Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pak Anies, Berani Jadikan Monas Pohon Natal Tertinggi di Dunia?

4 Desember 2019   08:20 Diperbarui: 24 Desember 2019   09:58 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Monumen Nasional di Jakarta waktu malam (Foto: kompas.com)

Begitulah.  Maka saya sekarang ingin bertanya kepada Pak Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta yang menguasai Monas: "Beranikah menjadikan tugu Monas menjadi pohon Natal tertinggi di dunia?"

Pak Gubernur tak perlu pusing menata kata untuk menjawab pertanyaan itu. Jangan termakan imajinasi saya. Sekali Pak Gubernur bilang "Ya, saya berani!" maka saya adalah warga negara dengan kualifikasi 100 persen Katolik 100 persen Indonesia yang pertama menolaknya. Penolakan itu sudah saya katakan di sini.

Sekurangnya ada tiga alasan utama penolakan saya.  Pertama, Monas adalah simbol perjuangan menyala abadi  rakyat Indonesia untuk merebut dan mengisi kemerdekaan bangsa dan negara.  Jadi biarkanlah Monas tetap murni seperti itu. Tidak selayaknya dicemari dengan ornamen budaya kebendaan dari kehidupan beragama umat tertentu.

Kedua, biaya menjadikan Monas sebagai pohon Natal tertinggi di dunia pastilah sangat besar.  Itu penghamburan yang bertentangan iman Kristiani yang membela kaum kecil.  Dana besar itu, jika ada, lebih baik digunakan untuk peningkatan kesejahteraan sosial-ekonomi warga miskin Jakarta.

Ketiga, kota Jakarta ini tergolong peringkat bawah dalam hal toleransi beragama.  Pohon Natal di ruang publik, apalagi di Monas,  berpotensi mengundang protes massal yang tidak perlu.

Konstruksi pohon Natal tertinggi di Asia Tenggara ada di Pematang Siantar (Foto: lintaspublik.com)
Konstruksi pohon Natal tertinggi di Asia Tenggara ada di Pematang Siantar (Foto: lintaspublik.com)
Jadi ketimbang memikirkan pohon Natal di ruang publik Jakarta, lebih baik Pak Gubernur mengupayakan keamanan, ketenangan dan kenyamanan bagi umat Kristiani Jakarta merayakan Hari Natal di gereja atau rumah ibadah masing-masing. Di dalam bangunan gereja itu umat masih bisa menikmati keindahan pohon Natal dan pernak-perniknya. Memang sederhana, tidak megah. Tapi itu sudah lebih dari cukup.

Lagi pula, jika hendak melihat konstruksi pohon Natal yang lebih tinggi sedikit, bisalah berkunjung ke mal-mal besar di Jakarta Barat atau Jakarta Utara.  Biasanya pemilik mal-mal itu sudi menegakkan sebatang pohon Natal kerlap-kerlip ceria di tengah atrium malnya.  

Atau jika punya sedikit dana, bolehlah berlibur Natal ke kota Pematang Siantar, Sumatera Utara.  Di sana, di Jalan Gereja, sejak tahun 1997 sudah berdiri tegak konstruksi pohon Natal tertinggi di Asia Tenggara. Tingginya 39.5 meter dan dijamin menyala kerlap-kerlip setiap masa Natal. Nikmatilah keindahannya, sekaligus mereguk ketenangan sosial di salah satu kota dengan toleransi beragama paling tinggi di Indonesia.  

Demikianlah sekadar catatan Natal 2019 dari saya, Felix Tani, petani mardijker, mengucapkan Selamat Minggu Advent Natal untuk siapa saja yang melakoninya.(*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun