Oleh: Rahmiwati Marsimun dan Muchtar Bahar*
Prihatin
Keprihatinan mendalam mendengar kondisi PGAI saat ini dikemukakan secara gamblang oleh Rektor UIN Imam Bonjol Padang, Prof Dr.Eka Wirman, MA dalam tulisan nya di Harian Padang Ekspress 19 Januari 2021 "Prihatin, Satu Abad PGAI Masih Tertinggal".
Aspirasi ini disampaikan ke masyarakat, tanda kecintaan dan kepedulian sebagai orang yang pernah menutut ilmu dan menghantarkan masa depat kami yang gemilang sebagai anak negeri di PGAI. Jika kami tidak belajar di PGAI mungkin kami tidak seperti ini. Waallahu alam
Kondisi memprihatinkan Lembaga pendidikan yang jaya pada tahun 1960 sd 1980an. Puncaknya tahun 1970 memperingati setengah abad PGAI sangat meriah, waktu itu Kepala sekolah Bapak Syahrudin St. Indra . pada masa itu sekolah PGAI terkenal dengan kegiatan ekstra kurikuler Volly ball, tenis meja dan Badminton serta Pramuka, sejajar dengan STM dan SMA di kota Padang, dan kembaran SMA Adabiah
Sejak didirikan pada tahun 1919, telah mengalami berbagai gelombang pasang, mengukir sejarah dan telah menelorkan ribuan anak bangsa, yang berkiprah dan mengabdi di berbagai bidang kehidupan, seperti guru, dosen, ABRI, birokrasi, legislatif dan wira usaha dalam mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia Jika arwah mereka mendengar kondisi sekarang mungkin air mata mereka tak akan tertampung oleh lautan
Memasuki usia 1 abad, sangat menyedihkan, tidak menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Pada hal komplek pendidikan seluas 42.000 m2 di pusat Kota Padang dengan sarana dan prasarana lebih dari cukup . Awal nya telah melahirkan tokoh bangsa, salah satu yang pernah menuntut ilmu yaitu Pendiri Pesantren Gontor. Yang telah memberi warna pendidikan di Indonesia. Sebagai alumni Sekolah Rakyat Islam PGAI tahun 1969 dan PGAI tahun1975 waktu itu PGAI sangat jaya, SRI waktu itu sangat disiplin, ada kelas paralel. Masa 1970 sd 195 kelas paralel 2 dan 3 kelas . SRI PGAI waktu itu Bapak MB Saadudin, Ismail KariM, Bu Dahlian terkenal disiplin. PGAI ada Pak Syahrudin, St Indra, Bapak Muslim Gani, Bu Chafifah, bu Syarifah, Pak Zaini Ahmad, Bapak Helmi, bu Azma Umar, Bu Azmi dan lain-lain.
Mari ditelururi Sekolah Dasar yang dimulai tahun 2007, pada tahun 2000 hanya memiliki siswa 48 orang, rata rata per rombongan belajar 8 orang, Demikian pula SMA dimulai tahun 2007 dengan 12 siswa. Jumlah siswa SMA meningkat pada tahun 2015-2016 menjadi 140. Jumlah. Siswa jenjang pendidikan lanjutan atas ini menurun setiap tahun, dan pada tahun 2020 hanya 15 siswa (Portal Dinas Pendidikan Kota Padang).
Bilamana dilihat secara menyeluruh, mulai jenjang pendidikan TK, SD, SMP/Mts, SMA dan Mts PGAI pada tahun 2008/2009 sebanyak 680 siswa dan pada tahun 2018/2019 menjadi 867 siswa. Hanya jenjang pendidikan SMP dan Mts yang sedikit menggembirakan. (Naskah Awal Dr. H.Abdullah Ahmad, Pelopor Pendidikan Islam Modern di Indonesia, H.Deny Agusta & H Muchtar Bahar, Penerbit Alumni PGAI & BMS Founation, 2019, hal 58-60)
Lihat Adabiyah
DR.Abdullah Ahmad lebih tua dari Ki Hajar Dewantoro atau Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (2 Mei 1889 -- 26 April 1959), pendiri Taman Siswa di tahun 1922. Tiga tahun sebelumnya telah mendirikan Sekolah Adabiah di bawah Yayasan Syarikat Oesaha (YSO) (1906). membidani lahirnya perguruan umatera Thawalib di Sumatera Barat (1921).