Duli tuanku yang mulia para duta besar negeri sahabat: "Lihatlah negeri kami Indonesia. Kini telah jatuh miskin. Termiskin di dunia."
Pemerintah tak lagi punya uang. Sebab uang telah dibelanjakan untuk keperluan mendasar: menggambar dan mewarnai tiang-tiang dan tembok-tembok serta atap kota; bongkar-pasang jembatan penyeberangan orang; bongkar-pasang trotoar; bongkar-pasang jalur sepeda; penebangan pepohonan kota; mendirikan instalasi seni semusim; panjar balapan mobil listrik; gaji sekondan gubernur; hibah untuk ormas; biaya wakil rakyat; biaya seremoni panen padi; beli lem dan penghapus.
Rakyat juga tak lagi punya uang. Sebab uang telah disumbangkan untuk keperluan mendasar: biaya unjuk rasa di depan istana dan gedung wakil rakyat serta pengadilan; biaya penyambutan imam oposisi; sumbangan pembelian kapal selam; biaya penyelamatan Palestina.
Duli tuanku yang mulia para duta besar negeri sahabat: "Lihatlah negeri kami Indonesia. Kini kembali parah dilanda gelombang pandemi korona. Konon terparah di dunia."
Pemerintah kini sangat butuh uang, sangat mendesak, untuk biaya penampungan dan penyembuhan warga korban pandemi. Inilah daftar keperluan yang harus dibeli: limaribu kasur lipat, limaribu meja lipat; limaribu kursi lipat; limaribu kipas angin; limaribu alat mandi; limaribu gantungan handuk; limaribu botol disinfektan; limaribu sapu; limaribu alat pel; Â limaribu ember; limaribu kain lap.Â
Duli tuanku yang mulia para duta besar negeri sahabat: Â "Beri hamba uang." (eFTe)
*Mohon izin kepada Iwan Fals, untuk meminjam frasa "Beri hamba uang" dari lagu "Pesawat Terbang" gubahannya.
Gang Sapi Jakarta, 4 Juli 2021