Mohon tunggu...
Muba Gede
Muba Gede Mohon Tunggu... wiraswasta -

Nama pena dari seorang mahasiswa tingkat akhir. Sedang belajar hidup. Penyuka olahraga dan makanan. Sedang mencari cari gaya penulisan yang sesuai dengan kepribadian saya. Mohon bimbingannya

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pria Perkasa, Pria Dungu, dan Cinta

3 Februari 2014   22:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:11 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

seiring waktu, mereka berputar di antara mimpi dan keinginan
Keluh kesah dan bahagia rangkaian kejadian yang selalu bermetamorfosa
Bukanlah kecepatan cahaya jika hati selalu berubah
Hanya saja sang hati berbolak balik karena permainan dunia

Cinta... hati mengenalnya dengan sebutan cinta
Cinta harta, cinta tahta, cinta dunia, cinta buta...
Semua frase jika dipasangkan dengan cinta menjadi bermakna
Menjadi Indah dan bahagia jika bersatu menimbulkan arti.

Sang Pria tak mengerti wanita, menjadi arif karena cinta
Jangan salahkan cinta jika patah berkeping hati terluka
Cinta itu adalah tegas dan kompromi, ada puncak ada lembah
Ibarat lagu, ada interlude dan refrain bergiliran tampil ke depan

Walau pria dijanjikan tuhan atas kedudukan dan kearifan
Menjadi raja di tanah dan negeri negeri penuh sesak hulu balang
Bukankah kelembutan wanita meneduhkan dan menenangkan dari intrik
Intrik hati jiwa jiwa yang berambisi terhadap dunia

Pria perkasa adalah yang mengenal wanita dengan semua pembawaannya
Mengerti akan kelebihan dan kekurangannya serta mensejajarkannya
Dengan pundak bahu kekar mereka sebagai sokongan yang penuh kelembutan
Bukan alih alih dijadikan ekor yang selalu bertepuk tangan penuk takzim

Belilah saja seorang budak di pasar-pasar yang ramai dengan perdagangan
Bukan lah membeli cinta wanita untuk di jadikan alat takzim pada tuan
Karena pria ringkih dan dungu yang menjadikan dirinya tuan atas cinta
Dan menjadikan dirinya tinggi gagah di tengah ketidak berdayaan wanita

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun