Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Ketika Mas Gibran Menguji Keprofesoran Pak Mahfud

23 Januari 2024   09:17 Diperbarui: 23 Januari 2024   17:09 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Momen Gibran memperagakan diri sedang mencari jawaban Mahfud dalam debat Cawapres Pilpres 2024, Minggu (21/1/2024) (Foto: tribunnews.com)

Motif uji itu tercermin dari ujaran Mas Gibran "... beliau kan seorang profesor." Seakan mengatakan kalau kamu profesor, maka harus bisa menjawab apa saja pertanyaanku, orang yang gelar kesarjanaannya diragukan.

Kesan menguji seperti itu kuat karena pada bagian lain Mas Gibran bilang Pak Mahfud rupanya ngambek karena tak bisa menjawab dua pertanyaannya. Tentang carbon capture and storage pada debat pertama dan greenflation pada debat kedua. 

Terbersit rasa puas pada nada bicara dan ekspresi wajah Mas Gibran. Sukses mempecundangi seorang profesor senior. Pesan implisitnya, Profesor Mahfud gak ngerti apa-apa.

***

Baik pada debat pertama, maupun pada debat kedua, ada nada pejoratif pada sapaan "Profesor" dari Mas Gibran kepada Pak Mahfud. Ujaran "... beliau kan seorang profesor," adalah puncaknya.

Ujaran pejoratif begitu pernah juga diucapkan Pak Prabowo kepada Pak Anies dalam debat antar capres. "Tak pantas seorang profesor bicara begitu." Kurang lebih seperti itu kalimatnya.


Satu hal yang perlu dicamkan, profesor bukan gelar akademik yang merepresentasikan aras capaian pendidikan. Profesor itu gelar jabatan akademik sebagai guru yaitu Guru Besar.

Seorang Guru Besar, atau profesor, bukanlah seseorang yang tahu segalanya. Seseorang menjadi profesor di bidang yang spesifik. Profesor Mahfud itu bidang keahliannya hukum. Jadi soal carbon capture and storage dan greenflation ada di luar bidang keprofesorannya. 

Tentu sebagai cawapres, Pak Mahfud (mungkin) diharapkan tahu juga tentang dua isu tersebut. Tapi sebagai profesor hukum, dia tak diharapkan untuk tahu isu-isu semacam itu.

Kesan yang timbul kemudian, sapaan "profesor" dalam debat capres dan cawapres menjadi pejoratif. "Kalau kamu profesor, harus bisa jawab pertanyaanku, dong." "Profesor kok jawabannya gitu."

Sejatinya tak ada hubungan antara gelar profesor dan status capres/cawapres. Begitu seseorang menjadi capres/cawapres, maka posisinya menjadi setara dengan capres/cawapres lain. Semua atribut seperti gelar akademik, gelar jabatan, gelar keningratan, dan sebagainya mesti dilepas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun