Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #049] Pisau Cacar dan Suntik Kotipa

29 April 2021   15:20 Diperbarui: 29 April 2021   17:44 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kolase oleh FT (Foto: kompas.com/dok. istimewa; pinterest.com)

"Kau takut melihat pisau dan jarumnya? Atau kau takut sakitnya?"

"Takut melihatnya, Polmer.  Sakitnya aku tak takutlah.  Sudah biasa disengat tawon aku, kan?"

Poltak berpikir keras.  Bagaimana caranya agar Polmer tidak dapat melihat pisau cacar dan jarum suntik kotipa yang menakutinya itu.

Murid-murid kelas satu dan dua hampir terbahak heboh saat melihat Poltak datang menuntun Polmer yang matanya ditutup dengan bebatan kemejanya.  Guru Barita spontan memberi kode keras agar murid-murid diam.  Dia khawatir  Polmer kabur lagi.

Polmer, Samson Hutabolon itu,  bertelanjang dada dituntun Poltak mendekati Pak Mantri. "Sengatan tawon jauh lebih sakit, Polmer."  Poltak menguatkan nyali Polmer. 

Ajaib.  Polmer sama sekali tak bereaksi apa pun saat pisau cacar menggores pangkal lengannya.  Begitupun  saat jarum suntik kotipa menusuk daging lengannya, dia diam saja.  Mungkin matanya mengerinyit.  Tapi tak ada yang bisa melihat mata Polmer  di balik bebatan kemejanya.

"Hebat Si Polmer! Tepuk tangan, anak-anak!"  Guru Barita memberi aba-aba penyemangat.  Tepuk tangan, sorak-sorai, dan gelak tawa bergema untuk Polmer.  Polmer senang. Semua senang.

"Polmer.  Kau tahu siapa yang menyuntikmu tadi?"  tanya Poltak setelah Polmer mengenakan bajunya kembali.

"Pak Mantri!"

"Salah."

"Siapa?"

"Akulah!"

"Hah!"

Poltak, sambil terbahak,  sudah kabur sebelum tangan Polmer berhasil mencekal krah kemejanya. (Bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun