Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor

Puan Maharani Meneladan Cara Rizieq Shihab?

31 Juli 2021   13:59 Diperbarui: 31 Juli 2021   19:29 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi baliho Puan Maharani (Foto: liputan6.com/Dian Kurniawan)

Kini sedang marak spanduk dan baliho Puan Maharani, politisi inti PDIP, di pinggir, perduaan, pertigaan, dan perempatan jalan di Jawa dan luar Jawa. Konon tiap anggota DPR RI PDIP wajib mendirikan baliho dan atau merentangkan spanduk di Daerah Pemilihan masing-masing. Semacam sumbangan wajib politik.

Spanduk dan baliho itu adalah metode pemasaran politik Mbak Puan untuk menjadi Wapres RI 2024. Hanya wapres, nomor dua. Itu kata Bambang "Pacul" Wuryanto, Ketua DPP PDIP Bidang Pemenangan Pemilu. Itu sangat mengherankan, karena kecap saja selalu diiklankan "Nomor 1 di Dunia".

Di era Internet of Things  (IoT) ini Mbak Puan kok masih pakai spanduk dan baliho untuk memasarkan diri, ya.  Pantesan kalah populer dibanding Ganjar Pranowo yang main medsos, walau tak dikenali Mendagri Tito Karnavian saat di Kendal. 

Lagi pula, di masa PPKM Level 4 saat ini, siapa pula yang sudi berkeliaran di jalanan nonton spanduk dan baliho. Kata Pak Jokowi kan, "Di rumah aja." Ya, sudah, di rumah aja main medsos. Eeeh, di sana ketemu Mas Ganjar, bukan Mbak Puan.

Tentang spanduk dan baliho, apakah Mbak Puan telah meneladan cara Rizieq Shihab? Ingat pemandangan jalanan Jakarta menjelang kepulangan Rizieq Shihab dari Arab tahun lalu? Gigir jalanan Jakarta dipenuhi spanduk dan baliho Rizieq Shihab, Imam Besar FPI, pemimpin revolusi akhlak. Tak jelas apakah akhlak Pak Rizieq termasuk atau tidak di situ.

Ratusan spanduk dan baliho Pak Rizieq itu rupanya telah menggentarkan pemerintah. Sehingga Pangdam Jaya perlu turun tangan mencopotinya. Lha, kalau spanduk dan baliho Mbak Puan, emangnya mau bikin gentar aiapa? Mas Ganjar?

Di era IoT kini, pemasaran politik dengan metode spanduk dan baliho tidak begitu efisien dan efektif lagi. Biaya seluruh panduk dan baliho Mbak Puan tentulah besar, mungkin milyaran rupiah. Kalau dibelikan masker bergambar wajah Mbak Puan senyum, bisa dapat jutaan lembar.  Bagikan itu gratis kepada rakyat, maka wajah Mbak Puan ada di mana-mana setiap hari

Spanduk dan baliho juga tak terlalu efektif. Karena tak bisa menyampaikan pesan lengkap. Paling cuma pesan "Puan Maharani Cawapres 2024". Pesan itu akan terkubur semisal Mas Ganjar lewat medsosnya menebar pesan #GanjarPresiden 2024".  

Kalau gak percaya, coba lihat cara Pak Anies Baswedan memasarkan diri. Cuma mengagihkan foto sedang baca buku How Democracy Dies,  nginap di rumah Kyai Besari, dan  panen padi di sawah lewat instagram pribadinya. Hasilnya? Pak Anies viral dan angka elektabilitasnya menjadi Capres 2024 terdongkrak naik.

Selain takefisien tak takefektif, baliho dan spanduk sebenarnya tergolong pencemaran lingkungan. Spanduk dan baliho di era IoT ini tak lebih dari sampah yang mengotori jalanan dan merusak pemandangan.  Lagi pula wajah seseorang kalau terus menerus muncil di pinggir jalan, lama-lama bisa terasakan sebagai teror.

Metoda pemasaran politik macam itu sudah tergolong ketinggalan zaman.  Jika dibanding dengan metode pemasaran lewat internet semacam medsos, twitter, dan youtube.  Coba misalnya Mbak Puan ngundang youtuber Atta Halilintar dan Ria Ricis mukbang di Muara Karang Jakarta Utara. Dijamin besoknya Mbak Puan viral dan kena di hati kaum milenial Indonesia.

Begitulah. Mbak Puan, kalau mau meneladan metode pemasaran politik, meneladanlah pada metoda berbasis IoT. Jangan lagi pakai baliho-baliho dan spanduk-spanduk yang sudah ketinggalan zaman dan takramah lingkungan itu. (eFTe) 

*)Humor ini ditulis sebagai ucapan terimakasih kepada rekan Kompasianer  Yon Bayu. Yon Bayu pagi ini, lewat artikel "Terimakasih untuk Kompasiana", pamit undur diri dari Kompadiana. Alasannya, Admin K kini meminggir-minggirkan artikel politik. Terimakasih Mas Yon Bayu.

Ujaran Yon Bayu tentang peminggiran artikel politik sudah saya buktikan dengan artikel ini. Label "Pilihan" pada artikel ini telah dicopot oleh Admin K, padahal ini cuma artikel "Humor (Politik)".

Poltak Center, Gang Sapi Jakarta, 31 Juli 2021

 

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun