Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #090] Darmawisata Swadana

12 Mei 2022   12:05 Diperbarui: 13 Mei 2022   07:09 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kolase foto oleh FT (Foto: kompas.com/dok. istimewa)

"Jonder! Tahu diri kau! Duduk di belakang sana! Itu bangku guru!" Poltak menegur Jonder yang duduk di asese, jok depan di samping supir.

"Perempuan di bangku depan. Laki-laki di belakang." Poltak mengatur pemisahan tempat duduk. 

"Bah, macam duduk di gereja saja kita." Marolop bersungut-sungut.

Di gereja-gereja di Tanah Batak,  sampai awal 1970-an perempuan dan laki-laki memang duduk terpisah. Perempuan di barisan bangku kiri, laki-laki di kanan. Atau perempuan di depan, laki-laki di barisan belakang.

Karena itu ada anekdot: suami-istri yang dipersatukan oleh Tuhan, dipisahkan oleh bangku gereja.

Demikian pula di pesta-pesta adat. Laki-laki duduk dalam satu kelompok  Perempuan, dan anak kecil, duduk membentuk kelompok lain.  

Bahkan di ruang kelas juga begitu. Perempuan di bangku depan. Laki-laki di belakang. Murid laki-laki terbodoh paling belakang.

Dan sebenarnya, di dalam bus juga begitu. Sedapat mungkin perempuan duduk dalam kelompok terpisah dari laki-laki. 

Pemisahan semacam itu dibuat karena dalam masyarakat Batak Toba, secara adat, ada tabu untuk lelaki dan perempuan dengan hubungan kekerabatan tertentu duduk berdampingan. 

Seorang suami tabu duduk berdampingan dengan inang bao, istri lae, ipar kandungnya. Demikian pula seorang istri tabu duduk berdampingan dengan suami eda, ipar kandungnya. Juga, seorang mertua lelaki tabu duduk berdampingan dengan istri anaknya.

"Poltak! Kau jangan duduk sebangku dengan Berta!" Jonder berteriak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun