Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dokter Richard Lee, Farel Aditya, dan Budaya Kemiskinan

18 Agustus 2023   07:55 Diperbarui: 18 Agustus 2023   15:47 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokter Richard Lee (kanan) dan Farel Aditya (kiri) (Sumber: Instagram/@dr.richard_lee via suarasumbar.id)

Sudah bisa ditebak, Farel yang terbiasa dengan komunalitas, persekutuan, kerja keras fisik, dan reproduktivitas tidak akan nyaman di lingkungan SMA Xaverius. Cepat atau lambat dia pasti akan membebaskan diri (escaping) dari lingkungan itu.

Di lain pihak tarikan komunitas asal (asli) Farel terlalu kuat. Alasan-alasan afektif,  dan mungkin juga altruis, menyebabkan Farel tak bisa menolak untuk kembali ke asal. Lalu dengan cepat, pada hari keempat di Palembang, dia langsung kembali ke habitat sosialnya di Medan.

***

Cengkeraman nilai-nilai dan relasi-relasi sosial kemiskinan atau marginalitas membuat seseorang sulit keluar dari kondisi dan status kemiskinan atau marginalitasnya. 

Mencabut individu marginal dari komunitas nyamannya, lalu mencemplungkannya ke dalam sebuah lingkungan elite, bisa saja serupa "membunuh" dirinya. Mungkin ada minoritas yang sukses menyintas, tapi mayoritas gagal dan "melarikan diri". Farel rupanya tergolong kelompok mayoritas ini.

Jadi, jika Farel ditempatkan dalam konteks budaya kemiskinan/marginalitas, maka tak adil rasanya menghakiminya sebagai orang tak tahu diri, tak tahu diuntung, ber-attitude buruk. Sejarah hidupnya telah menempatkannya dalam suatu zona sosial yang memerangkap. 

Jika ingin mengangkat status sosialnya, maka dia harus dikeluarkan dulu secara gradual dari zona komunitas marjinalnya. Perlu semacam aklimatisasi sosial, khususnya adopsi nilai-nilai baru, untuk memastikan kesiapannya masuk dalam komunitas elite seperti SMA Xaverius Palembang. 

Dari sudut pandang relasi kuasa, inisiatif dan keputusan Farel dipindah ke Palembang itu terbilang sepihak. Farel berada pada posisi terlalu "lemah" untuk menolak tawaran (keputusan) dr. Richard yang berada pada posisi terlalu "kuat". Farel tidak punya kesempatan untuk menimbang kesiapan dirinya.

Saya pikir itulah yang dilupakan dr. Richard saat dia secara spontan, atau impulsif, terdorong oleh belas kasihan, mengangkat Farel jadi adiknya. Lalu secara cepat dia memfasilitasi Farel  pindah sekolah ke SMA Xaverius 1 Palembang, demi mencapai target masuk dan lulus Fakultas Kedokteran UI.

Sebuah pertolongan akan berbuah baik jika dan hanya jika diberikan kepada orang yang siap menerima pertolongan. (eFTe)

Catatan Kaki:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun