Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Suatu Sore Menghangati Pertemanan di Kopitiam Kok Tong Siantar

5 Oktober 2025   17:05 Diperbarui: 6 Oktober 2025   08:47 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dapur penyeduhan kopi di kopitiam Kok Tong Siantar (Dokumentasi Pribadi)

Pada hari kedua, Sabtu,  setelah melatih seminaris dari pagi sampai menjelang sore, Lae Jay dan aku mengalami kelelahan fisik dan psikis. Melatih anak-anak Gen Z ternyata sangat menguras energi. Lae Jay dan aku sangat terkuras oleh kesibukan melatih itu. Kami menjadi mitra kerja serius, hingga lupa kami sebenarnya adalah teman yang gemar haha-hehe. 

"Ayo, kita minum kopi," ajakku Sabtu sore itu kepada Lae Jay dan Pastor Hen. Sibuk melatih seminaris membuat kehangatan pertemananku dengan Lae Jay agak berkurang. Sementara pertemananku dengan Pastor Hen, perlu pula dihangatkan setelah sebegitu lama terbengkalai.

Duo runner yang ceria, siap mengantarkan kopi pesananmu di  kopitiam Kok Tong Siantar (Dokumentasi Pribadi)
Duo runner yang ceria, siap mengantarkan kopi pesananmu di  kopitiam Kok Tong Siantar (Dokumentasi Pribadi)

Pertemanan adalah Alasan Minum Kopi

"Kita ke kedai kopi Kok Tong saja," jawabku menjawab Lae Jay yang menanyakan tempat tujuan minum kopi.

Sedikit cerita nostalgik. Paruh pertama 1970-an, saat jam ambulatio (jalan-jalan) hari Minggu bagi seminaris, aku bersama teman-teman beberapa kali lewat di samping kedai kopi Kok Tong itu. Tempatnya di Jalan Dokter Wahidin, pojok perempatan dengan Jalan Dokter Cipto. 

Kedai kopi itu selalu ramai. Ingin rasanya ikut duduk ngopi di situ. Tapi kedai kopi di Siantar, juga di Tanah Batak, adalah dunia lelaki dewasa. Karena itu anak kecil harus sabar menghitung umur.

"Ini saatnya melunasi keinginan masa kecil," kataku dalam hati. 

"Saya belum pernah ngopi di situ." Pastor Hen mengaku. Cocok, dia dan aku senasib. Sungguh teman sejati.

Tapi Pastor Hen memang imam yang baik. Dia lebih suka mengunjungi umat di rumahnya ketimbang nongkrong di kedai kopi. Di rumah umat, mungkin juga  ada kopi gratis, kan?

Kami pinjam mobil pastoran seminari. Mobil matik. Pastor Hen gak bisa nyetir. Aku sudah lama gak nyetir mobil matik. Ya, sudah. Lae Jay yang jadi supir Siantar. Aku navigator. Yah, kapan lagi bisa mengarahkan Lae Jay, konduktor konser, art director pertunjukan, dan aktor film itu.

Kedai kopi Kok Tong sore itu ramai pengunjung. Kami beruntung masih kebagian satu meja yang baru kosong. Bertiga sekawan duduk semeja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun