Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

[Sosiologi Kuburan] Memori Tragedi Bintaro 1987 di Kampung Kandang Jakarta

16 Agustus 2022   22:58 Diperbarui: 18 Agustus 2022   20:34 1958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kecelakaan kereta api di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan, 1987. (KOMPAS/RENE L PATTIRADJAWANE)

Suatu hari 14 tahun lalu, di pintu keluar parkiran Blok M Jakarta, seorang juru parkir (jukir) setengah berteriak takjub.  "Wah, nomor polisi mobil Bapak bagus.  Satu sembilan satu kosong.  Itu tanggal tragedi Bintaro tahun 1987."

Luar biasa memori Bang Jukir itu. Atau luar biasa dahsyat Tragedi Bintaro 1987, sehingga seorang jukir pun ingat persis tanggal kejadiannya.

Tapi, "Bagus? Apa bagusnya tanggal tragedi?" kataku dalam hati, sambil tersenyum kecut pada Bang Jukir itu.

Dua tahun kemudian, saya ganti mobil baru dengan cara kredit tukar tambah murah. Nomor 1910 itupun pergi dari hidupku.

Sebenarnya sepanjang berkendara dengan mobil bernomor 1910 itu, saya dan keluarga aman-aman saja.  Tak ada peristiwa buruk yang kami alami, entah itu kecelakaan atau kesialan. Hanya roda-rodanya saja yang kena paku.  Harap maklum, kami melintas di jalanan Jakarta.

Hanya saja, setiap kali melihat atau ingat angka 19.10 itu, pikiran saya langsung melayang pada tragedi Bintaro 1987, peristiwa tabrakan adu banteng antara dua kereta api penumpang di jalur antara Stasiun Sudimara dan Stasiun Kebayoran. Tabrakan dahsyat itu memakan  korban jiwa 139 orang -- ada juga yang menyebut 156 orang. Jumlah terbesar sampai saat ini dalam sejarah perkeretapian di Indonesia. 

Pikiran tentang tragedi itu, tentang terenggutnya 139 nyawa yang sedang mengejar harapan di pagi hari, mengganggu saya secara psikologis. Sampai kemudian mobil bernomor polisi 1910 itu pindah tangan.

Tapi ketenangan itu tak berlangsung lama.  Enam tahun lalu angka 1910 itu menyapa saya lagi.  Kali ini berupa sebuah plang pengingat di TPU Kampung Kandang Jagakarsa Jakarta Selatan.  Hal itu terjadi karena ada anggota keluarga yang dimakamkan di situ.

Ternyata sejumlah korban yang tak teridentifikasi dari Tragedi Bintaro 1987 itu dimakamkan secara massal sebagai "orang-orang tanpa identitas pribadi" di Kampung Kandang.  Sekaligus itulah awal pembukaan TPU Kampung Kandang menurut riwayatnya.

Alhasil, karena melakukan ziarah mingguan, otomatis saya berurusan lagi dengan angka 1910 itu setiap minggu. Tertulis pada plang pengingat itu "MAKAM TRAGEDI BINTARO TGL. 19 oktober 1987" (ejaaannya persis seperti itu).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun