Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Nilai Bungkus Rokok dalam Permainan Anak SD di Tanah Batak Tahun 1960-an

19 Oktober 2021   06:25 Diperbarui: 19 Oktober 2021   11:19 10502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diambil dari akun twitter @HoldenKlasik

Karena itu jamaklah perjaka memaksakan diri membeli dua tiga batang Dji Sam Soe, saat mendekati gadis impian. Sebab merek rokok itu dapat mengangkat gengsinya di hadapan si gadis dan orangtuanya. 

***

Apakah anak-anak Hutabolon sedang belajar tentang rokok, untuk kemudian merokok, lewat permainan marsegitiga?

Sama sekali tidak.  Mereka hanya sedang menangkap gejala ekonomi (penawaran/ketersediaan, permintaan, persaingan, harga) dan gejala sosiologis (status sosial, simbol status, gengsi) lewat bungkus rokok, lalu meringkasnya ke dalam bentuk permainan marsegitiga. 

Anak-anak adalah representasi Homo ludens sejati, paling murni.  Mereka melihat dunia sekitar dalam bingkai permainan. 

Begitulah.  Anak-anak Hutabolon menerjemahkan hukum ekonomi dan sistem status sosial ke dalam aturan permainan marsegitiga. Permainan itu sendiri adalah praktek sosial-ekonomi. Ada aspek ekonomi: penawaran, harga, negosiasi, akumulasi, dan kehilangan (lost).  Ada struktur sosial: pelapisan sosial berdasar nilai kepemilikan barang. Ada norma sosial: konsensus berupa aturan main.    

Suatu saat kelak, saat sudah dewasa, mungkin saja anak-anak itu berharap merokok. Preferensinya rokok Galan atau Dji Sam Soe. Itu berarti, lewat permainan marsegitiga, anak-anak  telah belajar mengapresiasi status sosial-ekonomi tinggi dalam masyarakat.

Apa yang dialami anak-anak Hutabolon tahun 1960-an itu, dialami juga oleh anak-anak jaman 4.0 kini. Beda wahananya saja. Dulu bungkus rokok, sekarang gawai. Anak-anak masa kini sudah terbiasa menilai status sosial seseorang dari merek gadged. Apakah buatan China (rendah), Korsel (sedang),  atau Amerika (tinggi)?

Tapi ada perbedaan substantif di sini. Bagi anak-anak Hutabolon dulu, permainan marsegitiga adalah pemanggungan hukum ekonomi dan sistem status sosial. Bagi anak-anak jaman 4.0 kini, permainan (games) via gadged adalah semata permainan. Bukan peringkasan pemaknaan terhadap pengalaman sosial-ekonomi di sekitarnya.

Barangkali ada baiknya para pengampu pendidikan masa kini  belajar pada anak-anak Hutabolon tahun 1960-an. Belajar tentang cara mengajarkan konsep-konsep rumit sains natural dan sosial dengan cara meringkasnya ke dalam bentuk permainan. Jangan ingat, anak-anak adalah representasi Homo ludens. (eFTe)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun