Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ada Baiknya Mengkaji Ulang Kisah Boru Pareme, Perempuan Batak Pertama Pelaku Inses

3 Maret 2020   13:28 Diperbarui: 4 Maret 2020   20:07 3934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desa Sabulan Samosir dari jauh. Ke tempat ini dulu Boru Pareme tersingkir (Foto: wantisitohang.blogspot.com)

***

Menurut mitologi Batak (Toba), Si Raja Batak, leluhur pertama yang tinggal di Sianjurmulamula  memiliki tiga orang putra. Namanya Tateabulan, Isumbaon, dan Togalaut. Orang Batak, yang mendiami Tanah Batak sekarang,  adalah keturunan Tateabulan dan Isumbaon.  Togalaut merantau ke utara, ke Aceh sekarang, membentuk komunitas Gayo dan Alas di sana.

Dikisahkan, Tateabulan menikahi "bidadari" (?) dan dikaruniai lima putra dan empat orang putri (boru).  Diurut dari yang tertua, mereka adalah Raja Biakbiak, Sariburaja, Boru Pareme, Limbongmulana, Boru Paromas, Sagalaraja, Boru Bidinglaut, Malauraja, dan (Boru) Nantinjo. Sariburaja (putra) dan Boru Pareme (putri) adalah kakak-beradik lahir kembar.

Konon Boru Pareme saling-goda dengan Sariburaja.  Kakak-beradik itu akhirnya saling jatuh cinta.  Tak mampu menahan gejolak asmara, antara keduanya terjadilah hubungan badan berulang kali.   Akibatnya Boru Pareme berbadan dua.

Mengetahui Boru Pareme hamil oleh Sariburaja, dan itu aib besar, orangtua dan saudara-saudarinya marah besar.  Rapat keluarga memutuskan untuk membunuh Sariburaja dan membuang Boru Pareme.

Sebelum dibunuh saudara-saudaranya, Sariburaja sudah lebih dulu melarikan diri. Pengejaran oleh saudara-saudaranya  tak membuahkan hasil.  Saruiburaja makin jauh lari keluar dari Sianjurmulamula.

Boru Pareme sendiri dibuang oleh saudara-saudaranya ke sebuah hutan di selatan Sianjurmulamula, ke daerah yang sekarang dikenal sebagai Sabulan. Dengan harapan dia akan tewas dimangsa harimau di sana.

Tapi, kata pepatah, sebelum ajal berpantang mati.  Dengan mengikuti abu tungku yang dicecerkan Boru Pareme, Sariburaja berhasil menemukan adiknya itu di hutan Sabulan. Mereka tinggal di situ layaknya suami-isteri.

Suatu hari Sariburaja menolong seekor harimau timpang berkaki tiga, "babiat sitelpang sitolu pat", untuk  mencabutkan tulang rusuk babi hutan dari kerongkongannya. Sejak hari itu harimau tersebut menjadi penjaga dan pencari nafkah (daging hewan buruan) untuk Boru Pareme dan Sariburaja.

Setelah genap bulannya, tiba harinya, Boru Pareme melahirkan seorang anak lelaki dan diberi nama Raja Lontung. Selang beberapa waktu, Sariburaja pergi langlang buana. Boru Pareme dan Raja Lontung dititipkan pada "babiat sitelpang".  

Setelah Raja Lontung menginjak usia dewasa, Boru Pareme risau soal pasangan hidupnya. Raja Lontung sendiri sudah mulai menanyakan siapa pariban-nya, putri paman, yang selayaknya dinikahi.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun