Mohon tunggu...
Muchammad Syaifudin
Muchammad Syaifudin Mohon Tunggu... -

Tuntutan tugas

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ada yang Lain Denganmu, Ken Arok

2 September 2015   12:48 Diperbarui: 2 September 2015   12:48 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                   

 

Judul buku      : Ken Arok: Cinta dan Tahta

Pengarang       : Zhaenal Fanani          

Penerbit          : PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

Cetakan          : 1-Solo

Tebal buku       : 536 halaman                                

Harga              : Rp. 65000,-

ISBN               : 978-602-9251-19-7

 

     Sastra yang disebut karya fiksi dengan setting sejarah, seperti novel Ken Arok: Cinta dan Tahta karya Zhaenal Fanani agaknya membuktikan bahwa meski merupakan karya fiksi, novel bukan hanya “omong kosong”. Novel ini sedikit berbeda dari karya fiksi dengan setting sejarah lainnya. Penambahan dan modifikasi kisah dapat kita temukan di dalam novel ini. Bagaimana sosok Ken Arok dalam novel ini diberi kisah yang “lain”, tanpa menghilangkan identitasnya sebagai “orang buangan”. Lewat buku ini, Zhaenal Fanani ingin merubah pola pikir kebanyakan orang terhadap Ken Arok yaitu pencuri, begundal, pembunuh Mpu Gandring dan mengambil kerisnya, membunuh Tunggul Ametung serta merebut istrinya, Ken Dedes.

     Novel ini berkisah tentang masa lalu, tetapi bercerita mengenai persoalan kekinian. Bercerita mengenai Ken Arok yang mempunyai hubungan asrama dengan Ken Dedes, pengkhianatan yang dilakukan para petinggi kerajaan, serta berbagai siasat licik dalam menggulingkan kekuasaan Tunggul Ametung. Hal itu seperti mencerminkan kehidupan politik pada masa kini, bagaimana cinta dijadikan alat dalam berpolitik dan orang yang berakal lebih kerap menang daripada orang yang mengandalkan kekerasan.

     Dibuang sejak kecil oleh ibunya, ia pun tumbuh besar dalam asuhan seorang penjahat bernama Ki Lembong. Ia pun tumbuh dalam dunia hitam kejahatan. Mencuri dan merampok kerap kali ia lakukan bersama Ki Lembong guna bertahan hidup dalam himpitan kemiskinan. Suatu saat, Ken Arok diambil sebagai anak angkat Bango Samparan, seorang pejudi. Periode awal kehidupannya tersebut membuatnya terkenal sebagai perampok, pencuri, dan penjudi.

     Namun, perlahan-lahan sikap dan perilaku Ken Arok mulai berubah semenjak ia bertemu dengan Dan Hyang Lohgawe, seorang brahmana yang memiki sebuah padepokan. Berkat arahan dan bimbingan beliau, Ken Arok berubah menjadi orang yang lebih baik.

     Melihat kekacauan yang melanda Tumapel dan turunnya kepercayaan masyarakat terhadap Akuwu Tunggul Ametung, mendorong banyak pemikiran mengenai penggusuran Tunggul Ametung sebagai akuwu Tumapel. Begitupun dengan Bapa Dan Hyang Lohgawe, sebagai seorang Brahmana yang pernah sakit hati terhadap tindakan Tunggul Ametung. Tindakan yang merendahkan derajatnya sebagai seorang Brahmana dengan membawa paksa putri Mpu Parwa sahabatnya yaitu Ken Dedes. Pemikiran Bapa Dan Hyang Lohgawe saat itu tertuju pada Ken Arok dan ia percaya Arok-lah orang yang tepat untuk menggantikan Tunggul Ametung sebagai akuwu Tumapel.

     “Ini bukan pengambilalihan kekuasaan, Arok,” sela Dan Hyang Lohgawe. “Ini adalah jalan untuk menempatkan orang yang tepat di tempat yang sesuai! Dan untuk melintasinya, kau harus berdiri di samping penduduk, meski penduduk tidak tahu kau ada bersama mereka. Tapi, jika saatnya tiba, kau harus berani memperlihatkan muka kepada mereka.” (halaman 252)

     Sejak itu, Ken Arok menapak mendekat menuju jalan sejarahnya dengan memasuki Pakuwon Tumapel. Berkat arahan dari Dan Hyang Lohgawe, dengan rencana yang matang dan kecerdikan, Ken Arok menempati posisi tertinggi di pakuwon pada saat yang tepat.

     Ken Arok yang dari Zero to Hero, dari orang biasa menjadi seorang revolusioner adalah hal yang menarik dalam novel ini. Selain memang ada kisah cinta antara Ken Arok dan Ken Dedes, juga perempuan ketiga yang bernama Ken Umang.

     Zhaenal Fanani menulis novel sejarah ini dengan baik dengan bahasa yang lugas dan mudah dicerna. Sebagai novel berlatar sejarah Jawa, namun tetap karena buku ini adalah novel sehingga tidak bisa menjadi pijakan sejarah yang pas.

     Buku ini tidak cocok untuk anda yang mencari sebuah kebenaran dalam sejarah, tapi buku ini sangat cocok bagi anda yang ingin mengambil suatu kebajikan dalam sejarah. Sejarah bukanlah Tuhan yang harus dipercayai atau diyakini kebenarannya, tapi anda perlu belajar dari sejarah yang pernah ada, walaupun benar atau tidaknya sejarah tersebut anda tidak tahu secara pasti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun