Mohon tunggu...
Mugniar
Mugniar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mamak Blogger

Ibu dari 3 anak dan penulis freelance yang berumah maya di www.mugniar.com.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Likupang, Pergi adalah Pulang

23 Februari 2022   13:10 Diperbarui: 23 Februari 2022   13:15 888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.kemenparekraf.go.id/ (Foto: Shutterstock/Sony Herdiana)

Kemarin baca-baca di https://www.indonesia.travel/[1], ada 7 jenis makanan yang bisa dinikmati di Likupang, yaitu bubur tinutuan, cakalang fufu, milu siram, nasi kuning khas dengan lauk ikan, pisang goroho & sambal roa, lalampa isi tuna, dan panada. 

Bacaan ini sontak bikin air liur saya nyaris menitik dan menerbitkan kerinduan akan "pulang". Bagaimana tidak, inilah tipikal citarasa yang saya sukai. Karena lidah saya terbiasa dengan makanan dari Gorontalo maka makanan dari Likupang pastinya familier bagi saya yang memiliki darah separuh Gorontalo dari ibunda.

Gorontalo memiliki keterikatan yang kuat dengan Sulawesi Utara karena sebelum memekarkan diri menjadi provinsi sendiri melalui UU Nomor 38 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Gorontalo pada 22 Desember 2000, Gorontalo merupakan satu kabupaten, bagian dari Sulawesi Utara.

Membaca mengenai makanan khas Likupang, sama dengan "pulang" bagi saya, mengingat ibunda telah berpulang bulan September lalu dengan perantaraan covid-19. Kerinduan saat itu akan makanan khas daerah Gorontalo sempat sedikit terobati karena nasi kuning khas Gorontalo menjadi makanan terakhir yang disantap ibunda[2].

Nasi kuning khas Gorontalo[3] memiliki citarasa yang serupa dengan nasi kuning khas Likupang, berdasarkan artikel yang saya baca itu -- sama-sama ada lauk ikan cakalangnya. Jika bisa mencicipinya, pasti akan membuat saya merasa "pulang" apalagi menikmatinya sembari mendengar percakapan warga setempat yang menggunakan alunan logat Sulawesi Utara yang kekhasannya mirip sekali dengan alunan logat percakapan orang Gorontalo yang takkan pernah saya dengar di rumah kami lagi . 

Demikian pula jika bisa menikmati makanan lain seperti sambal roa, milu siram (binthe biluhuta), panada, cakalang fufu suwir atau asap[4], dan lalampa. Khusus lalampa, di Makassar namanya "gogos". Kuliner tradisional ini ada yang tanpa isi, hanya beras ketan bersantan dengan rasa gurih dan ada juga yang berisi ikan tuna atau cakalanga. Membayangkan bisa ke DSP Likupang ... saya bisa menggendats dalam waktu singkat!

Buat yang belum tahu, Likupang lagi jadi pembicaraan karena pemerintah melalui Kemenparekraf/Baparekraf menetapkannya menjadi salah satu Destinasi Super Prioritas (DSP). Likupang yang terletak di Sulawesi Utara (North Sulawesi) ini menyimpan potensi alam menarik mulai dari wisata pantai, wisata kuliner, kehidupan bawah laut, dan perbukitan hijau yang eksotis. Desa wisata di Likupang juga menjadi salah satu program unggulan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Likupang. Di Indonesia aja kali ya yang seperti ini.

Pantai Pulisan merupakan destinasi wajib di Likupang. Di sini kita bisa menikmati matahari terbit, juga matahari tenggelam. Menarik ya? Pasti menyenangkan sekali berada di sana sepanjang hari. Selain Pantai Pulisan, ada Bukit Larata, ada Pulau Gangga yang lokasinya dekat dengan Pulau Lihaga yang memiliki hamparan pasir putih dan air laut yang jernih. Dari Kota Manado, pulau ini bisa dijangkau dalam waktu 2 jam saja.

Olly Dondokambey -- Gubernur Sulawesi Utara  mengatakan rencana tol Manado-Bitung akan terkoneksi dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Likupang. Gubernur optimis nantinya akan membuka akses ke Likupang dengan lebih luas, juga akan meningkatkan arus kunjungan wisatawan ke sana[5].

Menariknya pula, letak Likupang di Kabupaten Minahasa Utara ini relatif dekat dengan Bandara Internasional Sam Ratulangi dan pelabuhan Bitung. KEK Likupang diproyeksikan menarik investasi sebesar 5 triliun rupiah dan diproyeksikan dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 65.300 orang hingga tahun 2040[6].

Mengetahui mengenai lokasi yang strategis, potensi wisata, dan kuliner khas yang menjadi daya pikatnya, saya mendukung Likupang sebagai Destinasi Super Prioritas melalui tulisan ini. Adapun  terkait Likupang di masa depan, saya memiliki harapan tersendiri, yaitu:

1. Pembangunan Infrastruktur yang Support Program Pertumbuhan Ekonomi Hijau

 

Segala pembangunan terkait infrastruktur dan hal-hal yang mendukung pariwisata Likupang hendaknya memegang teguh AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) sehingga keberadaan Likupang sebagai destinasi wisata yang maju benar-benar ramah lingkungan, khususnya bagi penduduk sekitar Likupang. Jangan ada kisah kearifan lokal yang dikhianati dari Likupang.

Program Pertumbuhan Ekonomi Hijau (Green Growth Program) mendukung Indonesia dengan segenap bagian-bagian dalam wilayahnya dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi hijau yang dapat mengurangi kemiskinan serta memastikan inklusi sosial, kelestarian lingkungan dan efisiensi sumber daya[7].

2. Memberi Kesempatan Kepada Warga Setempat untuk Mengembangkan UMKM

Kesempatan seluas-luasnya diberikan kepada warga lokal untuk mengembangkan UMKM yang bisa mendukung pertumbuhan desa wisata, baik itu berupa cinderamata, makanan khas, dan sebagainya. Penataannya tentunya memperhatikan konsep holistik. Bukan hanya terkait sosial dan ekonomi, namun juga terkait lingkungan dan konsep ekonomi sirkular.

Sumber: https://www.indonesia.travel/
Sumber: https://www.indonesia.travel/

3. Memberi Perhatian pada Isu Lingkungan

Hal kecil berupa pengolahan sampah sudah mulai diperhatikan. Bagaimana pengolahannya, apalagi letak Likupang tak jauh dari laut mengingat peran Indonesia sebagai penyandang gelar penyumbang sampah terbesar kedua di dunia berdasarkan data yang dipaparkan The Economist Intelligence Unit tahun 2017[8] sekaligus penyabet gelar sebagai peringkat tiga negara penghasil sampah plastik terbesar di dunia sebesar 67,8 juta ton[9]. Jangan sampai ada potensi ke depannya sumbangan sampaha plastik Indonesia berasal dari Likupang.

4. Sistem Pelatihan dan Monev Berkelanjutan Bagi Warga yang Mendukung Pariwisata Likupang

Dunia media sosial berkembang terus. Algoritma semua jenis media sosial dan juga mesin pencari Google juga mengalami perubahan dan perkembangan. Para jagoan internet marketing senantiasa mempelajarinya.

Sebagian dari mereka giat memberikan pelatihan kepada para pelaku UMKM dalam wadah organisasi/instansi/perusahaan besar untuk mendukung peningkatan kapasitas para pelaku UMKM mengingat UMKM terus berkontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) dari tahun ke tahun. Kontribusi UMKM terhadap PDB atas dasar harga konstan sebesar Rp 7.034,1 triliun pada 2019, naik 22,9% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 5.721,1 triliun[10].

Data terbaru yang saya peroleh, dari data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (KemenkopUKM) bulan Maret 2021 menyebutkan bahwa jumlah UMKM mencapai 64,2 juta dengan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 61,07 persen atau senilai Rp8.573,89 triliun. UMKM mampu menyerap 97 persen dari total tenaga kerja yang ada, serta dapat menghimpun sampai 60,42 persen dari total investasi di Indonesia[11].

Sangat signifikan, ya? Maka dari itu, perlu upaya berkelanjutan dalam melatih dan membina, serta dalam monitoring, serta mengevaluasi bagaimana para UMKM setempat yang berkomitmen tinggi turut memajukan Likupang di mata dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya. Gunakan semua platform digital, website atau blog, marketplace, Google My Business, Instagram, Facebook, Twitter, Tiktok, YouTube, dan sebagainya untuk dipergunakan oleh mereka dalam memasarkan produk dan potensi wisata di Likupang.

5. Likupang, Pergi Adalah Pulang

Menjaga Likupang dengan atmosfer tradisionalnya yang khas adalah keharusan sehingga siapapun yang datang ke sana akan merasa "pulang" ke kampung halaman. Lebih menarik lagi jika ada miniatur khas Gorontalo, Bolaang Mongondow, dan Sangir-Talaud di sana sehingga siapapun dia yang punya keterikatan dengan Sulawesi Utara tapi tak bisa pulang lagi ke kampung halaman karena sudah tak mengenal sanak kerabat di sana, mereka bisa mengenang orang tua/kakek-nenek mereka di sana.

Dalam satu hal, bagi saya, pergi ke Likupang adalah pulang karena keterkaitan benang merah dalam kuliner, bisa demikian pula bagi orang lain yang merindukan kuliner khas Sulawesi Utara. Kalaupun bukan asli dari Sulawesi Utara, hendaknya mereka bisa merasakan kekhasan kampung-kampung masa lalu, tempat di mana mereka bisa menemui kakek dan nenek tercinta, dengan aroma bara yang sedang memanggang ikan cakalang fufu misalnya.

Menjaga Likupang agar tak "hilang" digerus modernisasi namun tak menolak kemajuan zaman, penting untuk diupayakan. Sepenting mengupayakan ke Likupang karena pergi padanya adalah pulang.

Footnote:

1 https://www.indonesia.travel/id/id/ide-liburan/cerita-kota-khas-likupang-sulawesi-utara-7-deretan-kuliner-ini-siap-bikin-lidahmu-goyang

2 https://www.mugniar.com/2021/09/nasi-kuning-terakhir-harta-berharga.html

3 https://www.mugniar.com/2021/08/nasi-kuning-gorontalo.html

4 https://www.kompasiana.com/mugniar/menikmati-khasnya-cakalang-fufu-dalam-kubangan-santan_55284e0af17e61f5398b458a

5 https://bisnis.tempo.co/read/1543337/gubernur-tol-manado-bitung-akan-terkoneksi-dengan-kek-pariwisata-likupang/full&view=ok

6 https://kek.go.id/kawasan/KEK-Likupang

7 http://greengrowth.bappenas.go.id/tentang-kami/

8 https://www.idxchannel.com/economics/indonesia-penyumbang-sampah-terbesar-kedua-di-dunia-limbah-makanan-mendominasi

9 https://tekno.tempo.co/read/1521617/5-negara-ini-penyumbang-sampah-plastik-terbesar-di-dunia-indonesia-urutan-ke-3

10 https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/08/13/kontribusi-umkm-terhadap-ekonomi-terus-meningkat

11 https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/pemerintah-terus-perkuat-umkm-melalui-berbagai-bentuk-bantuan/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun