"Insyaa Allah. Kita 'kan searah."
Khalisa hanya mengangguk pasrah ketika Affan mengambil alih tumpukan buku yang ada di tangannya. Merekapun berdua berjalan meninggalkan stasiun, panas teriknya ibukota dengan segala riuh kemacetan, tak mampu mengalahkan debaran di hati keduanya, riuh dan bergemuruh oleh rasa yang tak bisa diungkap dengan kata. Mata Khalisa berbinar bahagia, sepanjang jalan ia merangkai banyak harapan yang dia selipkan dalam doa.
**
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!