Plagiat adalah kejahatan yang sadis. Karena mengakui karya tulis orang lain sebagai karya sendiri. Â Artinya plagiator, pelaku plagiasi, tidak mengakui eksistensi penulis asli. Menganggapnya tak ada.Â
Plagiator sendiri adalah orang dungu. Tidak punya kemampuan menulis, lalu mencuri karya tulis orang lain untuk diaku sebagai karya sendiri. Tidak ada tindakan yang lebih dungu dari itu.
Jadi, bisa dikatakan, plagiarisme adalah kejahatan sadis yang dilakukan orang dungu. Karena itu, sekurangnya dari sudut pandang saya sendiri, tidak ada ampun untuk plagiasi dan plagiator.
Kompasiana, sepanjang yang saya ikuti, tergolong anti-plagiat. Â Artikel-artikel yang mengandung unsur plagiat di atas batas toleransi langsung dihapus. Walau iitu masih sebatas plagiat dalam arti mengutip mentah-mentah tulisan orang lain tanpa menyebut sumber.
Tapi keketatan Kompasiana agaknya melonggar di masa pandemi Covid-19 ini. Coba baca puisi yang diberi judul "Sajak-Sajak Kecil tentang Cinta" berikut ini:
"Mencintai angin
harus menjadi siut
Mencintai air
harus menjadi ricik
Mencintai gunung
harus menjadi terjal
Mencintai api
harus menjadi jilat
Mencintai cakrawala
harus menebas jarak
Mencintai-Mu
harus menjelma aku"