Mohon tunggu...
Muchammad Roghib A
Muchammad Roghib A Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ilmu Komunikasi

20107030003/UIN Sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dari Insecure menjadi Insyukur

3 Maret 2021   06:15 Diperbarui: 17 Maret 2021   21:26 735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://muslimahdaily.com/media/k2/items/cache/cba2911ca1c40028fa90545f6470ee1a_XL.jpg

Insecure kini menjadi sosok yang terus menghantui sebagian umat manusia di dunia. Insecure adalah rasa kurang percaya diri terhadap dirinya sendiri, yang kemudian membuat jatuhnya mental seseorang. Ada yang insecure karena pekerjaan, wajah, pendidikan, bahkan sampai ada yang insecure terhadap pasangannya. Hampir setiap kali kita melihat sesuatu yang berada di atas kita, selalu muncul yang namanya sifat insecure. Misalnya, ada seorang teman seangkatan kita yang sudah menikah, sudah punya mobil, anaknya tiga, usahanya dimana-mana, yang dimana hal tersebut langsung membuat kita merasa insecure, "saya kok belum bisa seperti teman saya itu? Kenapa?". Seolah-olah kita harus bisa mengejar standar hidup orang lain. Inilah yang menjadikan kita susah bersyukur atas pemberian nikmat dan rahmat dari Allah. Sebanyak apapun nikmat yang diberikan kepada kita, selalu tidak cukup, bisa disebut sebagai kufur nikmat. Padahal belum tentu standar orang lain sama dengan standar hidup kita.

Dalam islam sendiri sudah mengajarkan kita untuk selalu menanamkan sifat qona'ah. Maksudnya apa? Maksudnya adalah menjadikan diri sendiri menjadi standar diri kita sendiri. Selalu merasa cukup dengan apa-apa yang sudah dimiliki oleh kita. Semua yang kita miliki adalah pemberian dari Allah, yang dimana pemberian tersebut adalah pemberian terbaik bagi diri kita menurut Allah. Allah itu yang menciptakan kita, yang menjadikan kita manusia, maka Allah yang lebih tahu mana yang terbaik bagi diri kita.

Allah berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 261,

asa-603ec419d541df4f2e1f6b02.png
asa-603ec419d541df4f2e1f6b02.png
".... Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui"

Dari ayat tersebut menerangkan bahwa untuk menjadikan diri sendiri sebagai standar kita, kadang yang kamu suka, itu buruk bagi dirimu, dan kadang yang kamu benci, itu baik bagi dirimu. Oleh karena itu, banyak orang yang merasa tidak bahagia/puas atau insecure karena masih menjadikan orang lain sebagai standar atau acuan diri kita sendiri. Contohnya, ada seorang pegawai kantor yang hidupnya selalu bahagia bersama istri dan anaknya, walaupun dengan penghasilan yang pas-pasan, katakan saja 2jt perbulan. Setiap malam selalu makan bersama, bercerita bersama, nonton tv bersama, intinya selalu merasa senang dengan kehidupannya. Tiba-tiba datang temannya yang mempengaruhi pikirannya, "anda itu sudah berapa tahun kerja disana? gaji 2jt sekarang ga jaman", akhirnya dia merasa tidak puas dan meminta untuk dinaikkan gajinya. Bukannya malah naik, tapi malah dipecat. Anaknya menjadi putus sekolah, istri makin marah-marah, dan akhirnya cerai. Semua kebahagiannya lenyap hanya karena hasutan dari temennya. Maka dari itu jangan menggunakan standar kebahagiaan orang lain, jika kita sudah merasa bahagia berarti itu sudah cukup, ini yang dinamakan qana'ah.

Perlu kita catat juga, jangan sampai kita memaksakan seseorang untuk memakai standar kebahagiaan kita, kamu harus seperti saya! Kuliah seperti saya! Beli tas seperti saya!, sudah jelas hal tersebut tidak bisa kita paksakan. Karena Allah menciptakan setiap manusia itu berbeda-beda.

Ada beberapa amalan menurut versinya habib Ja'far yang bisa mengubah inecure kepada insyukur:

1. Menanamkan sifat khusnudzon (berbaik sangka kepada Allah), dalam salah satu hadis Qudsi yang diriwayatkan oleh Imam bukhori dan imam Muslim yang berbunyi, ana 'inda dhzonni abdi bi... "Sesungguhnya aku (Allah) sesuai dengan prasangka hambaKu". Jadi kita harus berhusnudhzon terhadap apapun yang diberikan oleh Allah kepada kita, baik itu miskin, sakit, jomblo, dan lain-lain, karena itu merupakan yang terbaik bagi kita. Bisa jadi kalau kita diberikan kekayaan maka kita akan sombong, lupa akan ibadah. bisa jadi jika kita diberi ujian sakit oleh Allah, kita malah lebih dekat dengan Allah, ibadahnya makin rajin, yang semula setelah sholat langsung pergi, sekarang malah menjadi ahli dzikr dan do'a.

2. Mendatangkan keyakinan bahwa ini semua merupakan pilihan yang terbaik menurut Allah, dijelakan pada surat at tin ayat 4,

4-603ec43ad541df525f54a1a2.png
4-603ec43ad541df525f54a1a2.png

"sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." Semua manusia diciptakan sebagai ciptaan yang terbaik, apapun keadaannya, entah itu ada kekurangan di mental, fisik, maupun yang lainnya itu merupakan yang terbaik bagi kita. Jangan pernah menganggap sesuatu yang banyak itu baik untuk kita, justru bisa jadi yang sedikit itu yang terbaik bagi diri kita menurut Allah. Kita hanya perlu mencari hikmah dibalik semua kekurangan yang diberikan oleh Allah.

3. Berkumpul dengan orang-orang yang sholeh, kata nabi teman yang baik itu seperti penjual minyak wangi, walaupun kita tidak membeli parfumnya, kalau sering berkumpul, maka kita akan ketularan tercium wangi. Dan sebaliknya, teman yang buruk itu ibarat tukang sate, walaupun kita tidak membeli satenya, kita hanya akan mendapat bau dan asapnya saja. Maka dari itu, bisa kita ambil pelajaran bahwa sering-seringlah kita berkumpul dengan orang-orang yang sholeh, terutama yang mampu membesarkan hati dan pikiran kita, karena insecure kerap muncul ketika ada bullyan dari orang lain, yang berusaha menjatuhkan diri kita. jika kita kumpul dengan orang-orang yang sholeh, yang didapati bukan bully-an melainkan kata-kata motivasi dan semangat. Dan jika kita kumpul dengan orang yang tidak jelas/buruk, kita akan terus-terusan dibully.

4. Menambah rasa syukur kepada Allah,

7-603ec4a4d541df65bd3005c2.png
7-603ec4a4d541df65bd3005c2.png

... "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (QS Ibrahim: 7). Jadi orang jangan insecure melulu. Jika kita masih memiliki rasa insecure berarti rasa syukur kita kepada Allah masih kurang. Berusahalah untuk mensyukuri nikmat Allah yang ada.


Semoga Bermanfaat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun