Tidak pernah diketahui dengan pasti identitas penggubah lagu itu. Dalam Buku Ende, Buku Nyanyian HKBP misalnya, tidak dicantumkan nama pengarangnya. Menurut cerita dari mulut ke mulut, penggubahnya seorang guru huria, penatua dari sebuah gereja HKI di tepian Danau Toba.
Tapi siapa pun dia, pengarang syair sekaligus penggubah nada lagu itu menurutku seorang genius spritual. Dia mampu menggubah lagu yang berlaku lintas masa dan lintas denominasi dan lintas agama-agama Kristiani. Mebgena untuk kinteks lokal maupun global. Â Â
Saya seorang Katolik sejak bayi, bukan Kristen Protestan, tapi suka, malah sangat suka, pada lagu itu. Di kala masalah datang menerpa, apapun itu, saya akan mendengarkan lagu itu sendirian. Meresapkannya ke dalam hati, merenungkan masalah, lalu mensublimasikannya menjadi doa kepada Tuhan.
Saya tidak bilang setelah mendengarkan lagu itu solusi masalah langsung ditemukan. Tidak. Tapi jelas bahwa hati lebih tenang, pikiran lebih terang, sehingga bisa berpikir lebih kreatif untuk menemukan solusi masalah.Â
Barangkali memang benar, Â sebuah komposisi lagu bisa merangsang otak untuk mengaktualkan kecerdasannya. Hal itu konon benar untuk ragam komposisi klasik W.A. Mozart. Saya pikir, itu berlaku pula untuk lagu Nang Gumalunsang Angka Laut.
Berbagai versi lagu Nang Gumalunsang itu kini tersedia di YouTube. Tapi saya paling suka mendengarkan versi Victor Hutabarat. Suara dan penghayatannya menurutku sangat pas dengan jiwa lagu itu. Silahkan dicari sendiri bila ingin mendengarnya.(*)