Dari situ, keturunan marga Limbong, Sagala, juga Malau -- semua belahan Lontung -- melakukan ekspansi ke arah selatan, ke lembah Harianboho. Ke sini bergabung pula marga Sihotang, keturunan Raja Isumbaon atau belahan Sumba.
Sihotang juga membangun komunitas sawah di lembah sebelah selatan Harianboho. Di satu wilayah yang kini dikenal sebagai Desa Sihotang.
Menurut tambo Batak, Sihotang adalah anak Siraja Oloan, pendiri  kampung di lembah Bakkara, sebelah selatan Tipang. Karena selisih paham dengan ayahnya, dia pergi membuka kampung baru ke Sihotang. Lembah Bakkara kemudian dikuasai oleh saudara-saudaranya yaitu Naibaho, Bakara, Sinambela, Sihite, dan Manullang.Â
Di antara desa Sihotang dan Sabulan, terdapat satu lembah subur. Lembah ini kemudian dikuasai oleh Tambatua atau marga Tamba dan turunannya. Tambatua itu Batak belahan Sumba.
Di lembah Muara, di selatan lembah Bakkara, komunitas marga Simatupang, Aritonang, dan Siregar juga membangun ekologi budaya sawah. Sebelumnya, mereka membangun ekologi serupa di lembah Sabulan. Â
Pembentukan ekologi budaya sawah di sisi barat Danau Toba itu, dari Limbong-Sagala di utara sampai Muara di selatan, adalah sejarah panjang. Proses itu dilakukan oleh generasi ke-4 sampai ke-6 orang Batak, leluhur belahan Lontung dan Sumba.Â