Mohon tunggu...
Muhaimin Mufrad
Muhaimin Mufrad Mohon Tunggu... Mahasiswa Hukum

menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Desa tugurejo bersih adalah cermin dari peradaban: peran mahasiswa pmm dalam menjaga kebersihan melallui edukasi dan pembuatan bank sampah

8 Agustus 2025   08:12 Diperbarui: 8 Agustus 2025   08:15 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bersama dengan perangkat desa dan masyarakat tugurejo

Kebersihan lingkungan bukan hanya soal estetika semata, tetapi juga soal budaya, kesehatan, dan cerminan dari peradaban suatu masyarakat. Sebuah kampung yang bersih menunjukkan bahwa warganya sadar akan pentingnya hidup sehat, peduli terhadap lingkungan, dan memiliki kesadaran kolektif yang tinggi. Di sinilah letak urgensinya peran setiap elemen masyarakat, termasuk mahasiswa, dalam menciptakan ruang hidup yang bersih dan lestari.

Kampung Tugurejo, sebuah desa yang terletak di wilayah pesisir dengan potensi luar biasa, kini sedang menapaki langkah baru menuju desa yang bersih dan berkelanjutan. Melalui program Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) oleh universitas muhammadiyah malang,  yang  berjumlah lima orang mahasiswa , dalam satu kelompok dan di dampingi oleh satu pembimbing yaitu I'anatut Thoifah S.Pd.I.,

 kami hadir bukan sebagai pahlawan, melainkan sebagai sahabat belajar dan bergerak bersama masyarakat. Tujuan utama kami adalah sederhana namun bermakna, menciptakan kesadaran tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan melalui edukasi dan pembuatan bank sampah.

Kebersihan bukan hanya tentang membuang sampah pada tempatnya. Lebih dari itu, ia adalah bentuk kesadaran dan tanggung jawab sosial. Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa pemahaman ini belum sepenuhnya mengakar dalam keseharian masyarakat. Di sinilah pentingnya pendekatan edukatif.

Melalui sosialisasi yang kami lakukan dari sekolah-sekolah dasar, hingga pertemuan warga , kami menyampaikan edukasi seputar bahaya sampah plastik, pentingnya pemilahan sampah, dan bagaimana konsep bank sampah bisa menjadi solusi jangka panjang bagi masalah lingkungan.

Tak jarang kami menjumpai anak-anak yang belum tahu perbedaan antara sampah organik dan anorganik, atau orang dewasa yang terbiasa membakar sampah sebagai cara paling praktis. Namun kami tidak datang untuk menghakimi, melainkan menawarkan alternatif yang lebih baik dan berdampak positif jangka panjang.

Edukasi ini kami kemas dengan cara menyenangkan dan interaktif. Mulai dari pemutaran video edukatif, kuis , hingga permainan daur ulang. Respon masyarakat, khususnya anak-anak dan ibu-ibu, sangat positif. Mereka tidak hanya antusias, tetapi juga menunjukkan ketertarikan untuk berpartisipasi dalam gerakan menjaga kebersihan ini.

Setelah fase edukasi, kami melanjutkan dengan langkah konkret, mendirikan bank sampah. Bank sampah bukanlah sekadar tempat menampung limbah, tetapi lebih dari itu, ia adalah wadah pemberdayaan masyarakat. Melalui sistem tabungan berbasis sampah, warga bisa menukar sampah anorganik yang sudah dipilah menjadi nilai ekonomis.

Langkah ini kami yakini tidak hanya membantu mengurangi volume sampah yang mencemari lingkungan, tetapi juga mengubah cara pandang masyarakat terhadap limbah, dari beban menjadi berkah. Kini, anak-anak di Kampung Tugurejo tahu bahwa botol plastik yang sebelumnya dianggap sampah tak berguna, ternyata bisa "ditabung" dan menghasilkan manfaat nyata.

Mahasiswa, dalam konteks pengabdian masyarakat oleh mahasiswa (PMM), bukanlah orang luar yang sekadar datang lalu pergi. Kami berusaha menjadi bagian dari masyarakat, belajar bersama, dan tumbuh bersama. Dalam proses ini, kami menyadari bahwa perubahan sosial, sekecil apa pun, membutuhkan kesabaran, kolaborasi, dan kepercayaan dari warga.

Melalui program ini, kami tidak hanya menyampaikan ilmu, tetapi juga menerima pelajaran kehidupan yang tak kami dapatkan di bangku kuliah. Kami belajar arti gotong royong yang sesungguhnya, belajar berkomunikasi dengan berbagai lapisan masyarakat, dan yang paling penting, belajar menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama.

Kampung Tugurejo kini bukan sekadar lokasi pengabdian, tetapi telah menjadi rumah kedua yang kami jaga, cintai, dan perjuangkan kebersihannya. Program edukasi dan bank sampah ini hanyalah awal dari langkah panjang menuju perubahan. Kami berharap, benih kecil yang kami tanam bisa tumbuh menjadi gerakan besar yang terus hidup bahkan setelah kami pulang.

Cermin Peradaban yang Harus Dijaga. Kampung Tugurejo yang bersih adalah gambaran masa depan yang layak diperjuangkan. Lingkungan yang sehat, masyarakat yang sadar akan kebersihan, dan sistem pengelolaan sampah yang terorganisir adalah bukti bahwa peradaban tidak hanya diukur dari teknologi dan bangunan megah, tapi dari bagaimana kita memperlakukan bumi tempat kita berpijak.

Melalui pengabdian masyarakat oleh mahasiswa (PMM)  ini, kami belajar bahwa perubahan tidak selalu harus spektakuler. Ia bisa dimulai dari hal-hal kecil, satu botol plastik yang tidak dibuang sembarangan, satu anak yang tahu cara memilah sampah, atau satu warga yang mulai menabung di bank sampah.

Dan semoga, apa yang kami lakukan di Tugurejo bisa menjadi inspirasi bagi kampung-kampung lainnya. Sebab menjaga kebersihan bukan hanya tugas pemerintah atau aktivis lingkungan, tetapi tanggung jawab kita semua. Sebab kampung yang bersih bukan hanya tempat tinggal yang nyaman, melainkan juga cermin peradaban.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun