Mobilku tua. Sudah 15 tahun usianya. Tapi dia bukan mobil murahan. Walau harganya memang murah, baik waktu dulu masih baru, apa lagi sekarang.
Walau tua, mobilku gak murahan karena dia tidak minum bensin murah Pertalite. Dia minum Pertamax. Bukan karena pemiliknya kaya ataupun gaya. Tapi karena upayaku mendaftarkan diri sebagai penerima bensin subsidi, Pertalite, gak berhasil. Ya, sudah, pakai Pertamaxlah.
Tadi siang, Kamis (9/10/2025), aku mengisi bensin di salah satu SPBU Pertamina di Jakarta Selatan. Situasinya agak ramai.Â
Karena mau mengisi Pertamax, aku langsung mengarahkan mobil ke jalur "karpet merah" yang ada pom Pertamaxnya. Di depanku ada mobil truk mini milik Dinas Pertamanan DKI.Â
Saat menanti giliran, eh, tiba-tiba seorang satpam datang mendekat ke jendela mobil. "Mau isi Pertamax, Pak?" tanyanya ramah, tapi dengan nada suara dan tatapan mata yang menurutku menyiratkan rasa tak percaya. Mungkin dia pikir, "Masa sih mobil tua yang catnya sudah bocel-bocel gini mau minum Pertamax?"
Soal cat yang sudah tua dan bocel itu ada alasannya mengapa tak kuperbarui. Ada ayat yang mengatakan "jangan tambal kain tua dengan kain baru, sebab kain baru itu akan menyobekkan kain tua." Kupikir, cat baru akan merusak cat lama pula. Jadi, ya sudah, biarkan saja begitu.
"Ya, isi Pertamax," jawabku tegas dan jelas. Dia mengangguk, lalu beringsut, sedikit ragu. Apakah dia pikir mobil tua tak boleh minum Pertamax?
Eh, pas jalur sebelah kosong, Pak Satpam itu datang lagi dan mempersilahkanku masuk ke jalur itu. Itu jalur Pertamax dan Pertalite. Sebenarnya aku heran. Pintu tangki bensin mobilku kan di sebelah kanan. Sementara jalur itu khusus untuk mobil dengan pintu tangki bensin di kiri. Tapi, ya, sudahlah. Tak minat berdebat dengan Pak Satpam. Cuaca lagi terik, soalnya.
Di depanku ada dua mobil peneguk Pertalite.Mobilnya lebih bagus dan mahallah dari mobilku. Tapi CC-nya lebih kecil. Karena itu bisa menjadi penerima bensin bersubsidi. Di belakangku ada mobil agak mewah, baru, dan bagus.Â
Ketika mobil di depanku keluar dari pom, petugas menyuruhku untuk maju ke pom terdepan. Ya, aku manut saja. Tapi kemudian Mas Petugas itu datang ke jendela mobil dan bertanya, "Bapak mau isi Pertamax?" Ya, Tuhan, tadi aku bilang apa, sih? "Iya," jawabku pendek.
"Bapak tolong mundur ke pom belakang. Pom ini khusus Pertalite," kata Mas Petugas itu. "Ya, Tuhan, gak percaya banget aku mau isi Pertamax!" kataku kesal, sambil memundurkan mobil.
"Pertamax, ya, Pak," sekali lagi, Mas Petugas itu minta kepastian. "Iya. Duaratus ribu rupiah," kataku, kali ini ketus.
Jujur, aku merasa tersinggung karena gak dipercaya petugas dan satpam itu. Masa sih mobilku gak boleh pakai Pertamax, hanya karena sudah tua dan catnya agak bocel-bocel. Ya, wajarlah itu, mana ada kulit tua mulus. Emang ada oplas untuk mobil?
Mbok, ya, jangan begitulah. Walau mobilku tua tapi dia punya harga diri. Dia gak ngemis-ngemis agar bisa minum Pertalite, bensin bersubsidi itu.
Mobil tuaku lebih bermartabat ketimbang mobil terbilang mewah tapi minum Pertalite. Aku pernah melihat yang seperti itu. Itu mobil kok gak malu pada mobilku, sih?
Walau usia tua, mobilku disiplin menjalani servis berkala. Karena itu dia gak pernah mogok di jalan selama 15 tahun menemaniku. Kalau lewat jalan tol, masih bisa digeber pada kecepatan 120 km per jam.
Cuma aku takut sendiri ngebut. Takut, karena sudah tua, onderdilnya pada copot saat melesat dengan kecepatan tinggi. Mesin memang oke, tapi bodynya, gak yakin aku.
Mobil tua dengan pemilik tua, sebenarnya klop banget, kan? Makanya aku gak mau ganti dengan mobil baru karena, selain gak serasi, memang gak ada dananya, sih.Â
Tapi, ya, itulah risikonya. Pak Satpam dan Mas Petugas SPBU Pertamina tadi gak percaya kalau mobilku minum Pertamax. Sebagai manusia lansia pemilik mobil lansia, aku rada tersinggung gak dipercaya begitu.Â
Anehnya, beberapa kali kulihat, Petugas SPBU Pertamina percaya saja ketika ada mobil cukup mewah, bagus dan mahal minta diisikan Pertalite. Kok bisa gitu, ya. [eFTe]
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI