuti selama itu?" Tanyanya heran. "Aku ada urusan bersama Joy," "Urusan apa? Siapa Joy?" Aku menjelaskan semuanya pada Bibi. Apa yang akan aku dan Joy lakukan, semuanya aku jelaskan secara detail. Karena aku rasa ini adalah jalan yang terbaik. Sebaiknya Bibi tahu sekarang daripada nanti, karena itu hanya akan menambah masalah yang lebih besar. Aku tidak ingin bila itu terjadi. Setelah kujelaskan semuanya Bibi hanya tersenyum tipis. Kemudian dia menyuruhku mengikutinya. Dia memberiku peti kemarin. Dia mengatakan bahwa dia tahu aku telah mengambil satu foto dari dalam peti tersebut. "Bawa ini dalam perjalananmu, ini akan membantu. Tetap hati-hati karena dia selalu mengintai setap aktivitas yang kita lakukan." Bibi telah menambah kepercayaan diriku. Aku semakin bersemangat untuk menguak semua misteri yang terjadi di kota ini. Saat aku berbincang dengan Bibi terlihat Libra sedang menguping. Dia memahami apa yang akan aku lakukan. Dia memberi nasihat dan menyuruhku untuk tetap berhati-hati. Aku pun lega karena semua orang akhirnya bisa memahami jalanku. 

Setelah semuanya sudah kusampaikan. Aku pun langsung mendatangi rumah Joy. Setelah sampai di rumahnya kelihatannya dia sedang membereskan barang. Begitu berdebu dan sangat usang. Aku berinisiatif untuk membantunya dan merapihkan semua barangnya. Dia pun tersenyum. Baru aku sadari bahwa dia lumayan tampan juga. Kulitnya yang putih besih, giginya yang rapi, tinggi semampai. Maksudku, wanita mana yang tidak suka pada pria seperti dia. Aku rasa aku menyukainya. Aku harus bisa menahan rasa sukaku padanya demi kebaikan kota ini. "Ngomong-ngomong hari ini aku ulang tahun loh." Kataku. "Sungguh. Kalau begitu sebelum kita ke hutan, aku akan mentraktirmu. Kau boleh meminta apa pun yang kau mau." "Wihh...terima kasih ya. Aku belum pernah diberi hadiah oleh siapapun sebelumnya." "Kalau begitu aku akan jadi orang pertama yang membelanjakanmu banyak barang." Dia tipe orang yang sangat respect, aku juga kagum padanya karena dia juga sangat cekatan dan telaten dalam melakukan segala hal. Tidak aneh bila dia bisa menjadi detektif dan juga ilmuwan muda. Aku sangat berharap banyak padanya. Tak terasa barang yang kita bereskan telah selesai. Dia mengucapkan terima kasih atas bantuanku. Yang aku lakukan saat ini sangatlah jauh dengan apa yang telah dia lakukan kepadaku. Kita pergi ke supermarket untuk menepati semua janjinya untuk membelanjakanku banyak barang. Aku mengambil semua barang yang sekiranya akan aku perlukan saat aku berada dihutan. Terutama dari ancaman makhluk itu yang sewaktu-waktu bisa saja menyerang kita. "Kau wanita yang aneh." Katanya sambil tertawa kecil. Aku hanya tersenyum mendengar perkataan dia. Wanita mana yang tidak meleleh saat disenyumi pria tampan sepertinya. Aku membeli pisau, panah, dan tali untuk berjaga-jaga kalau misalkan makhluk itu datang jadi aku sudah prepare. 

Saat sudah membeli perlengkapan, kita langsung pergi masuk ke dalam hutan. Kabut yang sangat tebal menyelimuti kota dan hutan ini sudah sejak lama sekali. Rumah tua itu tak berubah, hanya saja kotor dan tak terurus. Aku membawa peti yang Bibi berikan, karena setelah kulihat ada kertas yang menunjukan letak senjata yang mereka sembunyikan di rumah tua ini saat mereka tinggal di sini. Ada juga kertas lainnya yang berisi kode angka. Aku pikir itu adalah sebuah brankas tempat menyimpan persediaan. Mulai dari peluru, makanan, dan lain sebagainya untuk bertahan hidup. Pesoalannya adalah dimana letak brankas itu. Karena percuma saja bila sebuah senjata tanpa adanya amunisi. Dibagian belakang kode hanya ada teka-teki yang aku sendiri tidak tahu jawabannya. Teka-tekinya berbunyi, "Saat siang kau pergi, Saat malam kau datang. Bila kau bersamaku, Kau tidak ingat waktu." Lantas aku pun meminta Joy untuk menemukan jawabannya. Dengan cepat dia dapat menjawab pertanyaan sulit itu. "Jawabannya tempat tidur." Dengan cepat dia dapat menjawabnya. Aku pun langsung memeriksa tempat tidur yang sedang aku duduki. Saat ku periksa bagian bawah tempat tidur ternyata benar saja brankasnya ada disana. Tanpa berpikir panjang aku pun langsung memasukan kode pada brankas. Dan akhirnya brankas pun terbuka. Didalamnya berisi banyak amunisi dan makanan yang sudah lama sekali. "Akan kau gunakan untuk apa senjata-senjata ini?" Tanya Joy. "Sudah jangan banyak bicara. Nih, kau pegang satu. Aku yakin kau bisa menggunakannya. Secara kau adalah mantan detektif." "Jelas aku bisa, tapi untuk apa?" "Untuk berjaga-jaga sekiranya kau memerlukan." Ucapku hati-hati. "Dari apa?" "Setelah kau melihat semua video itu, kau belum paham juga. Sekarang aku meragukan kejeniusanmu." Kataku dengan nada bercanda. Aku bertanya pada Joy apa yang dia ketahui tentang Mutan. 

Aku sendiri tidak tahu apakah Mutan itu manusia atau hewan. Yang jelas aku sekarang mempunyai sumber dari segala informasi yaitu Joy. Tapi aku heran dengan awal kedatangannya ke kota ini. Bukannya dia menanyakan sesuatu tentang suatu Makhluk yang menghuni hutan. Tetapi sekarang dia seperti seolah-olah tidak mengetahuinya. Bukankah aneh bila dipikirkan. Tanpa berpikir panjang aku pun menanyakan tujuannya datang kesini. "Joy aku ingin menanyaimu satu hal. Sebenarnya apa tujuanmu datang ke kota ini?" "Akhirnya kau menanyakan hal itu juga. Jadi tujuanku datang kesini adalah...," Dia menceritakan semuanya padaku. Ternyata tanpa disangka-sangka orang tua dia telah meninggal oleh Mutan itu. Karena itu dia ingin balas dendam pada makhluk itu. Karena makhluk itulah dia tidak tahu orang tuanya. Sulit dipercaya bahwa aku dan Joy ternyata senasib. Kita menjalani hidup tanpa didikan dari orang tua kandung kita sendiri. Kami kesampingkan dulu hal-hal seperti itu. Yang dapat membuat kita mengenang masa lalu kembali. Karena itu bukanlah hal yang terpenting untuk saat ini. Kita mulai memfokuskan tujuan untuk dapat memburu makhluk itu. Sebab makhluk itulah kota ini menjadi tak aman. Kita mulai merancang strategi untuk menaklukan makhluk itu. Menurut data dia tinggal diujung sungai. Lawan arus sungai maka kita akan menemukan huniannya. Beberapa meter dari rumah ini terdapat sungai yang arusnya kecil. Sungai itulah sebagai sumber air bagi kota kecil ini. Lantas kita pun langsung menuju ke tempat itu, kita sudah siapkan persenjataan tang lengkap untuk melindungi diri. Tidak ada kata takut lagi untuk bertemu dengannya. 

Kita sudah berada di tepi sungai. Sungainya jernih dan juga bersih, tak terlihat satu sampah pun yang berada di sungai ini. Hanya saja beberapa daun yang berjatuhan menutupi sungai. Kita berdua menyusuri tepian sungai dengan melawan arus. Sesuai dengan perintah yang diberikan. Tak peduli apapun resikonya, kita tetap membulatkan tekad untuk memusnahkan makhluk itu dari muka bumi ini. Kita sudah berada pada ujung sungai, terdapat gua besar yang sangat kotor dan lembab. Terlihat tempatnya yang kumuh pada bagian luar. Tapi yang membuat kita berdua aneh adalah mengapa air sungai begitu bersih padahal tempat yang dia tempati sangat berbanding terbalik dari kata bersih. .... Kita berdua mendekat dan kemudian masuk ke dalam gua tersebut. Di dalamnya tidak ada apapun, hanya saja terdapat suatu pintalan serat kayu yang sepertinya digunakan untuk tidur oleh sang penghuni. Terdengar suara langkah mulai mendekati kita berdua. Kepanikan dan ketegangan mulai terasa sekarang. Satu hal yang terpikirkan olehku, "Sembunyi". Aku sebenarnya tidak yakin dengan hal yang sedang aku lakukan saat ini, juga orang yang aku bawayang semakin menambah kehawatiran. Yang sangat tidak disangka yaitu ternyata yang masuk kedalam gua ini bukanlah makhluk itu, tetapi justru seorang manusia yang sangat bernyali besar datang sendirian dengan membawa tas serta persenjataan lengkap. Aku tidak tahu dia siapa, tetapi dilihat dari perawakannya sepertinya dia adalah seorang wanita. Lebih tepatnya wanita tua. Dari gerak-geriknya sepertinya dia sudah pernah datang kesini. Dia seperti sudah tidak asing dengan tiap sudut gua. Terlihat tidak terlalu membahayakan, kemudian aku memutuskan untuk keluar dari persembunyian. Sembari mengangkat kedua tangan yang dapat mengisyaratkan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Dia memakai masker yang membuat aku hanyya bisa menebak-nebak siapakah orang dibalik masker itu. 

Dia melihatku dengan cepat lalu kemudian hanya bisa terpaku. Tak lama kemudian dia meneteskan air mata. Jujur, aku tidak tahu dengan situasi seperti ini. Bingung. Antara harus takut juga waspada karena beberapa orang memiliki sifat berdarah dingin. Dia kemudian membuka masker di wajahnya, tersenyum, lalu memelukku. "Kau selamat," ucapnya. "Tunggu, sebenarnya kau siapa? Dan mengapa datang kesini?" tanyaku. "Ini aku, Ibumu." Aku terdiam. Otakku mulai berpikir keras, pikiran yang muncul hanyalah beribu pertanyaan. Hal itu terus-menerus mengelilingiku. Tapi bila ditarik kesimpulan mengapa dia yakin aku adalah anaknya. Padahal kita baru saja bertemu tadi. "Mengapa kau yakin bila aku adalah anakmu?" tanyaku. "Kau punya tanda lahir di belakang telingamu. Kau Cloe, anakku satu-satunya." Tak bisa ku menahan tangis. Aku pun langsung memeluknya erat sekali. Ini seperti mimpi. Tak bisa ku berucap. Setelah merasa tenang, kami memutuskan untuk kembali ke desa dan menganggap semuanya tidak pernah terjadi. Ibuku menceritakan semuanya secara detail dalam perjalanan pulang. Setibanya di toko Bibi terkejut bukan kepalang bahwa Ibuku ternyata selamat dari kejadian mengerikan tersebut. Sejak saat itu aku merasa bahwa aku telah hidup kembali. Joy pun memutuskan untuk menetap disini karena pada dasarnya dia adalah orang sini. Tak pernah ku sebahagia ini setelah sekian lamanya hidup dalam kekosongan. Tetapi misteri belum terungkap. Makhluk apakah itu?. Maka biarlah menjadi MISTERI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun