Ada mahasiswa berteriak, "Presiden Jokowi, King of Lip Services!" E busyet! Dulu waktu kampus elo nyaris berubah dari pesemaian cerdik-cedikia menjadi pesemaian bibit khilafah, waktu umat minoritas terhalang hak ibadahnya, pade kemane aje elo! Jadi mahasiswa itu jangan bangun kesiangan, deh!
Ada politisi bersorak, "Mahasiswa hebat! Berani mengritik presiden! Demi rakyat, maju terus!" E busyet. Perut buncit mengumpankan anak kecil di garis depan perang oposan melawan pemerintah. Jadi politisi itu jangan gemar memperalat mahasiswa dan mengatasnamakan rakyat, deh!
Ada pemuka menggalang pengikut, "Ayo, selamatkan Palestina!" E busyet! Negeri elo sedang diluluh-lantakkan pandemi korona, kemane aje, elo! Elo di pihak pemerintah atau korona? Jadi pemuka itu mbok ya ajak pengikut melawan korona, bukan memerangi bangsa lain.
Ada tetua yang mengancam, "Jika rumah-rumah ibadah ditutup maka Tuhan akan marah pada bangsa ini!" E busyet! Tua-tua kok gemar nenakut-nakuti atas nama Tuhan. Jadi tetua itu mbok ya bantu pemerintah memerangi korona, agar rumah-rumah ibadah bisa terbuka lebar. Malulah dikit pada anak muda macam Agnez Mo dan Cinta Laura, Mbah.
Ada mahasiswa, meneruskan aspirasi sesama mahasiswa, politisi, pemuka, dan tetua oposan, Â berseru, "Kami mau Presiden Jokowi turun sebelum periode kedua berakhir!" E busyet! Kencing belum lempeng, otak sudah kualitas makar. Nak, presiden itu pasti turun tiap lima tahun, tapi rakyatnya gak turun-turun.
Ya, rakyat kayak elo, elo, dan elolah, Â para penemu kutu di seberang lautan tapi meluputkan gajah di pelupuk mata, para pembela bangsa asing di atas bangsa sendiri, para peludah presiden yang jungkir-balik menyelamatkan bangsa dan negara, ya, elo-elo itu yang harus turun tahta, bukan presiden.Â
Ya, Indonesia hari ini butuh ganti rakyat, bukan ganti presiden! (eFTe)
Gang Sapi Jakarta, 3 Juli 2021, hari pertama PPKM Darurat Jakarta, sambil lockdown mandiri.