Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

[Sosiologi Kuburan] Alasan Orang Batak Tempo Dulu Bunuh Diri

12 November 2022   06:54 Diperbarui: 15 November 2022   06:29 1357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di balik keindahan Tanah Batak ini, ada derita kemiskinan dan kehilangan orang terkasih yang dapat memicu rasa putus asa (dok. Facebook Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir/via kompas.com)

Merasa hidup tak berarti lagi.  Sendiri, tidak ada yang perduli. Karena itu lebih baik mati saja.

Itu faktor sosio-psikis yang menjadi motif pendorong tindakan bunuh diri.  Diduga itulah yang terjadi pada Sarmaida.

Itu bukan hal baru, tentu saja. Emile Durkeim, sosiolog Prancis, sudah mengungkap hal itu tahun 1897 dalam karya klasiknya, Le Suicide: tude de sosiologie (Suicide: A Study in Sociology).

Bunuh diri, kata Durkheim, adalah kematian langsung atau taklangsung akibat tindakan positif/negatif korban sendiri.  Itu berkait dengan tingkat integrasi sosial yang lemah, yaitu keterlepasan individu dari komunitasnya. Serta tingkat paksaan  norma sosial, yaitu ketakmampuan individu mematuhi norma. 

Durkheim membedakan empat tipe bunuh diri. Egoistik, akibat individu merasa bukan bagian dari komunitasnya lagi. Altruistik, akibat individu merasa terlalu menyatu dengan komunitasnya, sehingga rela mengorbankan nyawa.  Anomik, akibat kekosongan norma sosial sehingga individu gagal menempatkan diri dalam komunitasnya. Fatalistik, akibat norma sosial yang terlalu menekan individu.

Tipe yang dirujuk di sini adalah bunuh diri egoistik.  Bunuh diri akibat merasa terasingkan dari komunitas, merasa tak diperdulikan atau tak dihargai.  Lalu memilih bunuh diri sebagai solusi.

Kasus-kasus bunuh diri dalam masyarakat Batak, sejauh kasus-kasus yang saya ketahui langsung atau diberitakan, lazimnya adalah bunuh diri egoistik. Seperti kasus Sarmaida tadi.

Pertanyaannya, dalam masyarakat Batak tempo dulu, tahun 1950-an sampai 1970-an, apa alasan bunuh diri itu dan dengan cara bagaimana dilakukan? 

***

Selain merujuk pada pengetahuan langsung sendiri, saya akan menjawab pertanyaaan itu dengan merujuk pada lirik lagu-lagu Batak tempo dulu (1950-an sampai 1970-an). Pertimbangannya, lagu-lagu Batak tempo dulu merefleksikan realitas sosial dalam masyarakat saat itu.  Bukan semata pengalaman individu yang dikisahkan, tetapi gejala sosial.

Saya mengidentifikasi dua alasan orang Batak tempo dulu bunuh diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun