Karena itu jamaklah perjaka memaksakan diri membeli dua tiga batang Dji Sam Soe, saat mendekati gadis impian. Sebab merek rokok itu dapat mengangkat gengsinya di hadapan si gadis dan orangtuanya.Â
***
Apakah anak-anak Hutabolon sedang belajar tentang rokok, untuk kemudian merokok, lewat permainan marsegitiga?
Sama sekali tidak. Â Mereka hanya sedang menangkap gejala ekonomi (penawaran/ketersediaan, permintaan, persaingan, harga) dan gejala sosiologis (status sosial, simbol status, gengsi) lewat bungkus rokok, lalu meringkasnya ke dalam bentuk permainan marsegitiga.Â
Anak-anak adalah representasi Homo ludens sejati, paling murni. Â Mereka melihat dunia sekitar dalam bingkai permainan.Â
Begitulah. Â Anak-anak Hutabolon menerjemahkan hukum ekonomi dan sistem status sosial ke dalam aturan permainan marsegitiga. Permainan itu sendiri adalah praktek sosial-ekonomi. Ada aspek ekonomi: penawaran, harga, negosiasi, akumulasi, dan kehilangan (lost). Â Ada struktur sosial: pelapisan sosial berdasar nilai kepemilikan barang. Ada norma sosial: konsensus berupa aturan main. Â Â
Suatu saat kelak, saat sudah dewasa, mungkin saja anak-anak itu berharap merokok. Preferensinya rokok Galan atau Dji Sam Soe. Itu berarti, lewat permainan marsegitiga, anak-anak  telah belajar mengapresiasi status sosial-ekonomi tinggi dalam masyarakat.
Apa yang dialami anak-anak Hutabolon tahun 1960-an itu, dialami juga oleh anak-anak jaman 4.0 kini. Beda wahananya saja. Dulu bungkus rokok, sekarang gawai. Anak-anak masa kini sudah terbiasa menilai status sosial seseorang dari merek gadged. Apakah buatan China (rendah), Korsel (sedang), Â atau Amerika (tinggi)?
Tapi ada perbedaan substantif di sini. Bagi anak-anak Hutabolon dulu, permainan marsegitiga adalah pemanggungan hukum ekonomi dan sistem status sosial. Bagi anak-anak jaman 4.0 kini, permainan (games) via gadged adalah semata permainan. Bukan peringkasan pemaknaan terhadap pengalaman sosial-ekonomi di sekitarnya.
Barangkali ada baiknya para pengampu pendidikan masa kini  belajar pada anak-anak Hutabolon tahun 1960-an. Belajar tentang cara mengajarkan konsep-konsep rumit sains natural dan sosial dengan cara meringkasnya ke dalam bentuk permainan. Jangan ingat, anak-anak adalah representasi Homo ludens. (eFTe)