Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Matinya Seekor Tikus

15 September 2023   07:30 Diperbarui: 20 September 2023   07:46 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi matinya seekor tikus (Sumber: via tribunnews.com) 

Perseteruan manusia dengan tikus itu warisan desa. Pada mulanya tikus mengerati padi di sawah. Lalu petani yang geram meracuninya. Sampai mati!

Lantas desa menjadi kota. Tikus desapun menjadi tikus kota. Sebagian menjadi tikus got. Sebagian lagi tikus rumah. 

Ya, tikus rumah. Mustahil dia bukan masalah. Sebab demikianlah definisi tikus. 

"Kau turun, kau mati!"

Poltak berteriak marah. Jantungnya membara. Darahnya mendidih. Menggelegak ke ubun-ubun.


Sudah seminggu seekor tikus jantan berlarian hilir-mudik di atas plafon. Gaduh macam guruh. Entah apa yang dikejarnya. Selalu tengah malam. Saat tidur mulai lelap. Dan layar mimpi mulai terkuak.

"Jangan marah-marah. Tidurlah," Berta, istrinya, mengingatkan.

"Kenapa dia harus berlarian tengah malam? Ganggu orang tidur. Apa tak bisa merayap pelan-pelan?"

"Dia bukan cicak. Tidurlah."

"Berani turun, kubunuh dia!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun