Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puyeng Cari Uceng

18 Juli 2021   19:03 Diperbarui: 18 Juli 2021   19:44 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu, ya, dulu di zaman Indonesia Kolam Susu, di masa Koes Plus bersaksi ikan dan udang menghampiri dirimu, cari uceng, ikan-ikan kali, adalah mainan anak kecil. 

Tak perlu pakai jala, tak perlu pakai kail, cukup anak kecil bugil melompat ke kali bening. Gerombolan uceng segera datang menggigit-gigit itu burung-burung anak-anak kecil yang disangka umpan. Maka anak-anak tinggal mencopoti uceng demi uceng dari burung-burung mereka.

Seorang bakul uceng sudah siap menunggu tangkapan uceng dari anak-anak. Dengan modal goceng didapatnya uceng berenceng-renceng. Siap dijual ke warung-warung makan spesial iwak uceng. 

Sekarang, ya, sekarang di zaman Indonesia Kolam Limbah, di masa Kali Ciliwung menjadi bak limbah terpanjang di dunia, cari uceng, ikan-ikan kali, adalah mainan bahaya.

Anak-anak kecil bugil melompat ke kali keruh kental penuh limbah pabrik dan rumahan, mengandung zat-zat kimia yang membunuh kehidupan di kali, juga merusak kulit lembut anak-anak.  Tak ada lagi uceng-uceng yang menempel di burung-burung kecil anak-anak itu. Manakala mereka keluar dari air kali, bukan uceng didapat, tapi totol-totol merah gatal sekujur tubuh dan burung-burung mereka.

Seorang bakul uceng menunggu tanpa harapan di bantaran kali. Kepalanya puyeng memikirkan istrinya muceng, muka kenceng, sebab nihillah pendapatan bakul uceng dari hari ke hari.

Polusi kali kenceng, maka hilang sudah para uceng, kepala burung anak-anak kena polusi sampai menceng, sedangkan kepala bakul uceng puyeng, membayangkan istrinya kacak pinggang muceng.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun