Mohon tunggu...
Muazarah SausanWadhiah
Muazarah SausanWadhiah Mohon Tunggu... Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum

Penikmat isu-isu sosial

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketika Sampah Jadi Uang: Gaya Hidup Ramah Lingkungan yang Makin Kekinian

26 Juni 2025   01:18 Diperbarui: 26 Juni 2025   01:18 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Jadi keren di zaman sekarang gak cuma soal outfit mahal atau nongkrong di tempat fancy. Sekarang, jadi anak muda keren juga bisa lewat hal yang lebih berdampak: peduli lingkungan. Dan yang lagi rame banget belakangan ini? Gaya hidup ramah lingkungan yang gak cuma menyelamatkan bumi, tapi juga bisa bikin isi dompet makin tebal. Yep, sampah bisa jadi cuan!

Di kota-kota besar, tren zero waste dan hidup minim sampah makin banyak peminatnya. Mulai dari pakai sedotan stainless sampai bawa kantong belanja sendiri udah jadi hal biasa. Tapi yang lebih menarik, sekarang banyak yang mulai ngejalanin gaya hidup ini sambil tetap cuan. Salah satunya lewat bank sampah digital yang bisa ngasih uang dari hasil setor botol plastik atau kardus bekas.

Contohnya nih, program "Setor Sampah Dapat Gopay" sempet viral karena nyentuh gaya hidup digital anak muda. Kita tinggal kumpulin sampah, setor lewat aplikasi, dapet poin, dan bisa ditukar jadi saldo digital. Praktis, modern, dan pastinya relate banget sama generasi yang gak bisa lepas dari HP.

Tren ini gak muncul tiba-tiba. Kesadaran soal krisis iklim dan sampah plastik makin tinggi. Kita pasti pernah liat video sungai penuh plastik, atau kura-kura laut yang kesangkut sedotan. Itu bukan drama itu realita. Data dari Kementerian Lingkungan Hidup bilang, Indonesia nyumbang lebih dari 60 juta ton sampah per tahun, dan 17%-nya plastik. Kebayang nggak sebesar itu dampaknya?

Tapi anak muda sekarang gak tinggal diam. Di TikTok, Reels, dan YouTube Shorts, konten soal daur ulang atau tips hidup ramah lingkungan makin berseliweran. Ada yang ngasih tutorial bikin dompet dari bungkus kopi, ada yang ngubah kardus jadi rak buku kece, bahkan ada yang bikin kompos dari sisa makanan di dapur.

Kampus dan sekolah juga gak mau ketinggalan. Banyak yang udah mulai kampanye diet plastik, bikin lomba daur ulang, atau kantin yang gak ngasih sedotan plastik. Bahkan ada yang ngadain pameran produk dari barang bekas. Dan yang bikin bangga, banyak di antaranya digerakkan langsung sama anak-anak muda.

Dari sisi ekonomi juga gak kalah menarik. Banyak brand lokal yang jualan barang daur ulang dan laku keras. Kenapa? Karena sekarang makin banyak orang yang peduli asal-usul barang yang mereka beli. Produk yang ramah lingkungan, punya cerita, dan unik itu punya nilai lebih di mata pembeli. Bahkan, tren ini udah jadi gaya hidup di kalangan konsumen urban.

Tapi ya, semuanya gak bisa jalan sendiri. Butuh dukungan dari banyak pihak. Pemerintah misalnya, harus terus dorong edukasi soal pemilahan sampah, kasih insentif buat pelaku usaha hijau, dan nyediain tempat pengolahan sampah yang layak. Karena percuma juga kalau kita rajin pilah sampah, tapi gak tahu harus buangnya ke mana.

Kolaborasi itu kunci. Anak muda punya kreativitas, komunitas jadi penggerak, dan pemerintah jadi penguat sistem. Kalau semua jalan bareng, efeknya bisa gede banget. Dan yang bikin makin semangat, sekarang banyak acara seru yang bikin gaya hidup hijau itu fun kayak tukar sampah jadi tanaman, workshop bikin barang daur ulang, sampe kompetisi eco-brick.

Yang jelas, sekarang udah bukan waktunya nganggep sampah cuma sekadar sampah. Di balik tumpukan plastik atau kardus bekas, ada potensi ekonomi, kreativitas, dan yang paling penting: tanggung jawab. Gak harus langsung 100% zero waste, tapi cukup mulai dari hal-hal kecil. Bawa botol minum sendiri, pakai ulang kantong belanja, atau stop beli barang yang nggak dibutuhin.

Dan ingat, jadi anak muda yang keren itu bukan soal tampil fancy, tapi soal punya kepedulian. Bumi kita makin tua, dan kita yang masih muda ini punya tenaga dan ide buat bantu nyelamatin. Mulai sekarang yuk, kita ubah mindset: buang sampah bukan akhir dari cerita itu justru awal dari gerakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun