Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menangkap Petang dari Jalan Layang Sheikh Mohammed bin Zayed

26 Agustus 2025   06:58 Diperbarui: 26 Agustus 2025   13:18 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menangkap petang dari atas jalan layang MbZ (Dokpri)

Adakah hal baik yang bisa dilakukan saat melintas berkendara di jalan (ToL) layang Sheikh Mohamed bin Zayed (MbZ) selain menggerutu?

Sebab menggerutu di sana bukan pilihan bijak. Panjang jalan itu 37 kilometer, terentang dari barat (Cikunir Junction) sampai ke timur (Karawang Barat). Betul tubuh terpontal-pontal di dalam kendaraan sepanjang jalan itu. Tapi cobalah ditimbang matang-matang: secara kejiwaan apakah sehat menggerutu di sepanjang jalan 37 kilometer?

Sabtu minggu lalu (23 Agustus 2025), dalam rombongan semobil aku melewati jalan layang itu bolak-balik. Pagi terpontal-pontal menuju Cikampek, sore terpontal-pontal lagi kembali ke Jakarta.

Di awal perjalanan pagi, aku sempat kesal juga. "Andaikata dana pembangunan jalan layang ini tidak dikorupsi sampai Rp 510 miliar, mungkin permukaannya bisa lebih mulus, sehingga pantatku tak perlu mantul-mantul di jok mobil," gerutuku.

Tapi kuusahakan juga menikmati perjalanan pagi itu. Berkas cahaya matahari di timur menembus celah gemawan, indah juga. Asap mesin pabrik di kawasan Cikarang mengepul ke arah barat; puitis juga. 

Puitis kataku? Semprul, itu polusi udara, racun bagi paru-paru warga. Apa yang tampak puitis pagi itu, tak lebih dari proses pembunuhan manusia secara perlahan tapi pasti. Tidakkah itu menakutkan?

Sore harinya, dalam perjalanan pulang ke Jakarta, aku sudah menguatkan diri agar tak menggerutu. Bersyukurlah saja ada jalan layang MbZ yang bisa memangkas waktu tempuh, sehingga aku bisa lebih cepat tiba di rumah. 

Demikianlah, di dalam mobil aku menikmati tubuhku sekali lagi terguncang dan terpontal di jok kiri depan. Tubuhku pasrah, tanpa daya resistif. Tiada guna melawan benda mati.

Menjelang Bekasi, pemandangan petang yang lembayung senja terhampar di cakrawaka barat. Matahari belum hendak terbenam tapi warna langit seakan surya tenggelam. 

Jalan layang bergelombang naik turun, mirip ruas jalan perbukitan. Di sepanjang koridor kiri terentang rel kereta cepat Woosh. Sejumlah mobil berlarian di depan ke arah Jakarta dan di ruas kanan ke arah Cikampek. Tiang-tiang lampu penerangan tegak berbaris di kiri dan kanan jalan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun