Mohon tunggu...
Muara Alatas Marbun
Muara Alatas Marbun Mohon Tunggu... Guru - Alumni U Pe' I

Seorang lulusan yang sudah memperoleh pekerjaan dengan cara yang layak, bukan dengan "orang dalem", apalagi dengan "daleman orang"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gaun Perawan Tua

18 Januari 2019   06:33 Diperbarui: 18 Januari 2019   06:43 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : dreamstim.com/the window oil illustration

Meskipun aku selalu berdandan dan membeli pakaian dengan harga mahal, dia tetap memperhatikanku dan tidak membiarkan sepeser uang pun meluncur keluar dari tas kecilku. Sampai pada suatu hari...

31 Desember 1916, Pemakaman di pinggiran pantai Batavia

Cincin tunangan yang kami saling tukarkan tahun lalu tetap aku pakai, bahkan hingga kini. Hujan hadir pada senja yang begitu mengoyak hati. Seseorang yang perhatian padaku hilang dari pandanganku karena tertutup gundukan tanah.

Ya, dia adalah Johansen, tunanganku.

Tanggal 27 Desember 1916, seorang pelaut pribumi datang membawa surat dan hal ini aneh karena yang membawa bukanlah seorang tukang pos. Kami menyadari bahwa artinya surat ini benar-benar penting dan harus dibaca segera. 

Tetapi kebingungan kami tetap ada karena keluarga kami tidak punya kenalan seorangpun yang bekerjasama dengan keluarga yang punya pengaruh di kelautan, kecuali dia... Johansen... orang yang selalu memperhatikanku.

Setelah membaca suratnya, aku sering sekali pingsan. Tak bisa menerima kenyataan bahwa Johansen, yang menjadi penulis surat yang dibawa pelaut tersebut, menulis surat kepadaku bahwa dia akan pulang dari pelayarannya di Indochina. 

Dia benar-benar pulang, namun dengan peti mati di pinggir dermaga besar. Ya... itu Johansen... mayat yang bernama Johansen, seorang pelaut berkebangsaan Denmark yang tenggelam dekat Borneo bersama dengan kapalnya yang karam karena badai ganas.

Ayahku mencoba menenangkan daku bahwa aku takut kehilangan perhatian dari orang yang aku sayangi. Tapi ayah akhirnya membuat sebuah keputusan yang mengejutkan, dia pensiun dini sebagai pegawai terhormat di kota. 

Ia lakukan itu agar aku terus diperhatikan. Bodohnya lagi, aku senang karena ada yang menggantikan Johansen untuk memperhatikanku. Aku memang sayang Johansen, tapi tanpa dia yang kusayang, aku tidak begitu tertarik lagi dengan pernikahan yang berakhir dengan kerja keras mengurus keluarga. Selama ayah sayang, aku akan selalu diperhatikan.

1 Juli 1930, dirumahku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun