"Gischa," pekik Lintang kaget.
"Kamu..?"
"Kami berdua, Lintang," sahut Sitha yang membuat Lintang makin terkejut.
"Kalian.."
"Lintang, kita adalah sahabat, kenapa disaat seperti ini kamu justru seakan menganggap kami tak ada?" tanya Sitha
"Kamu pikir dengan caramu seperti itu, tidak membuat kami cemas?"
"Benar, Lintang.. Kami bisa merasakan kesedihanmu, kecewamu, dan rasa sakitmu. Tapi kami juga tidak ikhlas kamu melewati dengan cara seperti ini." tukas Gischa.
"Kamu punya sahabat yang Insyaa Allah selalu ada buat kamu. Dan yang paling penting kamu punya Allah,"
Lintang tertunduk, bahunya terguncang. Saat ini pikirannya terlalu absurd, langkah hijrahnya  yang belum benar-benar kuat, telah goyah. Hatinya marah, kecewa, dan terluka begitu dalam ketika mimpi indahnya hancur dalam sekejab mata.
" Maafkan, aku, " isak Lintang lirih
"Lintang, tidak akan datang rasa galau dan sedih kecuali karena kurangnya rasa ridha kepada takdir Allah," ucap Gischa lembut menatap sepasang netra Lintang.