Mohon tunggu...
Muchammad Nasrul Hamzah
Muchammad Nasrul Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Asli

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merekam Dua Potret Guru yang Berlawanan dalam "Taree Zameen Par" dan "HaramKhor"

26 November 2019   04:10 Diperbarui: 26 November 2019   04:18 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Film Fenomenal Taree Zameen Paar (Foto: Istimewa)

Tapi lebih dari kasus itu, "Taree Zameen Par" memiliki dua pesan sekaligus. Hargai anak berkebutuhan khusus dan temukan bakat murid yang kurang beruntung dalam bidang akademik.

Film ini berkisah tentang anak bernama Ishaan yang mengidap disleksia. Ia kerap menjadi "bulan-bulanan" guru dan temannya di sekolahnya. Nilai akademiknya jelek. Ia juga terpaksa harus diungsikan ke asrama karena hal tersebut.

Bahkan, saat diungsikan ke asrama, ia juga mendapat perlakuan serupa dari para guru dan teman sejawatnya. Adegan film ini dibuka dengan para guru yang mengumumkan hasil ujian kepada para siswanya.

Saat menyebutkan siswa dengan nilai akademik baik, guru langsung memasang raut wajah yang baik dan penuh suka citaa. Akan tetapi, ketika menyebut nama Ishaan, raut wajahnya berubah masam. Hal ini karena Ishaan hanya bisa menjawab 2 atau 3 saja dari 25 pertanyaan saat ujian. Adegan awal film, sudah sangat provokatif.

Lalu datanglah seorang guru, bernama Ram Shankar yang diperankan Aamir Khan. Awalnya ia juga tidak "care" terhadap Ishaan seperti guru lainnya. Sampai pada akhirnya, Ram mengetahui, jika Ishaan adalah anak istimewa dan cerdas. Sehingga Ram akhirnya mencoba menemukan bakat Ishaan yang bahkan orang tuanya sendiri tidak mengetahuinya.

Apa yang diucapkan Nadim Makarim, pesannya sama dengan film yang naskahnya ditulis oleh Amole Gupte itu. Sebagai informasi saja, penulis naskah sekaligus sutradara, Amole Gupte adalah sosok yang mengabdikan dirinya untuk memperjuangkan hak-hak anak di India. "Taree Zameen Par" adalah salah satu maha karya yang ia tulis dengan sangat rapi.

Anak istimewa yang mengidap disleksia dalam film tersebut bagi saya adalah kiasan dari penulis skenario semata. Intinya, ia ingin mengingatkan para guru bahwa semua anak adalah istimewa, bahkan ketika ia mengidap disleksia atau berkebutuhan khusus lainnya. Itulah kenapa tagline dalam film ini dicetak tebal di bawah judul film, bertuliskan "Every Child is Special,".

Melalui bahasa yang cukup naratif, Ram dalam film ini juga memberikan motvasi kepada Ishaan jika beberapa nama besar macam Einstein, Leonardo Davinci bahkan aktor Abishek Bachan, putra dari legenda hidup Amitabh Bachan juga mengidap hal yang sama. Namun, ketiganya lantas tak patah semangat namun menjadi orang hebat di kemudian hari.

Ram adalah contoh guru yang mungkin saja diharapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim. Guru yang tidak hanya handal dalam mencetak prestasi di bidang akademik, namun juga piawai melihat potensi anak didik.

Kenapa hal ini penting? Karena selain skill dalam bidang akademik, justru beberapa kemampuan di luar akademik itulah yang terkadang membuat orang menjadi sukses dan menghasilkan karya hebat. Atau banyak juga, beberapa orang yang justru antara pekerjaan dengan bidang studinya malah tidak linear atau segaris.

Saya sendiri adalah lulusan Fakultas Hukum, namun, usai menyelesaikan studi, tidak pernah bekerja sama sekali dalam bidang keilmuan akademik saya, dan malah menjadi seorang jurnalis di beberapa media lokal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun